Di salah satu buku PR asing menyebutkan PR adalah tentang memahami "mindset" manusia, berputar putar mengarungi cara berpikir, apa yang dirasa, dipersepsikan, cara pandang, pendapat, pokoknya semua tentang apa yang ada di kepala manusia.
Lebih luas lagi, seperti yang kita ketahui manusia adalah makhluk sosial, umumnya pasti berkomunikasi dengan manusia lainnya. Lalu bagaimanakah menjalin komunikasi dengan pihak eksternal pada lingkup komunitas/organisasi?
Guna melebarkan sayap, komunitas Turun Tangan Jakarta berinisiasi untuk mengadakan pelatihan dan bincang santai kehumasan yang mengusung dua topik yakni, "Membangun & Menjalin Hubungan dengan Pihak Eksternal dan Content Writing".
Sejuta dinamika menjalin komunikasi mewakili organisasi/komunitas dirasa ungkapan yang tepat, mungkin bukan hanya jutaan bahkan lebih dari itu. Dunia komunikasi itu dasarnya tidak exact, simpelnya seperti 1 ditambah 1 sama dengan 2, dari zaman Mesozoikum pun sudah seperti itu,
Para peserta yang merupakan para pengurus komunitas Turun Tangan Jakarta memiliki latar belakang yang bervariasi. Beberapa hal mendasar dalam praktik komunikasi eksternal menjadi beberapa poin paparan:
Siapa Target Komunitas?
Masyarakat, Media & Blog dan Pemerintah. Tentunya sebuah komunitas tidak bisa terlepas dari masyarakat, anggota komunitas, sasaran tembak dari komunitas pastilah tentunya masyarakat.
Setelah itu selesai? Tidak, besarnya komunitas tentunya membutuhkan publikasi, teman-teman media (daring, cetak, elektronik) tidak boleh luput dari pelukan sang pengurus komunitas. Terakhir pemerintah, kerjasama Turun Tangan dengan kementerian yang related dengan sektor yang menjadi konsentrasi komunitas tentunya akan semakin memuluskan jalan kegiatan positif mereka.
Saluran
Media sosial, situs web dan kegiatan. Kita sudah tau "jaman now" adalah zaman dimana orang-orang tidak lepas dari gawai, ratusan juta informasi lalu lalang melewati bola mata kita lewat layar setiap harinya, sadarkah? Efektifnya, bentuk kegiatan, visi misi, interaksi sebuah komunitas wajib hukumnya dituangkan di media sosial, yang pastinya hal tersebut juga bisa memperlebar komunitas untuk menjalin hubungan eksternal, membuktikan calon relasi bahwa kita dan kegiatan kita ada.
Pemanfaatan media sosial bagi humas komunitas sangat menarik untuk dikuliti. Mulai dari membuat konten yang bernilai kuat, kuat yang bagaimana? Humanis, momentum, sosok dan bicara baik. Berikutnya, pada dunia maya tersebut jangan sungkan untuk "follow", "like" dan "comment". Tidak masalah semisal komunitas Turun Tangan yang konsen terhadap bidang pendidikan mengikuti komunitas Greeneration yang konsen terhadap bidang lingkungan, kalau sudah saling "follow and double tap" di Instagram siapa tahu bisa "collab" bersama?
Merespon pertanyaan dan membalas komentas warganet di media sosial juga tidak kalah pentingnya untuk mewujudkan komunikasi eksternal. Melelahkan pastinya untuk "sang mimin" membalas satu persatu, tetapi niscaya engagement di media sosial akan tumbuh subur merambat ke atas.
Situs web bagi sebuah komunitas jangan dianggap sepele, tidak bisa kita menganggap "ah buat apa, medos aja cukuplah untuk komunitas". Sah saja punya anggapan demikian, karena kemungkinan keterbatasan SDM sampai finansial menjadi alasannya. Akan tetapi sudah banyak provider situs web gratis dengan template menarik yang bisa kita gunakan, contoh wix.com.