Lihat ke Halaman Asli

Roy Stout dan Kedangkalan Solusi Atas Masalah Besar

Diperbarui: 16 Maret 2018   12:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang Utan Sedang Pusing - thinkwithBOX

Kesalahan analisa pasar umum terjadi di semua perusahaan. Sebuah kesalahan pernah dilakukan oleh seorang kepala riset pasar dari salah satu perusahaan besar di dunia, yang bernama Roy Stout dari CocaCola. Di tahun itu, kira-kira 1980-an kompetitor mereka yaitu Pepsi menunjukan peningkatan yang positif dan sangat mengancam dominasi CocaCola pada masa itu.

Kesalahan Stout adalah terlalu dini menyikapi permasalahan tanpa membuat ukuran yang menyeluruh. Saat itu Stout dengan cepat merespon kampanye Pepsi yang bernama "Pepsi Challenge". Kampenye itu menunjukan sebuah hasil tes rasa minuman dan disiarkan diseluruh Amerika. Hasilnya adalah Pepsi lebih unggul dalam hal rasa. Ini adalah tahun yang berat untuk CocaCola. Mereka adalah pemimpin pasar, dengan vending mechine lebih banyak di seluruh negara, memiliki jatah ruang rak yang lebih besar dari pada minuman lainnya, serta biaya iklan yang $100juta lebih banyak dari Pepsi.

Kenyataan itu membuat Stout memberikan saran kepada eksekutif perusahaan, bahwa masalah dari CocaCola bukanlah pemasarannya tapi dari produk itu sendiri yaitu rasa. Sepertinya orang lebih menyukai rasa Pepsi daripada CocaCola. Saran itu langsung diterima oleh CEO, untuk merenspon cepat dan meyakinkan para eksekutif jika perusahaan itu tidak akan tinggal diam.

Pada akhirnya perusahaan ini mengeluarkan sebuah produk baru yang bernama New CocaCola, produk ini menunukan awal yang positif dan dicintai masyarakat. Mereka jauh lebih menyukai produk baru ini. Dengan fakta ini CEO dan Eksekutif benar-benar bangga atas pencapaian produk baru tersebut. Tanpa mereka sadari bahwa itu adalah bom waktu yang menyebabkan CocaCola terpuruk hingga benar-benar mengalami krisis.

Dengan berbagai pertimbangan CocaCola akhirnya menarik kembali produk baru mereka dan kembali menghadirkan Classic CocaCola. Faktanya mereka tetap memimpin pasar minuman ringan hingga saat ini. Saat ini CocaCola telah berusia 131 tahun sedangkan Pepsi 125 tahun.

Kesalahan yang menyebabkan kerugian besar itu adalah karena kelalaian Stout untuk membuat analisa lebih jauh tentang kedua minuman tersebut. Mereka memang kalah dalam hal rasa, namun itu hanya diuji cobakan di sebuah kelas dan orang hanya merasakan sedikit minuman itu. Stout tidak melakukan review lebih jauh tentang apa yang orang katakan ketika mereka minum satu botol penuh.

Kenyataannya Pepsi memang unggul dalam hal rasa, yaitu rasa manis. Namun itu hanya ketika diujicobakan sedikit saja. Rasa manis itu akan terasa membosankan ketika harus diminum dalam volume banyak. Dengan kata lain minuman CocaCola ternyata sangat mengesankan ketika diminum hingga satu botol habis.

Hal itu meberikan gambaran bahwa kita harus lebih jauh untuk menghitung berbagai aspek dan atributnya. Kelemahan bisa saja menjadi kelebihan jika Stout mengetahui hal ini sebelumnya. Sehingga perusahaan tidak sampai mengeluarkan jutaan dolar untuk minuman baru itu. Namun Stout juga cepat tanggap ketika mengetahui bahwa minuman baru mereka gagal di pasar. Dia langsung mengembalikan cita rasa awal dari produk itu. Hingga saat ini CocaCola tetap menjadi pemimpin pasar untuk minuman ringan di seluruh penjuru dunia.

Sekarang kita teliti lebih jauh. Bagaimana jika marketing mereka sengaja mempublikasikan kesalahan dan kelalaian mereka. Sehingga CocaCola akan menjadi contoh di berbagai buku dan seminar. Tentu ini adalah free-advertising untuk mereka. Apapun jawaban kamu, tidak ada yang salah dengan itu. Kita bebas berekspresi dan menyampaikan pendapat.

Apapun itu, ini mengingatkan kepada saya untuk semakin teliti dalam menghadapi sebuah masalah dan memberikan keputusan. Saya ingat salah satu teman saya dari perusahaan Jasa SEO yang bernah mengatakan "Having no problems is the biggest problem of all". Tapi sepertinya saya terlalu dangkal mencerna kalimat itu. Maka pengalaman dan sejarah CocaCola diatas telah melengkapi pemahaman saya terkait masalah dan menyikapi masalah itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline