Lihat ke Halaman Asli

R. Syrn

TERVERIFIKASI

pesepeda. pembaca buku

Obsesi Koleksi

Diperbarui: 30 Oktober 2022   10:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Federal Metal Craft di depan kampus / dok. pribadi

Ada beberapa alasan orang terobsesi dengan sebuah benda hingga menjadikannya koleksi, yang kadang diburu sampai bertahun-tahun, dengan berbagai alasan.  Salah satunya akibat dulu sewaktu kecil dan sangat menginginkannya namun belum mampu untuk dibelikan oleh orangtua karena keadaan dan tentu saja harganya yang tak terjangkau.   Atau mungkin dikarenakan karena memang menggemari sebuah benda dikarenakan keunikannya, bisa juga dikarenakan memang menggemarinya semenjak dulu.

Dulu misalnya, sekolah selalu jaraknya dekat dengan rumah, jalan kaki dari rumah ke sekolah dasar seperempat jalan juga sampai.  Meningkat ke SMP, jaraknya cuma sepelemparan kerikil dari SD.  Lagi-lagi harus jalan kaki. Padahal ingin juga memiliki alat transportasi yang bernama sepeda, tapi tak ada alasan yang kuat untuk memilikinya, selain harganya yang termasuk mahal.  

Sebagai perbandingan sebuah BMX merk Golden Eagle punya sepupu harganya adalah Rp. 37.500,-, sementara harga bensin di tahun 1885 adalah Rp. 387 per liternya.  Bayangkan saja sebuah sepeda harganya nyaris setara dengan 100 liter premium.  Makanya di kala itu, bisa mendapatkan pinjaman sepeda walau cuma sebentar dari kawan atau sepupu rasanya menyenangkan sekali.

Rupanya keinginan untuk memiliki sepeda terbawa sampai dewasa, sehingga saat ada kesempatan dan kemampuan memilikinya, akhirnya terbeli beberapa sepeda yang dirasa nyaman untuk dipergunakan, dan terus begitu sampai akhirnya pernah terkumpul nyaris selusin.  Tapi rasanya tetaplah menyenangkan, walau tentu saja memakainya kudu gantian.

Di lain waktu ada pula benda yang dikoleksi karena fungsi dan keunikannya, itu karena tertarik dengan pernak pernik audio, baik itu pemutar musik, amplfier sampai pada perangkat untuk mendengarkannya.  Nyatanya memang terbukti dari review-review di grup komunitas, bahwa suara musik akan terdengar lebih detil dan merdu jika di dengarkan dengan perangkat yang bagus.  Kata 'bagus' juga jadinya relatif.  Untunglah kalau terkait audio, obsesi lebih pada perangkat audio rakitan lokal.

Sedang koleksi karena memang menggemarinya, itu terkait dengan hobi membaca semenjak dulu, kebetulan ada beberapa koleksi buku yang ingin memilikinya secara lengkap.  Dulu walaupun harganya cuma beberapa ratus rupiah, tapi tetap tak terbeli karena bukanlah keperluan primer di rumah.  Akhirnya keturutan bisa melengkapinya saat dewasa.  Contohnya adalah koleksi novel si Noni karya bung Smas, koleksi tulisan bubin LantanG tentu saja, 12 jilid buku-buku 30 Kisah Teladan, karya-karya Dee Lestari, Andrea Hirata, Stieg Larsson dan Pidi Baiq. Eh, ternyata cukup banyak juga ya.

Memiliki semua seri cerita secara utuh itu menyenangkan, karena sewaktu-waktu bisa dibaca ulang kapan saja, walaupun nyatanya beberapa alur kisahnya sudah hapal di luar kepala, tapi tetap saja selalu menyenangkan saat ada waktu luang untuk membaca ulang.  Seperti tadi malam menyempatkan diri membaca lagi Drunken Mama karya Pidi Baiq yang selalu berhasil menterbitkan tawa.

Karena biasanya koleksi terkait obsesi, memang lebih baik untuk bisa menahan diri, terutama karena harga sebuah koleksi terkadang tidak logis, tidak mengikuti harga pasar yang standar.  Utamanya dikarenakan ada beberapa produk yang langka dan diproduksi sangat terbatas, sehingga perlu waktu untuk memburunya.

Lalu saat obsesi terpenuhi, apa lagi? Ya tinggal menikmati koleksi klangenanterutama di akhir pekansebagai media untuk healing yang tak perlu waktu khusus dan tempat yang jauh.  Cukup duduk santai di rumah, sambil membaca koleksi buku sambil ditemani musik dari perangkat yang sudah tersedia sembari menikmati deretan sepeda.

Oh, itu di atas memang pada dasarnya bercerita tentang obsesi terhadap beberapa kumpulan benda-benda sederhana yang saya miliki sampai saat ini. Asli cuma sekedar  bercerita, walau terkadang karena dianggap koleksi pribadi jadi muncul rasa enggan untuk berbagi, tapi juga bukanlah pembenaran atas segala proses kepemilikan koleksi.  

Memang ada efek sedikit berbahaya saat koleksi sudah mampu dikumpulkan, terkadang ada keinginan untuk mencoba mengkoleksi hal-hal lainnya lagi.  Misal keinginan untuk melengkapi seri motor tua yang saat ini terasa menyenangkan untuk dikendarai kemana-mana. Duh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline