Lihat ke Halaman Asli

R.Budi Ariyanto Surantono

Praktisi Media Online & Digital Indonesia, Pemerhari Sosial, Kemasyarakatan, Seni dan Budaya, Praktisi Perlindungan Hak Konsumen & Pelayanan Publik

Menjadi Wartawan Sekaligus Bapak Bagi Puluhan Anak Yatim Tanpa Menunggu Kaya

Diperbarui: 25 September 2024   21:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjalani profesi Wartawan adalah sebuah pilihan hidup yang tidak mudah. Karena ada pertaruhan antara realita hidup dan idealisme kehidupan yang harus diperjuangkan.

Saya aktif menjadi wartawan resmi sejak tahun 2004 lalu, setelah sebelumnya srjak tahun 1996 aktif didunis jurnalistik komunitas.

Tahun 2004 pertama kali menyandang jabatan Pemimpin Redaksi sebuah Media Cetak Lokal dan menjadi Kontributor Tetap di berbagai Media Nasional dengan "gaji" dan "honor" yang "pas-pasan" untuk ukuran kehidupan di kota besar.

Namun idealisme untuk menyuarakan kebenaran selalu terngiang dan harus terus dilakukan. Jaman dulu wartawan "sulit" kaya, karena tidak bisa dan tirsk boleh meneriman "amplop" dari nara  sumber, sehingga hidup wartawan murni dari gaji yang kadangkala tidak sesuai dengan UMR atau UMK.

Sejak tahun 2015, saya mencoba menggandeng dan mengajak kawan kawan sesama wartawan untuk peduli dengan anak anak yatim dan dhuafa. Secara berkala saya ajak rekan rekan wartawan  untuk berkunjung dan peduli dengan anak anak yatim, dhuafa dan difabel.

Hingga akhirnya di tahun 2017 saya memberanikan diri "nekat" mendirokan  Panti Asuhan sendiri di Bantul Yogyakarta.

Kenapan"nekat" ?. Ya karena saya bukan orang kaya. Hanya seorang wartawan yang punya niat untuk memuliakan anaknyatim saja. Tidak punya modal, tidak punya harta berlimpah dan ekonomipun hanya pas pasan saja.

Namun alhamdulillah, ternyata benar bahwa untuk berbuat baik, kita tidak harus menunggu kaya. Alhamdulillah Panti Asuhan yang saya dirikan maju dan berkembang. Saya bisa mengasuh dan membina puluhan anak yatim, dhuafa dan difabel baik didalam maupun dilusr panti . 

Saya sudah membuktikan bahwa untuk berbuat baik tidak harus menunggu kaya. Ketika kita sudah ada niat dan kemudian berani action untuk kebaikan, Allah Swt yang akan mencukupinya.

Alhamdulillah walaupun tetap belum kaya, saya bisa jadi bapak yang selalu disayangi dan dirindukan anak anak yatim, dhuafa dan difabel.

Saya memang tidak selalu bisa memberikan sesuatu kepada mereka kecuali perhatian dan kasih sayang. namun saya bisa membawa orang orang kaya untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline