Lihat ke Halaman Asli

Merpati Biru untuk Sang Putri

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awal Kisah Dahulu kala, hiduplah seekor merpati di sebuah puri di negara yang diselimuti kemakmuran dan kehangatan. Si Merpati telah diasuh oleh seorang putri sejak ia terluka di kebun puri ketika ia masih muda. Merpati itu terluka begitu parah seolah-olah sayapnya terasa akan putus. Rasa sakit menjalar di seluruh tubuhnya dan ia tidak bisa melakukan apapun selain berbaring di tempat tidur yang terbuat dari dedaunan. Sang putri-lah yang kemudian menyelamatkannya. Dia membawanya kedalam sebuah kandang kecil yang tergantung pada jendela di pojok rumahnya. Walaupun hidup di dalam kandang ia jauh dari rasa tertekan. Sang putri selalu memberinya perhatian besar dan pemandangan diluar jendela sungguh indah. Dan lebih pentingnya lagi, ia dapat asyik memperhatikan tiap gerak gerik sang putri. Setelah sembuh dari lukanya, ia menjadi cukup sehat untuk melompat-lompat di dalam kandang. Penyakit Sang Putri Si Merpati itu sangat senang dengan hari-harinya dan berharap hal itu akan berlanjut untuk selamanya, namun kemudian segalanya mulai berubah. Sang putri, yang selalu dalam keadaan baik dan selalu datang mengunjunginya berkali-kali dalam sehari, tidak muncul sekalipun pada hari itu. Dia tidak datang memberi dia makan sampai hari berkahir. Pada pagi keesokan harinya,merpati itu melihat banyak bangsawan berkumpul di sekitar tempat tidur sang putri. Wajah mereka terlihat cemas. Tampaknya sang putri terserang penyakit. Dia mungkin tidak dapat sembuh. Dia mungkin dapat meninggal. Bagaimana ini terjadi ketika negara tetangga baru saja mengehentikan perang? Bagaimana ini bisa terjadi disaat perdamaian dunia sudah didepan mata? Orang-orang mulai membicarakan tentang semua ini. "Setan sang Razgriz!" Salah satu dari mereka tiba-tiba berbicara dengan suara keras. "Ketika sejarah menyaksikan perubahan besar, Razgriz menunjukan dirinya. Pertama, sebagai setan jahat. Sebagai setan, ia menggunakan kekuatannya untuk menghujani bumi dengan kematian. Kemudian Ia pun mati.". "Namun setelah masa-masa tenang berkahir, Razgriz kembali, kali ini sebagai pahlawan besar." "Hanya Setan sang Razgriz yang dapat melakukan ini kepadanya!" Memikirkan tentang bagaimana sehatnya sang putri pada hari sebelumnya dan betapa serius orang-orang peduli kepadanya, si merpati merasa sangat cemas. "Sang putri mungkin akan menghilang dan tidak bangun lagi untuk menemuiku." Perasaan sedih semakin menumpuk di dalam pikirannya. Benak Seekor Merpati Pembari mengkhawatirkan sang putri dan mengenang harihari yang dihabiskan si merpati bersamanya, sebuah ingatan lama melintas dibenak si merpati. Ingatan itu adalah kenangan tentang sebuah kisah yang diceritakan ibunya sebelum meninggal. "Di suatu tempat terdapat sebuah pohon besar, yang bernama Orion Poplar dan buah ajaibnya dapat menyembuhkan segala jenis luka dan penyakit. Pohon itu tumbuh di tempat yang sangat sangat jauh; di pedalaman pegunungan yang berbatu sampai-sampai tidak ada manusia yang bisa menjangkaunya". "Buah ajaib itu pasti bisa menyelamatkan san putri". Pikir si merpati. "Dia akan sembuh jika aku membawakannya." Namun, semakin si merpati memikirkan tentang buah itu, semakin kecil rasa percaya dirinya. "Apa bisa aku lolos dari burung elang dan alap-alap jika mereka mengejarku? Bisakah aku terbang sampai pegunungan yang sangat jauh disana dan kembali lagi? Bisakah aku terbang untuk waku yang cukup lama? Bisakah aku membawa buah itu dengan paruhku yang kecil ini seandainya aku bisa mencapainya ?" Perasaan tidak enak selalu menghantui benaknya. Tidak ada  yang salah dengan pikiran si merpati. Dia telah dirawat oleh sang putri dan karena luka disayapnya, ia hanya bisa berdiam diri di kandangnya. Sementara itu, kian hari kondisi sang putri kian memburuk. Akhirnya, pada esok paginya, seorang pelayan datang untuk memberi makan. Dia membuka sedikit kandangnya untuk meletakkan makanan. Si merpati memperhatikannya dengan wajah penuh rasa percaya diri, menunggu saat yang tepat untuk keluar dari kandangnya. Kemudian kesempatan datang dan ia pun terbang keluar kandang dan menghambur ke udara melewati pintu kamar dan dinding puri. Ia dapat mendengar teriakan pelayan itu dari belakang. Apakah si merpati sudah terbebas dari rasa takutnya terhadap elang dan alap-alap? Apakah ia tahu kearah mana yang harus ia tuju? Tentu saja tidak, namun ia tetap memaksakan dirinya untuk terbang demi mendapatkan buah ajaib untuk sang putri. Burung Lark merpati itu sedang berada di atas hutan di sebelah utara puri saat seekor burung Lark terbang meluncur dari belakang. "Sepertinya kau sedang terburu-buru, tapi terbangmu terlihat oleng". Tanya burung Lark. "Tidak mengherankan, aku sudah sangat lama hidup didalam kandang. Aku bersyukur bisa terbang seperti ini." Jawab si merpati. "Ah, kandang sangat buruk." Sergah burung Lark. "Kita punya sayap, bukan? Sayap bisa membawa kita terbang kemana pun kita mau. Sudah semestinya begitu. Lihatlah, dunia ini begitu luas." "Tapi, tidakkah kamu berpikir kalo langit sangat berbahaya? Ada banyak elang dan alap-alap di atas sana. Bagaimana jika mereka menmburumu? Dan di bawah ada rubah, musang, anjing dan kucing." "Coba aku tanya padamu. Bisakah kau ingin memakan sesuatu yang kau inginkan jika kau tertahan di sebuah kandang?" tanya burung Lark. "Suatu hari, kau akan merasa ingin menyantap ulat atau cacing dan mungkin dihari lain kau ingin memakan buah mawar. Tidak ada gunanya memikirkan 'aman' atau 'bahaya' ketika kau atau orang lain memiliki suatu tujuan yang benar-benar kau inginkan." "Apakah mengetahui luasnya dunia itu begitu penting?" Merpati itu menanggapi. "Dunia itu adalah sejauh mana matamu dapat memandang, lalu itu akan menjadi duniamu. Jadi mengetahui lebih banyak lagi akan membuatmu menjadi lebih baik lagi. Kau bisa memegang kata-kataku." kata burung Lark dengan santai, namun dengan nada penuh keseriusan. Merpati itu kemudian menanyakan tujuannya. "Aku sedang mencari buah ajaib, kau tahu dimana itu?" "Wah,aku  tidak pernah mendengar tentang buah itu. Kenapa tidak kau tanyakan pada ulat hijau dibawah sana? Sungguh menyedihkan, aku tidak ingin menjadi seperti dia. Yang bisa ia tuju hanya sebuah pohon. Pohon itu dunia untuknya." Jawab burung Lark sambil terbang manjauh. Ulat Hijau "Aku bisa terbang. Aku tahu aku tidak bisa terbang setinggi kau, tapi aku bisa terbang." Kata ulat hijau itu tiba-tiba. "Kau tidak punya sayap, jadi kau tidak akan bisa terbang." Kata si merpati. "Kau salah." Jawab si ulat. "Aku bisa. Aku bisa menjadi sebuah kepompong dan aku akan mempunyai sayap. Itulah kenapa aku bisa terbang." "Ya, tapi tidak untuk sekarang." Balas si merpati. "Tidak ada bedanya terbang hari ini atau besok. Kau juga tidak bisa terbang saat masih menjadi telur kan? Ketika aku menjadi kepompong, sayapku akan tumbuh. Ukuran sayapku sama besarnya dengan kenangan-kenangan yang aku peroleh saat sebelum berubah menjadi kepompong. Saat sayapku sudah tumbuh, kakiku menjadi kecil dan lemah. Lalu aku tidak akan bisa berjalan-jalan lagi seperti ini. Itulah kenapa aku terus memperhatikan seluruh bagan dari pohon ini." Jelas si ulat. "Aku sedang mencari pohon yang memiliki buah ajaib." Merpati itu akhirnya berkata tentang tujuannya. "Aku bertemu kura-kura disini. Dia kelihatan bijaksana. Dia bilang padaku kalau dia sering berada di danau di ujung hutan ini. Dia mungkin tahu sesuatu tentang buah itu. Dia mungkin bijaksana, tapi dia harus terkunci didalam tempurung selama hidupnya. Da tidak akan memunyai sayap dan tidak akan bisa terbang. Kenangannya sama tuanya dengan umurnya. Akan tetap begitu selamanya. Nun jauh disana, di ujung hutan; terdapat sebuah danau yang berkilau-kilau memantulkan cahaya senja. Merpati itu melihat kebawahnya dan melihat sesuatu yang hijau merangkak di antara rerumputan. Kura-kura Sesampainya di danau, merpati itu bertemu dengan kura-kura. "Sangat bagus memiliki tempurung. Berkatnya aku bisa selamat dari berbagai macam bahaya. Bukankah ada beberapa burung yang mempunyai tempurung juga?" Kata si kura-kura. "Maksudmu kandang? Tidak, itu tidak  seperti milikmu. Kandang mengurung kita dari dunia luar. Banyak sekali diantara kami yang ingin bebas dari kandang. Aku juga pernah didalamnya." "Kenapa bisa kau keluar dari kandang dan membahayakan dirimu seperti ini?" tanya kura-kura, bingung. "Cara terbaik untuk berumur panjang adalah dengan menjauhi hal-hal berbahaya. Malapetaka bisa mendatangimu tanpa kau ketahui. Ketika kau dalam masalah, yang perlu lakukan adalah... seperti ini."  Kura-kura itu memasukan aggota tubuhnya kedalam tempurung. "Dan tunggu sampai masalah itu berlalu dengan sendirinya, dan jangan sampai bergerak sedikitpun." "Itu bukan cara memecahkan masalah!" protes si merpati. "Yah!" kura-kura itu berkata dengan suara keras. "Bisakah semua masalah bica dipecahkan? Apa kau seyakin itu? Segala hal memiliki akhirnya masing-masing, baik itu akhir yang buruk maupun akhir yang bagus. Ketika matahari bersinar, kau lebih baik menikmatinya sebanyak yang kau bisa. Di musim yang amat sangat dingin sampai bisa membekukan air matamu, kau harus bertahan dengan semua yang kau miliki. Kita adalah mahluk fana, dan itulah yang mahluk fana bisa lakukan." Kura-kura itu berhenti sejenak. "Hmm.. angin yang aneh mulai bertiup. Aku mempunyai perasaan kalau sesuatu yang buruk sedang datang. Kura-kura itu memasukan kepala ke dalam tempurung. "Ada pegunungan berbatu jauh di seberang danau ini. Kau bisa melihatnya? Puncak keempat di bagian tertinggi dari peunungan itu. Pergilah kesana. Si merpati memandang ke arah yang dikatakan kura-kura. Pegunungan itu sagat-sangat jauh dan hanya terlihat samar-samar di ujung cakrawala. "Percaya" kata kura-kura. "Percaya pada apapun yang kau miliki. Aku lebih mempercayai tempurungku yang kuat ini dari pada buah ajaib." Pohon Tua Ketika si merpati sampai di pegunungan yang ditempuhya dengan susah payah itu, sebuah pohon tua mulai berbicara kepadanya. "Angin yang tidak menyenangkan sedang bertiup. Apakah dia akhirnya kemari? Apakah ini waktunya bagi pohon tua sepertiku untuk tumbang? Setan sang Razgriz... hmmm... kali ini pahlawan besar?" "Ada apa?" tanya burung itu. "Ketika sejarah menyaksikan perubahan besar, Razgriz menunjukan dirinya. Pertama, sebagai setan jahat." Pohon itu mulai menceritakan hal yang sama dengan yang si merpati dengar di puri. "Sebagai setan, ia menggunakan kekuatannya untuk menghujani bumi dengan kematian. Kemudian Ia pun mati. Namun setelah masa-masa tenang berkahir, Razgriz kembali, kali ini sebagai pahlawan besar." "Setan? Pahlawan? Apa yang dia lakukan?" tanya merpati "Ketika aku melihatnya pertama kali, aku masih muda dan kecil. Dahanku masih sedikit. Pada waktu itu manusia sering berperang satu sama lainnya. Razgriz tidak hanya membawa kemurkaan yang terus membara selama tujuh puluh hari tapi juga menghujani bumi dengan hujan batu-batu es dari langit. Pohon dan rumput musnah dan tidak ada yang tersisa bagi manusia dan binatang untuk bertahan hidup. Ladang ladang hancur. Semua mahluk hidup mati satu persatu. Teman-temanku, binatang berkaki empat, manusia dan burung sepertimu. Semua yang ada di tanah ini mati. Dan pada akhirnya Razgriz membunuh dirinya sendiri. Kemudian, tempat ini berubah menjadi hampa." "Dia adalah mahluk yang jahat bukan?" tanya merpati. "Hmm tidak, tidak juga.." jawab pohon itu ragu-ragu. Dia mengambil nafas panjang. "Cerita ini masih berlanjut. Setelah lama, lama sekali berselang sejak tanah ini hancur, ada seorang pengembara. Pengembara itu menyembuhkan orang-orang yang terserang penyakit, menyuburkan ladang-ladang, mengumpulkan semua orang-orang yang mengungsi dari tanah ini dan kemudian mendirikan desa dan kota. Sungai-sungai kembali penuh dengan air dan ladang-ladang dipenuhi dengan gandum. Tanah ini kembali lagi penuh dengan kedamaian. Suatu ketika, pengembara itu memutuskan untuk meninggalkan desa. Para penduduk sangat bersedih dengan keputusan sang pengembara.Tepat disaat pengembara itu mulai pergi, para penduduk mendengar pengembara itu berkata, 'aku.... Razgriz'. Itu menandakan akhir dari cerita ini." "Aku kemari untuk mencari buah ajaib." Merpati itu akhirnya berkata pada Pohon Tua. "..... Baiklah. Masih ada sedikit buah yang tersisa. Ambillah satu. Oh ya, apa kau tahu kenapa buah ini disebut ajaib?" kata si pohon. Merpati itu tidak bisa menjawab dan hanya membisu sambil memandang si pohon tua. "Buah ini tidak hanya bisa menjadi sebuah obat, tapi bisa juga menjadi racun. Atau malah ini hanyalah buah biasa dan bahkan bisa berubah menjadi batu." "Apa maksudmu?" Si merpati kebingungan. Pohon itu menjawab singkat. "Buah ini akan menjadi apa yang kau percayai." Merpati itu berbalik mencoba melihat ke arah puri, dengan buah ajaib di paruhnya, namun puri itu masih belum terlihat. "Angin yang tidak menyenangkan sedang bertiup." Pohon tua itu memandang ke langit. "Pulanglah dengan hati-hati." Setan dari Langit Si merpati menyampaikan rasa terima kasih dan kemudian pamit pada pohon tua itu. Menyeret tubuhnya terbang ke atas, si merpati mengepakkan sayapnya dan terbang menuju puri dimana sang putri tinggal. Dia terus terbang tinggi dan tinggi, melayang-layang di atas hutan dan menembus awan-awan, terus ke atas dimana ia bisa mendapatkan angin. Walaupun angin yang ia harapkan tidak kunjung datang, si merpati tetap mengerahkan seluruh tenaganya dan terus mengepakkan sayap, menggenggam "buah penyembuh segala penyakit" dengan erat di paruhnya. Ia meninggalkan pegunungan berbatu. Angin mulai berhembus semakin kencang. Merpati itu kemudian menemukan dirinya terbang ditengah-tengah badai dan hujan es. Walaupun cuaca begitu buruk, ia harus segera mungkin kembali ke puri itu. Merpati itu terus mengembangkan sayapnya Buah Ajaib Walaupun berkali-kali angin berhembus melawan arahnya, dia terus berusaha kembali ke tempat tinggalnya di mana sang putri sedang menunggu. Dibawah sana, sungai mengalir menuju cakrawala. Dan jauh di tepi cakrawala terlihat hutan dan sebuah puri yang sudah tidak asing baginya. "Tingal sedikit lagi!" pikir si merpati. "Tinggal sedikit lagi dan aku akan bertemu sang putri! Hari-hari bahagia kami akan dimulai kembali!" Pulang Ke Rumah Sesampainya di puri, si merpati melihat banyak orag berkumpul dan mengeliling sang putri di tempat tidur. Jumlah mereka lebih banyak dari terakhir kali merpati itu lihat. Semua orang menangis dengan wajah penuh kesedihan. Sang Raja pun terlihat menangis tersedu-sedu, dan tangisannya berubah menjadi jeritan. Si merpati datang terlambat. Sang putri telah tiada dan ia merasa amat dangat sedih. Namun, ia tidak pernah merasa perjalanannya sia-sia. Ia tidak menyesali apapun, karena wajah sang putri terlihat begitu tenang. Merpati itu bisa tahu dari raut wajah sang putri yang begitu tenang bahwa sang putri tidak pernah kehilangan harapan sampai akhir hidupnya dan dia sangat mencintai dunianya. Si merpati yang merasa sangat kelelahan akibat perjalanan mautnya, merasa mengantuk dengan perasaan sedih, namun entah mengapa terasa sedikit perasaan tenang. Akhir Cerita Di pagi hari selanjutnya, saat memasuki ruangan, seorang pelayan menemukan tubuh si merpati beristirahat dengan tenang di samping sang putri. Pelayan itu begitu terkejut dan berkata dengan suara melengking. "Oh ya ampun. Bukankah ini burung merpati kecil sang putri? Bagaimana bisa? Dia telah terluka dan tidak bisa mengepakkan sayapnya sejak itu. Sayapnya sudah cacat dan lumpuh. Bagaimana ia bisa terbang dan bahkan kembali lagi?" Si merpati masih menggenggam buah Orion Poplar di paruhnya, bahkan setelah ia mati. Si pelayan memutuskan untuk menanam poho itu di kebun tepat di bawah jendela kamar sang putri. Di kemudiah hari, buah itu tumbuh menjadi pohon besar yang memiliki banyak dahan. Diceritakan bahwa dari pucuk pohon itu, kamar sang putri dan kandang burungnya dapat terlihat dari dekat dengan sangat jelas. "Merpati Biru untuk Sang Putri" The End. Disclaimer: cerita ini merupakan terjemahan dari cerita "A Blue Dove for the Princess." cerita A Blue Dove for the Princess merupakan hak cipta dari Namco Bandai. Penulis tidak mengklaim tulisan ini sebagai karyanya dan hanya menerjemahkan dengan sedikit modifikasi kata. Original Source: http://www.acecombat.jp/ace5/top.htm English Trantslated Source: http://electrosphere.acecombatskies.com/topic/339-a-blue-dove-for-the-princess/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline