Bagaimana Humas Melihatnya?
Berdasarkan data statistik yang saya terima seputar perkembangan digital di Indonesia, sungguh mengejutkan ternyata internet users di negeri khatulistiwa ini tidak bisa dipandang sebelah mata.
Saya dapatkan berdasarkan riset dari salah satu situs luar negeri bahwasaanya Indonesia menempati urutan pengguna internet terbesar ke-6 secara global. Lalu pertanyaanya apakah relevansi tren ini terhadap dunia praktisi kehumasan/public relations?
Bisa dibayangkan bagaimana pekerjaan humas 30 tahun lalu seperti apa, belum adanya media daring apalagi media sosial seperti saat ini. Sepertinya lebih mudah pastinya beban kerja humas pada saat itu, ya bukan?
Jika dibandingkan dengan keadaan sekarang, media daring di Indonesia saja sudah menyentuh puluhan ribu, belum lagi berbagai macam media sosial. Humas/PR baik secara perseorangan maupun korporasi dihadapkan pada tantangan yang besar dalam era distrupsi dan derasnya arus informasi.
Branding in Digital Era
PERHUMAS Muda Bandung berkolaborasi dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati berinisiasi untuk menggelar acara bernama #prclub2 yang pada kali ini mengusung tema "Branding in Digital Era". Singkatnya memberikan gambaran secara riil kepada mahasiswa/i tentang kondisi kerja humas/PR di lapangan terutama yang berkaitan dengan tema tersebut.
Saya bersama Yuni Miyansari (Corcomm PT Bio Farma) berkesempatan untuk berbagi dengan para calon-calon humas dari anggota PERHUMAS Muda Bandung maupun UIN Sunan Gunung Djati. Pada sesi pertama saya dengan presentasi sederhana mencoba mendefinisikan apa itu pengertian daripada personal branding, corporate branding dan tentunya branding in digital era. Namun sebelum itu semua saya kembali mengingatkan esensi dasar tugas dan strategi seorang humas/PR.
Branding berada poin strategi, namun sebelum membuat strategi serta memutuskan apakah harus begini begitu, research merupakan satu hal terpenting untuk seorang humas/PR.
Banyak hal dalam melakukan riset, salah satu riset sederhana yang dapat PR lakukan ialah melalui hashtag pada media sosial seperti Facebook, Twitter maupun Instagram. Ketik saja semisalnya nama produk atau perusahaan tersebut melalui hashtag dan nanti bisa terlihat positioning produk/perusahaan seperti apa di media sosial.
Hal tersebut bisa menjadi salah satu bahan acuan riset sebelum memutuskan melakukan action strategy branding seperti apa agar efektif dan tepat sasaran.
Mulai dari pemanfaatan semua lini media sosial sampai strategi melalui full barter partnership dengan media daring bisa menjadi salah satu cara efektif agar mewujudkan low budget, high exposure. Ini yang seringkali dilakukan seorang humas/PR di era digital agar campaign mereka bisa sampai tanpa harus membeli spot iklan di media daring yang tidaklah murah.
Lalu, apakah humas/PR harus menyampingkan offline branding? Sekarang kan digital era? Apakah masih efektif memasang spanduk, banner, baliho, billboard, stiker? Jawabannya adalah tentu saja masih dan perlu.