Lihat ke Halaman Asli

Razan Orvala

Mahasiswa

Bagaimana Barcelona Nyaris Bangkrut

Diperbarui: 26 Oktober 2024   14:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada tahun 2014, Jose Maria Bartomeu diangkat sebagai presiden Barcelona dengan ambisi besar untuk menjaga kesuksesan klub, terutama setelah era emas di bawah kepemimpinan Pep Guardiola. Sayangnya, keputusan-keputusan finansial yang dibuat selama masa jabatannya tidak hanya gagal mempertahankan Barcelona di puncak Eropa, tetapi juga memicu krisis keuangan yang besar. Setelah pengunduran dirinya pada tahun 2020, klub menemukan diri mereka terjerat utang lebih dari 1,2 miliar euro yang mengancam keberlanjutan dan stabilitas jangka panjang klub.  

Strategi Transfer yang Gagal 

Setelah kepergian Neymar pada 2017, Barcelona menggunakan dana dari transfer tersebut untuk membeli beberapa pemain besar yang diharapkan mampu mengisi kekosongan yang ditinggalkan Neymar. Namun, transfer besar-besaran ini—termasuk Philippe Coutinho, Ousmane Dembele, dan Antoine Griezmann—tidak memenuhi ekspektasi. Coutinho yang dibeli dari Liverpool dengan harga sekitar 135 juta euro gagal tampil optimal, sedangkan Dembele dan Griezmann mengalami masalah adaptasi dan cedera. 

Meskipun tujuannya adalah untuk melanjutkan kesuksesan di Liga Champions, pembelian pemain-pemain ini justru berdampak negatif pada situasi keuangan Barcelona. Selain biaya transfer yang tinggi, gaji yang diberikan kepada para pemain ini juga menjadi beban bagi klub. Ketiga pemain tersebut gagal memenuhi ekspektasi dan akhirnya menjadi aset yang sulit dijual atau dipindahkan ke klub lain, sehingga klub tetap harus menanggung gaji mereka yang tinggi. 


Dampak Pandemi terhadap Pendapatan Klub


Pandemi Covid-19 yang melanda dunia pada awal tahun 2020 memperparah kondisi keuangan klub. Ketika stadion ditutup untuk penonton, pendapatan dari tiket pertandingan (match day revenue), yang selama ini menjadi salah satu sumber pemasukan utama Barcelona, menghilang sepenuhnya. Selain itu, pemasukan dari merchandise dan hak siar juga mengalami penurunan yang signifikan. Barcelona yang pada dasarnya sudah menghadapi kesulitan likuiditas akibat tingginya biaya operasional, semakin terpuruk dengan hilangnya pendapatan akibat pandemi. 

Pendapatan sponsor juga menurun karena para sponsor enggan untuk memperbarui atau menambah nilai kontrak mereka dengan klub yang sedang terpuruk. Hal ini memaksa Barcelona bergantung pada pinjaman dan restrukturisasi utang untuk tetap menjalankan operasi harian klub, termasuk pembayaran gaji pemain dan staf. Di tambah dengan rendahnya pendapatan akibat pandemi virus corona, telah mendorong Barcelona hampir bangkrut. Selain itu, Bartomeu juga dikritik karena gagal mengelola pendapatan klub dengan baik. Situasinya sedemikian rupa sehingga pendapatan dari sponsorship dan hak siar tidak cukup untuk menutupi biaya operasional, dan proyek ambisius Espai Barca untuk merenovasi stadion Camp Nou tidak memiliki dana yang diperlukan.

Struktur Gaji yang Tidak Seimbang 

Salah satu keputusan paling kontroversial selama masa jabatan Bartomeu adalah kenaikan gaji besar-besaran yang diberikan kepada Lionel Messi. Pada puncaknya, Messi menerima hampir 50% dari total anggaran gaji klub. Meskipun Messi adalah salah satu pemain terbaik dunia, struktur gaji ini menyebabkan masalah besar bagi keuangan klub, karena Barcelona tidak mampu mematuhi aturan Financial Fair Play (FFP) yang ditetapkan oleh UEFA. Kenaikan gaji ini tidak hanya menyulitkan Barcelona dalam menyeimbangkan keuangan, tetapi juga menciptakan ketidakseimbangan di antara para pemain, yang pada akhirnya turut memengaruhi keharmonisan dalam tim.

Proyek Espai Barca yang Terbengkalai

Di tengah situasi finansial yang genting, Bartomeu juga meluncurkan proyek ambisius bernama Espai Barca, yang bertujuan untuk merenovasi stadion Camp Nou serta membangun fasilitas modern lainnya. Proyek ini membutuhkan dana besar, namun pada kenyataannya, klub tidak memiliki modal yang cukup untuk membiayai pembangunan ini. Penundaan proyek dan biaya yang terus meningkat tanpa pendanaan yang stabil memperburuk situasi keuangan Barcelona. Proyek yang seharusnya meningkatkan pendapatan jangka panjang malah menjadi beban finansial tambahan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline