Lihat ke Halaman Asli

Abdul Razaq

Aktivis Sosial dan Keagamaan

Racun yang Tak Kasat Mata: Bahaya Tersembunyi di Balik Kebiasaan Mengeluh

Diperbarui: 1 Juli 2024   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar koleksi pribadi

Kebiasaan mengeluh seringkali dianggap sebagai racun yang tak kasat mata yang secara perlahan meracuni kesehatan spiritual seseorang. Kebiasaan ini bukan hanya sekedar ungkapan kekecewaan terhadap situasi atau kondisi yang tidak diinginkan, namun juga merupakan cermin dari keadaan batin. Setiap kata yang keluar dari mulut manusia berasal dari keadaan hatinya. Oleh karena itu, memahami bahaya tersembunyi di balik kebiasaan mengeluh menjadi penting dalam upaya memurnikan jiwa dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Salah satu bahaya tersembunyi dari kebiasaan mengeluh adalah menurunkan rasa syukur. Ketika seseorang terbiasa mengeluh, ia cenderung melihat segala hal dari sudut pandang negatif, sehingga mengurangi kemampuannya untuk bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Tuhan.

Selain itu, mengeluh juga bisa memicu timbulnya sifat-sifat negatif lain seperti iri, dengki, dan kemarahan. Seseorang yang sering mengeluh biasanya rentan emosional dan sulit menerima keberhasilan orang lain. Padahal, sifat-sifat tersebut harus dihindari demi mencapai ketenangan dan keharmonisan batin.

Kebiasaan mengeluh juga sebagai manifestasi dari sifat pesimistis dan putus asa. Keluhan hanyalah cerminan dari lemahnya iman dan ketidakpercayaan terhadap hikmah di balik setiap ketentuan Tuhan. 

Padahal, setiap ujian dan kesulitan yang kita hadapi sesungguhnya merupakan kesempatan untuk meningkatkan kedekatan dengan Yang Maha Kuasa. Al Qur'an Surat Al-Insyirah Ayat 5-6 menjelaskan yang artinya: "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."

Di samping itu, kebiasaan mengeluh juga berpotensi menimbulkan aliran energi negatif dalam diri seseorang yang bukan hanya sebatas ungkapan kekecewaan. 

Tiap perkataan mempunyai kekuatan dalam menciptakan kenyataan. Kegagalan dalam mengatasi energi negatif menjadi hambatan utama untuk mencapai kedamaian batin dan tingkat kesadaran spiritual yang lebih tinggi. Apabila seseorang sering mengeluh, ia secara tidak sadar menciptakan atmosfer negatif yang dapat memengaruhi suasana hati dan kondisi sekitarnya.

Selain pentingnya bersyukur, dan menerima ujian hidup dengan lapang dada serta bersabar. Kebiasaan mengendalikan diri untuk tidak mengeluh juga dijunjung tinggi dalam ajaran agama Islam. 

Dari Abu Yahya Suhaib bin Sinan Radhiyallahu anhu ia berkata: Raslullh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin. Sungguh semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang Mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya." (HR. Muslim)

Untuk memulai mengatasi kebiasaan mengeluh, seseorang perlu introspeksi atau muhasabah sebagai cara efektif, untuk mengatasi kegelapan batin. Di samping itu, diperlukan latihan untuk melihat setiap hal dari sudut pandang yang lebih optimis. Sikap optimisme adalah hal yang esensial untuk perkembangan spiritual. Dengan mengajari diri untuk mencari aspek positif dalam setiap situasi, seseorang dapat mengurangi kecenderungan untuk mengeluh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline