Kawan-kawanku, kali ini saya ingin mengulas salah satu peristiwa politik yang terjadi di Indonesia. Pada saat pertama kali membaca judul beritanya, saya langsung lupa dengan game di laptop saya. Kaget bukan main. Karena jujur, kapan terakhir kali saya mendapat berita beginian. Hampir tidak mungkin.
Ya, viralnya kemarahan Bapak Presiden Joko Widodo kepada menteri-menterinya dalam rapat kabinet.. Saya mengetahui info ini dari berita di media massa. Ancaman reshuffle, kurangnya penyerapan anggaran dan sebagainya. Jujur saya kaget sekaligus tertawa dalam hati. “I want to know what’s next”, begitu ujar saya dalam hati.
Tulisan saya kali ini tidak akan menjelaskan bagaimana reshuffle dan siapa yang harus direshuffle. Kita harus tahu diri kalau kita bukan pakar. Jadi, kita bahas yang ringan-ringan saja ya.
Kawan-kawanku semua, bangsa kita telah ditunjukkan sebuah panggung sandiwara dalam beberapa bulan ini. Seluruh permainan politik para elit dan oligarkinya. Jujur saya tidak peduli (walau sedikit geregetan, tapi bisa apa kita yang rakyat kecil ini). Tetapi sebuah perilaku berintegritas tinggi juga ditampilkan pada panggung sandiwara.
Perilaku ini mungkin belum pernah terjadi selama saya hidup 20 tahun. Belum pernah saya dipertunjukkan adanya pembelaan harga diri. Sebuah perilaku yang harus dilakukan karena tahu itu perbuatan benar, bukan perbuatan menguntungkan. Lagi-lagi, yang melakukan itu adalah generasi mudanya, Generasi Milenial.
Teman-teman pasti belum lupa dengan pengunduran diri beberapa anggota Staf Khusus Milenial Presiden. Beberapa dari Staf Khusus Presiden yang termasuk Generasi Milenial mengundurkan diri dari posisinya akibat tersandung masalah dalam program Kartu Prakerja milik Pemerintah. Gaji staf khusus milenial yang fantastis serta fasilitas yang diperoleh seharusnya bisa membuat siapa saja berpaling mukanya. Tetapi, mereka tidak.
Kemampuan para staf khusus milenial ini dalam do the right thing membuat saya mengangkat topi saya tinggi-tinggi. Saya tidak peduli dengan kontroversi dari pengunduran diri mereka. Saya tidak peduli apakah mereka masih ikut serta dalam Kartu Prakerja atau tidak. Saya hanya peduli bahwa, hampir tidak ada pejabat yang berani mengundurkan diri demi melakukan hal yang benar.
Kawan-kawanku yang saya cintai, setiap generasi punya waktunya sendiri-sendiri. Generasi muda selalu membawa perubahan ke arah positif. Hal ini sudah terbukti sejak lama. Sejarah mengukirnya dalam tinta emas.
Sebut saja peristiwa Kebangkitan Indonesia dan peristiwa pergerakan lainnya yang memulai perlawanan kepada kolonial dengan pengetahuan. Sebut saja para pemuda yang menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok untuk menekan mereka supaya memerdekakan bangsa tanpa campur tangan bangsa lain. Sebut saja Reformasi 1998 di mana pemudanya telah membawa perubahan besar atas demokrasi di Indonesia.
Hampir setiap kali peristiwa penting negara ini, generasi muda selalu hadir untuk mengingatkan para elitnya untuk do the right thing. Generasi muda adalah tolok ukur kesehatan nalar bangsa. Mereka telah menyelamatkan integritas bangsa dan menyelamatkan kualitas moral bangsa. Pertanyaannya, “kalau sekarang bagaimana?”.
Presiden Joko Widodo tentu akan menjadi pemimpin yang harus bertanggung jawab atas 267 juta rakyatnya. Pantas saja beliau marah kepada menterinya karena kurang tanggap dan kurang maksimalnya kinerja mereka. Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa Presiden Jokowi tetaplah manusia. Terlepas dari segala masalah dan preferensi politik kita, beliau tetap Presiden kita. Apa yang terjadi, ya sudahlah biarkan terjadi.