Lihat ke Halaman Asli

Desa Pancana, Saatnya Desa Membangun Indonesia!

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14212123351941837592

[caption id="attachment_346235" align="aligncenter" width="512" caption="Penanaman bibit rumput laut"][/caption]

Ada yang menarik dengan Desa Pancana. Sebuah desa yang terletak di pesisir Kabupaten Barru Sulawesi Selatan. Desa ini selain dikenal sebagai desa pariwisata dengan sejarah La Galigonya, juga ada hal yang bisa dipelajari oleh kita dari desa ini. Jika desa-desa pada umumnya mempunyai Badan Usaha Milik (BUM) Desa/ BUMDes yang notabene mempunyai unit usaha di bidang pelayanan umum dan jasa, BUM Desa ini mempunyai inovasi bekerjasama dengan petani rumput laut.

Sebelum jauh berbicara tentang BUMDes Pancana, alangkah baiknya jika kita mengetahui terlebih dahulu bagaimana pengertian dari BUMDes. BUMDes merupakan lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam memperkuat perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. Berdasar UU no. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, BUMDes didirikan untuk mendorong peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD). Dengan PAD yang meningkat, harapannya kesejahteraan masyarakat desa juga ikut meningkat.

BUMDes di Desa Pancana bernama BUMDes Sipurennu. BUMDes ini berdiri sejak tahun 2011. Sejak awal berdirinya BUMDes ini hanya bergerak di bidang jasa pembayaran listrik dan penyewaan kios untuk berjualan yang disewakan kepada warga desa. Melalui usaha ini, BUMDes Sipurennu bisa dikatakan berjalan stagnan, tidak progresif juga tidak mati. Namun, akhir 2013 sejak ada pendampingan dari Program Restoring Coastal Livelihood (RCL) BUMDes Sipurennu mulai merambah di unit usaha rumput laut.

BUMDes yang baik adalah BUMDes yang menggali potensi desanya. Karena Desa Pancana merupakan kawasan pesisir, dan banyak dari warga yang menjadi petani rumput laut, BUMDes mulai bekerja di unit usaha penjualan rumput laut. BUMDes Sipurennu menghadirkan layanan pemasaran bersama rumput laut. Dengan adanya pemasaran bersama ini, berdampak langsung terhadap kesejahteraan petani rumput laut.

[caption id="attachment_346236" align="aligncenter" width="512" caption="Ibu-ibu anggota kelompok sedang mengikat bibit rumput laut"]

1421212377181435189

[/caption]

Keterbukaan Informasi Harga Rumput Laut di Pasaran

Pesisir Sulawesi Selatan dikenal sebagai salah satu kawasan pemasok rumput laut yang akan diekspor ke luar negeri. Sebagai ujung tombak dari proses ekspor rumput laut ini, seharusnya petani rumput laut bisa sejahtera dari budi daya yang dilakukan. Sayangnya, kenyataan belum seindah itu. Masih ada beberapa hal yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani rumput laut.

Pertama, adanya relasi antara nelayan dengan ponggawa. Ponggawa dikenal dalam istilah Ponggawa-Sawi. Ponggawa-Sawi merupakan sistem patron-client di mana hubungan antara keduanya saling menguntungkan. Ponggawa adalah patron/pelindung yang menyediakan modal sosial dan ekonomi bagi kelompok masyarakat dalam menjalankan suatu usaha. Sedangkan sawi adalah client yang mendapat perlindungan sekaligus bekerja pada ponggawa dengan memakai atribut hubungan norma sosial dan persepakatan kerja. Dengan sistem ponggawa-sawi ini, ponggawa diuntungkan karena mempunyai sumber daya yang menjalankan usaha dan layanan sosial lainnya, sedangkan sawi mendapat jaminan hidup/sumber pendapatan dalam hidupnya.

Petani rumput laut biasanya menjual rumput laut ke ponggawa. Ponggawa kemudian menjual rumput laut ke eksportir. Ponggawa ini lah yang menentukan harga rumput laut. Biasanya harga yang ditetapkan ponggawa tidak terlalu menguntungkan petani.

Asas yang diterapkan BUMDes yaitu transparan, akuntabel, dan partisipatif, maka BUMDes Siperennu membuka akses informasi mengenai harga rumput laut. Selama ini informasi mengenai rumput laut masih simpang siur, seringkali pihak-pihak tak bertanggung jawab membuat petani bingung. Kerjasama yang dijalin BUMDes Siperennu dengan perusahaan besar di Makassar, membuat informasi mengenai harga ini berasal dari sumber yang kredibel.

BUMDes Siperennu membeli rumput laut kering jenis cottonii dari petani dengan kisaran harga Rp. 14.000,- sampai Rp. 15.000,- per kg. BUMDes Siperennu membeli rumput laut berkualitas dengan harga tinggi, sedangkan rumput laut dengan kualitas kurang dengan harga terendah Rp. 14.000,-. Range harga ini mendorong petani untuk meningkatkan kualitas rumput laut yang diproduksi. Dalam menjaga kualitas rumput laut BUMDes Siperennu memang serius. Menurut Harlina-bendahara BUMDes Siperennu “kami memang serius menjaga kualitas rumput laut yang kami beli dari petani dan kami jual ke Makassar”. BUMDes Siperennu juga sudah mempunyai gudang penyimpanan rumput laut agar kualitasnya tetap terjaga. Rumput laut yang dijual petani dibeli BUMDes dan kemudian dikumpulkan di gudang sampai jumlahnya cukup untuk dijual ke Makassar.

BUMDes Siperennu memang belum lama memulai kiprahnya di unit usaha rumput laut. Di tahun 2014 penjualan pertama rumput laut ke Makassar adalah sebanyak 1.138 kg dengan harga jual pada saat itu adalah Rp. 16.900,-. Selisih dari hasil penjualan sebesar Rp.19.232.200 dengan pembelian rumput laut dari petani(1.138 kg x Rp.15.000,-=Rp.17.070.000,-), 90 %nya kemudian dikelola BUMDes sebagai Pendapatan Asli Desa (PAD) yang akan dimanfaatkan untuk masyarakat desa itu sendiri, dan 10% diberikan kepada pengurus BUMDes.

Menurut Syahrul Mukhlis-Manager BUMDes Siperennu, BUMDes baru melakukan penjualan pertama kalinya ke Makassar dikarenakan perlu dilakukan sosialisasi terhadap masyarakat mengenai BUMDes. BUMDes tidak seperti koperasi yang sangat sosial, dan tidak seperti perusahaan yang sangat business oriented. BUMDes berada di tengah-tengah sebagai lembaga sosial dan komersil. Ia berperan sebagai social busines / social enterprise yang menjalankan usaha secara komersil, yang dijalankan oleh masyarakat untuk memberi manfaat kepada masyarakat.

Adanya BUMDes ini juga menjaga stabilitas harga rumput laut. Menurut Kepala Desa Pancana Mukhlis Sulaiman, BA, adanya BUMDes harga rumput laut menjadi stabil. BUMDes meminimalisir ulah tengkulak yang mempermainkan harga rumput laut dengan memberi harga pantas terhadap rumput laut.

Lain Hari Ini Lain Esok

Mengapa petani rumput laut juga belum sejahtera? salah satu penyebabnya adalah mental "Lain Hari Ini Lain Esok". Menurut Syahrul Mukhlis, pendapatan petani rumput setiap kali panen bisa mencapai jutaan rupiah (untuk petani dengan kapasitas bentangan rumput laut ratusan). Hanya saja, biasanya pendapatan tersebut cepat habis karena pikiran petani "lain hari ini lain esok".

Oleh karenanya, BUMDes juga mendorong masyarakat untuk menabung di BUMDes. Menabung tidak dalam bentuk uang, tetapi dalam bentuk rumput laut. Dorongan BUMDes terhadap petani untuk bisa menabung salah satunya adalah melalui beberapa kegiatan pelatihan tentang manajemen keuangan keluarga. BUMDes dan RCL berusaha menyadarkan masyarakat agar mulai sadar dengan pentingnya mengelola keuangan dengan bijak. Perlahan menurut Syahrul, cara pandang masyarakat mulai berubah. Masyarakat mulai sadar dengan pentingnya pengelolaan keuangan. Beberapa perubahan mulai terlihat dari ada yang membangun dan memperbaiki rumah dan membeli kendaraan walaupun mungkin masih mencicil.

Bukan hanya melakukan kegiatan pembelian dan penjualan rumput laut, BUMDes Siperennu juga mewajibkan anggotanya untuk mempunyai simpanan wajib di BUMDes. Uniknya simpanan wajib tidak dalam bentuk uang, namun berupa rumput laut. Menurut Harlina-Bendahara BUMDes, “seringkali masyarakat merasa berat jika harus menyimpan dalam bentuk uang, jadi kami konversi dalam bentuk rumput laut.” Setiap anggota wajib menyimpan 20 kg rumput laut di BUMDes, jika dikonversi ke nilai rupiah, simpanan wajib ini mencapai Rp.300.000,- untuk harga rumput laut Rp.15.000,-/kg-nya. Simpanan rumput laut ini bisa dimanfaatkan sebagai cadangan jika sewaktu-waktu ada anggota lainnya yang membutuhkan bibit rumput laut. Jika cadangan bibit rumput laut ini sedang kosong, BUMDes membantu memfasilatasi penyediaan bibit ini dengan menghubungi petani rumput laut di daerah lain seperti di daerah Bantaeng.


Perguliran Rumput Laut, Makin Banyak Warga yang Mendapat Manfaat

Perguliran rumput laut atau dikenal dengan istilah revolving in kind material, merupakan pola yang diterapkan RCL terhadap kelompok petani rumput laut yang didampingi. Sederhananya seperti ini, kelompok dampingan misalnya terdiri dari 10 orang masyarakat rentan, menerima bantuan/in kind material berupa bibit rumput laut. Masing-masing anggota mendapat 200 kg bibit. Jika harga bibit Rp.3000,- maka total in kind material yang diterima adalah sebesar Rp. 6.000.000,00. Perguliran maksudnya, anggota wajib menggulirkan bantuan yang diterima misalnya dengan mengeluarkan rumput laut/uang sejumlah yang ia terima di awal setelah beberapa bulan panen. Bantuan ini kemudian digulirkan kepada masyarakat rentan lain yang dianggap layak mendapat bantuan.

Nah, BUMDes dalam hal ini juga mengatur perguliran in kind material dari kelompok-kelompok dampingan RCL yang bekerja sama dengan BUMDes. Perguliran yang biasanya berupa uang atau berupa rumput laut, kini dibuat lebih sederhana, yaitu dengan pembelian rumput laut yang lebih murah. Selisih harga tersebut akan digulirkan kepada masyarakat rentan lain, atau diperuntukkan bagi anggota yang sedang kekurangan bibit rumput laut.

Salah satu anggota Kelompok Pantai Bira, Sarinah (32) menyampaikan “dengan adanya kerjasama dengan BUMDes ini kami merasakan perubahan yang lebih baik. Dulu di tahun 2013, harga rumput laut di pengumpul pernah dibeli dengan harga Rp.7000-Rp.10.000,-.” Sarinah sendiri baru bisa menanam rumput laut secara berkelanjutan setelah mendapat in kind material dari Oxfam melalui program RCL. Saat ini Sarinah mempunyai rumput laut sebanyak 100 bentang dengan ukuran 25 m/bentang. Dari setiap bentang dia bisa menghasilkan 3-4 kg rumput laut kering, jadi ia bisa menghasilkan sekitar 300-400 kg rumput laut setiap kali panen. Dengan adanya BUMDes, menurut Sarinah ia merasa ada upaya saling membantu antar petani rumput laut, ketika petani membutuhkan bibit atau tali mereka bisa menghubungi BUMDes.

Di sisi lain, BUMDes dalam menjalankan niat baiknya masih menemui hambatan. Modal yang tersedia masih kurang, sehingga BUMDes belum bisa membeli semua rumput laut yang dihasilkan kelompok. Menurut Syahrul Mukhlis, petani rumput laut yang bekerja sama dengan BUMDes belum menjual semua rumput lautnya ke BUMDes karena kemampuan membeli BUMDes yang masih terbatas. Jika modal yang dimiliki oleh BUMDes mencukupi, tentu BUMDes akan membeli semua rumput laut yang diproduksi. Kapasitas memasok rumput laut pun akan menjadi lebih besar, dan lebih meningkatkan PAD. Selain terhambat dengan keterbatasan modal, BUMDes juga seringkali masih bersaing dengan ponggawa. Ponggawa inilah yang seringkali menghembuskan informasi simpang siur mengenai harga rumput laut, terkadang menaikkan harga sebagai upaya menarik perhatian petani rumput laut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline