Lihat ke Halaman Asli

R. Syarani

TERVERIFIKASI

pesepeda. pembaca buku

Lalu ke Mana Harus Lari?

Diperbarui: 6 November 2022   19:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

kaki yang terendam buih yang mengejar jejak dan membilas pasir adakah ingin menjadi saksi di 3.40 sore, atau menggerus jingga yang menggamit helai-helai rambut di keningmu?

mungkin kau masih saja sesekali berlari-lari, terbang di mimpi dan diam-diam mengunjungiku lagi tanpa pernah siapapun pernah ingin mengingatnya.

atau kau yang tersenyum di gerbang beton tua yang jalannya tak kalah lusuh di pagi-pagi saat tak mau berjalan lalu memanggil kereta berkuda, dirimu tak pernah memaksa tapi tak juga ingin menjauh

sampai akhirnya waktu, ruang tunggu bis, pohon-pohon yang kau ejakan nama latinnya, gumpalan awan, makanan yang selalu tak pernah bersisa, jus melon, sepasang helm tua, lagu yang itu-itu saja, pintu kayu yang selalu terbuka, ruang hening, catatan-catatan bersambung, terompet yang berisik,  aksen asing, tato yang tersembunyi..

entah kemana lagi harus berlari, semenjak mimpi bagiku adalah nyata hidupmu..

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline