Yogyakarta, 25 Mei 2024 - Stroke saat ini masih menjadi penyebab kematian nomor 1 di Indonesia dan juga menjadi penyebab kecacatan nomor 1 di dunia. Penyakit tersebut juga cukup prevalen terjadi pada kalangan lanjut usia dan sering kali berujung kepada kecacatan permanen bahkan kematian. Padahal perlu diketahui, bahwa dengan penanganan yang tepat dan cepat, stroke dapat disembuhkan secara total. Maka itu, Rayhandika selaku Tim KKN UGM pada Kelurahan Panembahan, di bawah pengawasan Dosen Pembimbing Ir. Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D., IPU, terdorong untuk membina masyarakat serta membentuk kader kesehatan yang waspada terhadap gejala dini stroke.
Menurut dosen UI saat terjadi stroke sumbatan, sebanyak 32 ribu sel otak mati setiap detiknya. Tentu saat stroke tidak ditangani secara cepat akan menyebabkan kecacatan permanen bahkan kematian. Menurut data, sebanyak 63,7% pasien orang tua pasca stroke sudah tidak bisa hidup mandiri akibat penyakit tersebut. Perlu ditingkatkan kewaspadaan pada Lansia dan keluarga untuk dapat mengetahui gejala-gejala awal dari stroke agar penanganan dapat dilakukan lebih dini.
Dalam upaya ini, Tim KKN bekerjasama dengan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kraton untuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan Lansia. Di dalamnya, ketua program Rayhandika, memberikan materi pembinaan mengenai gejala dini Stroke serta penanganannya. Salah satu statemen yang telah diutarakan "Penanganan stroke harus dilakukan dengan cepat, batas waktu terbaik untuk penanganan stroke adalah dalam 4.5 Jam setelah serangan stroke dimulai" dilanjutkan "bila penanganan terlambat, kecacatan permanen bahkan kematian sangat besar kemungkinannya" ujar Rayhandika.
Pada program tersebut setiap warga lansia yang mengikuti pemeriksaan kesehatan diberikan edukasi secara personal sehingga lebih paham mengenai resiko stroke serta penanganannya. Untuk mempermudah pemahaman, kader dan Lansia diberikan leaflet informatif seputar stroke yang terdapat infografis mengenai gejala-gejala awal stroke, pencegahan, serta fakta informatif. Melalui moto 'Hidup Sehat, Bebas Stroke' yang diutarakan bersama Kader kesehatan setempat, diharapkan kewaspadaan terhadap stroke dapat meningkat terutama di kalangan keluarga yang memiliki Lansia agar lebih siap dan tanggap bila terjadi kejadian serangan stroke.
Kegiatan juga dilakukan melalui kerjasama dengan Lansia dan relawan pada kampung Mangunnegaraan. Dengan pelaksanaan pembinaan yang diikuti berjumlah melebihi 30 peserta Lansia, kegiatan tersebut disambut secara antusias oleh peserta. Salah satu pembahasan yang dibawa adalah diskusi mengenai fakta dan mitos dari penanganan saat serangan stroke. "Saat terjadi serangan, penanganan utama adalah segera dibawa ke rumah sakit, tindakan lain seperti menusuk telinga dengan jarum hanya akan menunda penanganan yang seharusnya diberikan pada pasien stroke" Ujar Rayhandika.
Melalui upaya ini, Rayhandika dan tim KKN berharap pembinaan yang telah dilakukan kepada kader kesehatan dan Lansia dapat dilanjutkan ke dalam keluarga masing-masing agar kewaspadaan terhadap gejala awal stroke dapat lebih diperhatikan untuk penanganan yang lebih cepat dan tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H