Tulisan ini saya buat tanpa ada maksud untuk menyalahkan atau memojokkan salah satu perusahaan layanan transportasi online ataupun pihak tertentu. Murni untuk menginformasikan permasalahan di dunia transportasi online.
Bekasi, Kamis malam (20/10/2016) – Seperti biasa rutinitas saya pulang dari kantor naik commuter line dari bilangan Palmerah Jakarta Barat menuju Bekasi. Waktu menunjukkan pukul 20.50 WIB ketika saya sampai di stasiun akhir kota Bekasi. Namun ketika keluar stasiun terdengar dan terlihat ramai-ramai dari balik jeruji pagar stasiun.
Segera cepat saya menghampiri keramaian tersebut hendak melihat apa yang terjadi, benar saja dugaan saya, seorang pria yang mengaku warga asli sekitar dan seorang pengemudi ojek konvensional sedang “ngamuk-ngamuk” memarahi para ojek online yang mangkal di sekitar stasiun Bekasi. Saya sempat berdiam memperhatikan kondisi tersebut, didengar dari ucapan pria yang sedang naik pitam tersebut bahwa ojek online yang berada di sekitar stasiun hanya bikin macet dan mematikan rejeki ojek pangkalan.
Menurut pedagang dan warga sekitar baru kali ini terjadi keributan soal ojek online yang beroperasi di sekitar stasiun Bekasi, tetapi memang menurut warga sekitar ojek online tersebut kerap kali parkir dan mangkal sembarangan yang mengakibatkan kemacetan di gang yang tidak terlalu luas itu.
Memang ini bukan perselisihan kali pertama soal layanan transportasi online yang pernah saya lihat dan dengar, masih teringat sekali ketika kerusuhan layanan taksi online berseteru dengan taksi konvensional beberapa saat lalu (baca: Taksi Aplikasi, Istri Siri!). Satu sisi bagi masyarakat dirasa sangat menguntungkan menggunakan jasa transportasi online, yakni murah dan berada digenggaman.
Suatu inovasi yang dianggap berhasil bagi para pengusaha industri layanan transportasi online karena berhasil mempermudah mobilitas masyarakat kaum urban lebih tepatnya. Tetapi lihat, di sisi lain banyak timbul permasalahan ketika mental para pengemudi transportasi online yang belum “secanggih” layanan mereka itu sendiri.
Mengapa demikian? Jelas sudah pihak layanan ojek online tentunya tidak membenarkan para pengemudinya untuk “mangkal” apalagi sampai membuat kemacetan dan menggangu pengguna jalan. Akan tetapi kenyataan di lapangan tidak demikian, banyaknya pengemudi ojek online yang kian merangkak naik membuat kompetisi perebutan calon penumpang semakin tinggi.
Memang di setiap inovasi pasti ada saja permasalahan yang timbul, semoga para pemilik layanan transportasi online bisa lebih mengedukasi para pengemudinya untuk sadar dan taat pada peraturan lalu lintas dan juga pemerintah bisa berperan aktif untuk mengatur persoalan ini.
Harapan saya semoga layanan transportasi online ke depannya jauh lebih tertata lagi, saya dan kita semua para pengguna ojek ataupun taksi online hendaknya juga berperan aktif mengedukasi mereka untuk tertib lalu lintas.
Sedikit reportase saya melalui rekaman video amatir pada saat kejadian berlangsung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H