Lihat ke Halaman Asli

Rayna Lois Eunike

I'm Just Me!

Di Balik Pesona Ijen

Diperbarui: 21 Mei 2019   22:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Keindahan alam Indonesia tidak dapat lagi dipungkiri. Indonesia merupakan negara yang memiliki 16.056 pulau yang telah dibakukan namanya di PBB. Banyak juga destinasi alam yang ditawarkan mulai dari pegunungan, destinasi bawah laut, bahkan udara. Tak terkecuali sensasi keindahan yang disajikan kota Banyuwangi di Kawah Ijen.

Kawasan Wisata Kawah Ijen masuk dalam wilayah Cagar Alam Taman Wisata Ijen dengan luas 2.560 hektare. Kawah yang berada di atas Gunung Ijen ini memiliki ukuran sekitar 960 meter x 600 meter dengan kedalam 200 meter. Kawah hijau kebiruan ini memiliki udara dingin dengan suhu 10 derajat celcius, bahkan bisa mencapai suhu 2 derajat celcius.

Kawah Ijen merupakan objek wisata yang telah dikenal luas oleh para wisatawan domestik dan asing karena keindahan alamnya. Setiap harinya Kawah Ijen tak pernah sepi pengunjung. Pada hari-hari biasa pengunjung Kawah Ijen rata-rata hanya ratusan orang, namun pada weekend dapat mencapai 2 ribu orang, bahkan pergantian tahun dapat meningkatan hingga 4 ribu lebih.

Perjalanan yang hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki sejauh 3 km memerlukan waktu 2 sampi 3 jam untuk mencapai puncak Gunung Ijen. Pengunjung hanya di perkenankan menikmati indahnya Kawah Ijen dari atas Gunung Ijen. Hanya pada saaat tertentu boleh melewati batas terukur dari erupsi yang terjadi.

Saat melayangkan pandangan ke sekitarnya, pengunjung akan melihat rangkaian gunung lain di wilayah Pegunungan Ijen, seperti Gunung Merapi di Timur, Gunung Raung, Gunung Suket, Gunung Rante dan sebagainya.

Banyak keindahan yang dapat memanjakan mata serta menyimpan banyak cerita menarik dari para petambang belerang di Kawah tersebut. Selain menikmati indahnya Kawah Ijen, pengunjung juga mendapat pelajaran dari kerja keras yang dilakukan para petambang tersebut.

Setiap petambang yang menuju 'dapur belerang' yakni tempat dimana mereka mengambil bongkahan belerang harus menempuh jalur yang ekstrem. Tebing yang curam dan gas beracun dari kawah menjadi tantangan bagi mereka untuk memperoleh belerang yang kemudian akan dijual.

Hadir sosok pak Waro sebagai salah satu petambang yang kini berusia 70 tahun dan dengan demikian menjadi petambang tertua di kawasan Kawah Ijen. Setiap hari pak Waro hanya sanggup mengumpulkan dan mengangkut 20 kg belerang, sedangkan petambang lain mampu mengumpulkan hinggal 70 kg per hari. Wajar saja di usia pak Waro yang sudah senja, dia sering kali mengalami lelah bekerja dan memutuskan untuk sering duduk di antara bebatuan tebing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline