Pemungutan suara pada Pemilihan Umum Tahun 2024 telah dilalui bangsa Indonesia dengan aman dan lancar dengan berbagai dinamika didalamnya.
Terdapat 204.807.222 Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang terdiri dari 204.807.233 pemilih laki-laki dan 102.588.719 pemilih perempuan.
Komisi Pemilihan Umum selaku Badan Ad Hoc yang dibentuk negara telah mempersiapkan 823.220 Tempat Pemungutan Suara yang terdiri dari 820.161 TPS didalam negeri dan 3.059 TPS diluar negeri.
Puncaknya, Rabu (14 Februari 2024) bersamaan dengan "Valentine Day" (Hari Kasih Sayang) pelaksanaan pemungutan suara berlangsung dan salah satunsesi yang di tinggi masyarakat adalah hadil perhitungan cepat Qiuck Count dan Exit Pool yang dilaksanakan berbagai lembaga survey.
Hasil sementara pooling ini menunjukkan Pasangan Prabowo - Gibran ungggul mencapai 50%, disusul pasangan Anies - Muhaimin serta Ganjar-Mahmid diurutan ketiga.
Walaupun bukan penghitungan resmi versi KPU, namun hasil ini sudah menggambarkan siapa calon pemenamh pemilu presiden dan wakil presiden kai ini.
Uniknya, ada anomali hasil peroehan suara dalam pemilu kali ini. Yaitu walaupun calon presiden yang diusung berpotensi kalah, namun PDIP Perjuangan berpotensi menjadi Juara sebagai Partai Politik Pemenang Pemilu 2024.
Beberapa pihak menganggap ini aneh dan bahkan mengkaitkannya dengan kecurihagaan berbagai kecurangsn. Namun menurut saya anomali ini adalah suatu keniscayaan yang harus bisa diterima dengan lapang dada.
Rakyat Indonesia saat ini sudah cenderung memilih berdasarkan vigur ketokohan. Bukan lagi melihat partainya. Maka dalam pemilu 2024 ini sangat jelas terjadi. Calon presiden pilihan partai tidak berbanding lurus dengan pilihan rakyat.
Elite partai menentukan capres si A, sementara konstituen tingkaf akat rumput cenderung memilih si B. Dan itu tetnjadi di semua pasangan capres-cawpres.
Lantas kenapa PDIP sebagai Pengisusng Capres-Cawapres yang berpotensi kaah, justru memiliki kans sebagai partai pemenang pemilu 2024?