Lihat ke Halaman Asli

Lihat Dulu Kiri Kanan!

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah dengar kata itu ? pasti pernah , apa lagi kalau kita mau melintas di jalan raya , tapi kita saat ini tidak akan melintas dijalan raya , itu hanyalah sebuah analogi untuk kondisi kita saat ini dimana kita cendrung hanya melihat pada satu arah saja , akhirnya ketabrak mobil deh , tak hayal angka kecelakaan di indonesia saat ini tinggi sekali , kok sampai ke jalan raya (hahahah bercanda , tapi serius lo )

Kita semua pasti tau kasus aal dengan sandal jepit nya , kita semua pasti kenal kasus gayus tambunan dangan pajak nya , kita pasti pernah akrab dengan kasus prita mulya sari dengan koin nya , kita juga pasti pernah melihat kesus century dengan korupsi trilyunan nya , apa yang terjadi setelah kita mendengar kasus – kasus itu , pasti yang terbayang adalah HUKUM DENGAN KETIDAK ADLIANNYA , emangnya benar nggak sih hukum itu tidak adil ? mari kita lihat dengan kacamata yang seimbang , jangan hanya pakai kacamata satu lensa saja , akibatnya apa ? yang satu terlihat jelas , dan yang satu lagi terlihat tidak jelas , tapi di jelas – jelasin .

Mari kita ke AAL , dalam kasus ini kita melihat sesuatu yang aneh , kenapa aneh ? kenapa tidak , nyuri sandal jepit yang sudah jelek aja dikenai hukuman 5 tahun penjara , ditambah lagi mentang – mentang sendal jepit itu milik anggota brimob , dimana letak hukum ? hanya sebuah sandal jepit jelek yang nggak akan bisa kita temui di jual dipasar (karena yang dijual Cuma sendal baru) kecuali di pasar loak , bisa masuk penjara, murah amat sih tiket ke penjara , tapi dalam kasus ini penegak hukum nggak bisa disalahkan , karena semua proses hukum yang diberikan kepada AAL sudah sesuai dengan aturan hukum , kenapa ? karena semua orang boleh melapor ke polisi dalam kasus kejahatan , dan pencurian adalah kejahatan , jadi si brimob boleh ngelapor kasusnya ke polisi , nah polisi berhak memeriksa laporan yang masuk , dan ternyata laporan itu benar maka perlu tindakan , tindakan hukum yang dilakukan pengadilan juga sudah sesuai semestinya , karena dalam UU tak pernah disebutkan bahwa mencuri itu harus puluhan juta keatas , tapi meskipun sendal jepit / tali sendalnya sekalipun tetap saja mencuri , yang salah itu prakteknya kenapa si brimob mesti melapor , kan masih bisa dibicarakan dengan orang tuanya ? bukankah itu hanya sendal jepit , yang bisa ia beli dengan gaji sebulannya sebanyak sekarung ? tapi itulah kearogansian manusia , bukan HUKUM .

Atau kekasus korupsi yang banyak dijadikan pembanding oleh orang – orang saat ini untuk kasus – kasus unik (kenapa nggak unik , lah wong sendal jepit aja di urusin ) , hukumdan tata pelaksanaanya sudah sesuai dengan semestinya , semua yang korupsi maupun diduga korupsi (yang ketahuan lo , yang nggak bebas) telah diproses oleh hukum , tapi sekali lagi yang salah itu prakteknya , bukan hukumnya, banyak terjadi penyuapan, pemerasan , karena apa ? karena ekonomi , yang mengajarkan manusia itu tak pernah puas , udah digaji perbulan aja masih melebarkan sayap ke yang nggak halal , nah jelas yang salah itu sifat manusia yang serakah , BUKAN HUKUM.

Coba kita berpikir , saat ini kita menghujat habis – habisan hukum dan para penegaknya , bahkan kita cap mereka semua dengan sebutan Mpd (Manusia Penuh Dosa) , bahkan tiap ketemu mereka kita bilang , tuh orang yang makan duit haram , padahal mereka belum tentu bersalah (nggak ngebela lo ) tapi coba kita lihat semua itu secara berimbang , nggak perlu berlebihan , setiap itu mari kita lihat sisi buruk dan baiknya , kan pemerintah atau penegak hukum itu juga manusia , bukan dewa yang diturunin dari langit.

Dan jangan pernah kita lupa kalau syarat berdirinya suatu negara adalah saling percaya antar unsur – unsur bangsa , rakyat percaya pada pemerintah , dan begitu pula sebaliknya , tapi sekarang kepercayaan itu makin lama , makin luntur , bahakan ada sebagian orang yang beranggapan , ada atau nggak nya pemerintah , negeri ini juga seperti ini , itu benar atau salah ? ya , salah lah , masak negeri ini nggak ada pemimpin sama aja dengan ada pemimpinnya ,nanti malah seperti kata Armada “mau dibawa kemana” negeri ini , begitu juga dengan para penegak hukum , banyak masyarakat yang nggak percaya lagi sama mereka , karena kebejatan sebagian dari mereka , yang lebih mementingkan kantong pribadi , daripada bangsanya . tapi itu tidak semua “hanya sebagian” , bahkan banyak yang berkata hukum udah nggak ada lagi artinya hukum , hukum cuma buat rakyat kecil , itu benar ! kalau kita melihat pada saat sekarang ini , kalau kita terus – terusan seperti itu maka kepercayaan antar unsur – unsur bangsa akan hilang , hilangnya kepercayaan , akan di barengi dengan hilangnya bangsa itu , ngeri nggak ? ya , ngeri lah , masak Indonesia tercinta ini harus lenyap , dan oleh sebab itulah saya berharap kepada penegak hukum “YANG BUDIMAN” lenyapnya kepercayaan kepada kalian disebab kan kalian juga , jangan hanya karena duit kertas yang bisa dimakan rayap itu (kalau koin nggak bisa) , kalian mau mengorbankan kepercayaan masyarakat , kalian mau mengorbankan harkat dan martabat bangsa dan diri kalian sendiri , kalian mau mengorbankan bangsa ini ( bukan bekorban malah mengorbankan ) , sungguh “TERLALU” kalian pada bangsa ini , yang merupakan tanah air kita semua .

Lah bagaimana dengan kita ? kita tak perlu lah menghujat mereka , kita tak perlu lah mencaci mereka , karena sesungguhnya kita ini aneh , kenapa nggak aneh ? kita yang setiap hari menghujat , mencaci dan memaki mereka dengan sebutan tidak beres , tapi minat kita untuk menjadi seperti mereka lumayan tinggi juga lo , misalanya polisi , tiap tahun , puluhan ribu orang ikut seleksi masuk polisi , aneh nggak ? emang aneh sih dulunya di hujat tapi kok tetap minat , tapi mudah – mudahan para penegak hukum muda ini bisa jadi lebih baik dan menjadi pengubah imej yang telah ada selama ini, amin , dan satu lagi mudah – mudahan niatnya emang buat keadilan bukan kekayaan , amin lagi , yuk !

Untuk membangun suatu bangsa yang kokoh di butuhkan dorongan antara kita semua , bukan saling menggolongkan antara kita semua , masyarakat pada saat ini berusaha menjatuhkan para penegak hukum , tapi coba kita bayangkan bagaimana jadinya bangsa ini tanpa para “PENAGAK HUKUM YANG BUDIMAN” itu, hukum bagaikan singa ompong tanpa kuku , nggak bisa apa – apa lagi , akhirnya apa ? bangsa ini terancam kacau dan bisa hancur , tapi coba kita pikirkan jika para penegak hukum menjalankan atas asas “KANTONG PENUH” nya maka rakyat pun akan tersiksa , akhirnya sebutan “HUKUM BUAT KAUM SENDAL JEPIT “ nyata sudah di negeri ini .

Tapi kalau saya pikir – pikir dan saya harapkan , media massa adalah pihak yang bertanggaung jawab atas ketidak seimbangan berpikir ini ,karena rata – rata informasi yang mereka sampaikan itu sering berpihak pada satu pihak saja , dan tak jarang ditambah – tambah demi mengejar rating mereka , jadi berita yang adil dan berimbang itu kini sepertinya sangat jarang ditemui , meskipun begitu media massa adalah pihak yang sangat berpengaruh terhadap ketransparansian hukum di indonesia .

Semua itu kembali berpulang kepada kita semua , bagaimana kita bisa menyikapi setiap problem secara berimbang dan melihat dari ke dua sisi , agar nantinya saat kita berhasil memecahkan nya , hasilnya juga bukan merupakanb suatu ketimpangan , jadi kalau hendak meyebrang “LIHAT DULU KIRI KANANNYA”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline