Lihat ke Halaman Asli

R. Syrn

TERVERIFIKASI

pesepeda. pembaca buku

Kabut Asap di Dalam Aula

Diperbarui: 17 November 2022   13:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi dari deviantart.com/leenstar

Ternyata urusan kepagian sampai di kantor orang itu masih bersambung, setelah tuan rumah yang ditunggu datang, acara bertajuk rapat kordinasi itu pun tampaknya akan segera dimulai.

Tempat adalah di aula tengah kantor, entah ukuran pastinya berapa, tak sempat mengira-ngira.  Ada satu pendingin udara di depan, tepat di bagian tengah, persis di atas spanduk bertuliskan judul acara, entah kekuatannya berapa Paard Kracht,  yang jelas ruangannya terasa sangat dingin.  Apalagi dipersilakan duduk di barisan paling depan.

Mungkin dirasa belum cukup, ada dua kipas angin yang terpasang di langit-langit aula, masing-masing berputar dengan kecepatan maksimal.  Akibatnya seakan ada badai melanda di dalam aula.  Terpaksa sweater tidak dilepaskan dari badan, kalau tidak begitu alamat masuk angin lagi yang bakal menerpa.

Acara standar dimulai dengan pembukaan, sekilas sambutan, dan kemudian panduan akan acara yang akan berlangsung, sampai disela-sela penyampaian materi kotak-kotak berisi snack juga diedarkan.  Isinya cukup mewah, minumnya saja teh kotak, bukan air mineral seperti biasanya.

Lima menit berlangsung, acara masih berlangsung dengan tenang dan dingin, terlebih jendela-jendela tentu saja dalam keadaan tertutup.  Sampai kemudian, ada peserta rapat yang tanpa perasaan berdosa menyebarkan asap di dalam aula.  Merokok begitu saja, tanpa peduli bagaimana keadaan di dalam aula.

Kabut asap rupanya tak hanya ada di masa kemarau kala kebakaran lahan sering terjadi, tapi bisa diciptakan secara mandiri di dalam sebuah aula yang berpendingin udara dan diperkuat putaran kipas angin yang jendela-jendelanya tak terbuka.

Mau menegur tapi posisi di sana juga selaku tamu.  Akhirnya apa daya, daripada seakan-akan sengaja bunuh diri dalam kepulan asap dan nikotin, mending pamit keluar ruangan untuk menghirup udara segar.

Sepertinya jalan tengah terbaik untuk rapat yang harus mengundang para perokok yang tak peduli situasi sekitar nya mungkin lebih baik diadakan di tempat terbuka, tentu saja dengan menjaga jarak yang cukup jauh.  Kalau perlu para perokok dikumpulkan saja tersendiri dalam ruangan terpisah.  

Atau seperti cerita seorang kawan yang baru saja rapat di sebuah ruang pertemuan sebuah hotel, tapi ada saja yang tak bisa menahan napsu mulut berasapnya, hingga ruangan terasa sesak.  Akibatnya peserta lain yang merasa terganggu dan sudah tak tahan lagi, memberi ultimatum: merokok yang stop, atau rapat yang distop.

Suka heran, mau bunuh diri kok ya sukanya ajak-ajak orang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline