Sandwich Generation: Menjaga Harmoni di Tengah Tuntutan Ganda
Oleh Raymond Tjionardes, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Airlangga
Fenomena "sandwich generation" semakin menarik perhatian di Indonesia. Istilah ini mengacu pada generasi yang terjepit di antara tanggung jawab merawat orang tua yang menua dan mengasuh anak-anak mereka sendiri. Dalam konteks sosial dan budaya yang dinamis, fenomena ini tidak hanya menimbulkan berbagai tantangan yang kompleks, tetapi juga membuka peluang harapan.
Apa Itu Sandwich Generation?
Sandwich generation adalah kelompok orang berusia antara 30 hingga 50 tahun yang harus mengelola peran ganda: sebagai orang tua bagi anak-anak mereka dan sebagai anak yang merawat orang tua mereka yang sudah lanjut usia. Fenomena ini semakin relevan di Indonesia mengingat perubahan demografis dan sosial yang signifikan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), harapan hidup di Indonesia meningkat dari 69,4 tahun pada 2010 menjadi 71,5 tahun pada 2020. Peningkatan ini menyebabkan semakin banyak orang tua yang membutuhkan perawatan lebih lama dari anak-anak mereka.
Faktor Penyebab Munculnya Sandwich Generation
1. Peningkatan Harapan Hidup: Dengan meningkatnya harapan hidup, lebih banyak orang tua yang hidup lebih lama, sehingga anak-anak mereka harus memberikan perawatan lebih lama.
2. Pergeseran Struktur Keluarga: Perubahan dari keluarga besar ke keluarga inti membuat tanggung jawab perawatan orang tua lebih terfokus pada satu atau dua anak saja. Sebuah studi dari Universitas Indonesia menunjukkan bahwa 56% keluarga di Indonesia kini berbentuk keluarga inti.
3. Perubahan Ekonomi: Kenaikan biaya hidup dan kebutuhan pendidikan yang tinggi bagi anak-anak menambah beban finansial sandwich generation. Bank Indonesia mencatat, inflasi biaya pendidikan di Indonesia mencapai rata-rata 10% per tahun dalam satu dekade terakhir.
Tantangan yang Dihadapi