Indo-Pasifik adalah kawasan yang membentangi Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Dibandingkan belahan dunia lainnya, wilayah ini menjadi wilayah yang paling dinamis dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Kawasan di Indo-Pasifik menjadi pusat perekonomian dan politik dunia karena wilayah ini mempunyai rute laut yang paling penting di dunia sehingga pertumbuhan serta mobilitas laut yang berkembang pesat. Kawasan Indo-Pasifik ini mencakup Australia, melewati pantai timur Afrika, sebagian besar wilayah Asia Timur, Asia Tenggara, Selandia Baru, dan Hawaii.
Indo-Pasifik dapat dikatakan sebagai wilayah yang tersibuk karena memiliki peranan tersendiri di mata tiap negara. Negara-negara besar seperti China, Amerika Serikat, India, dan Australia memberikan perhatian khusus terhadap wilayah Indo-Pasifik yang berdampak terhadap pesatnya pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
Asia Tenggara sebagai bagian dari wilayah Indo-Pasifik pastinya ikut terpengaruh karena adanya kerja sama serta kebijakan yang muncul di wilayah ini. Hal tersebut dirasakan Asia Tenggara karena jalur peragangan internasional melewati Asia Tenggara, tepatnya melewati selat yang berada di Indonesia. Dari total 90% jalur perdagangan, 40% melewati perairan Indonesia.
Sejak 2016, setalah diumumkannya konsep Free and Open Indo-Pacific oleh Jepang, Indo-Pasifik semakin menjadi pusat perhatian. Konsep Free and Open Indo-Pacific bersumber dari adanya permasalahan keamanan, ekonomi, dan maritim. Potensi ekonomi tinggi yang terdapat di wilayah Indo-Paasifik menjadi faktor utama AS dan China untuk semakin memperluas hegemoni nya di wilayah ini.
Secara resmi melalui Presiden Donald Trump, Amerika Serikat mendeklarasikan Indo-Pacific strategi dalam kebijakan Free and Open Indo-Pacific (FOIP) AS. Kebijakan tersebut adalah komitmen dan visi AS untuk menjadikan wilayah Indo-Pasifik yang aman, sejahtera, dan bebas yang kemudian akan menguntungkan semua negara. Akan tetapi, terbentuknya FOIP oleh AS sebagai respon atas Belt and Road Initiative (BRI) China telah membentuk hubungan rivalitas antara AS-China di kawasan Indo-Pasifik.
Adanya perspektif baru China yang disebabkan oleh dominasi perekonomian dunia serta kekuatan militer AS sejak akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 mempengaruhi China untuk membuat Kebijakan mreurunkan nilai tukar mata uangnya yang dapat dinilai efektif dalam memperluas pasar China. Akan tetapi, bagi AS hal ini menimbulkan terjadinya perang dagang antara AS dan China pada Juli 2018.
Munculnya aktor negara yang superior menyebabkan terbentuknya ubungan rivalitas antara AS dan China di wilayah Indo-Pasifik. Hal ini dapat berpotensi sebagai ancaman atau bahkan keuntungan. Untuk ASEAN, rivalitas tersebut dapat berdampak terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi, tetapi dapat berpotensi sebagai ancaman destabilisasi wilayah dan keutuhan ASEAN.
Indonesia sebagai negara anggota ASEAN mempunyai keinginan agar stabilitas wilayah ASEAN tetap terjaga. Adanya rivalitas antara AS dan China di kawasan Indo-Pasifik akan berpengaruh therhadap efektifitas setiap kebijakan luar negeri Indonesia.
Hal tersebut membentuk persepsi bahwa langkah strategi kebijakan tertentu dibutukan untuk mengatasi efek yang ditimbulkan dari hubungan rivalitas AS dan China, yakni dengan tetap melakukan kerja sama yang saling menguntungkan tanpa terikat untuk memilih salah satu pihak. Akan tetapi, Indonesia belum memiliki kapasitas sebesar itu di Indo-Pasifik untuk mengatasi dinamika tersebut secara sendiri. Oleh karena itu, Indonesia melibatkan ASEAN untuk melalukan langkah strategi tersebut.