Lihat ke Halaman Asli

Rayhan Ajie

Mahasiswa Universitas Airlangga

Transhumanisme sebagai Langkah Berikutnya dalam Evolusi Manusia

Diperbarui: 6 Juli 2022   10:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Transhumanisme adalah gerakan filosofis yang mengadvokasi transformasi kondisi manusia dengan mengembangkan teknologi canggih yang tersedia secara luas yang mampu meningkatkan kecerdasan fisiologi manusia. Tujuan akhir dari gerakan ini adalah singularitas, suatu titik dalam waktu dekat ketika teknologi akan berubah begitu cepat sehingga manusia harus mengembangkan diri dengan kecerdasan buatan untuk mengikuti. Hal itu diprediksi menjadi fajar peradaban baru dimana manusia tidak akan lagi bergantung pada tubuh fisik dan akan menjadi ribuan kali lebih cerdas daripada sekarang. Penuaan dan penyakit manusia akan dilawan, kelaparan dan kemiskinan dunia akan dihilangkan, sehingga pada akhirnya kematian bukanlah lagi menjadi masalah.

Saat mendengar hal seperti itu, banyak pertanyaan muncul di benak, seperti apakah gagasan transhumanisme ini sebagai gerakan yang bervisi besar mungkin terjadi? atau hanya teori yang terlalu optimis yang digagas oleh para ilmuwan? atau bahkan propaganda untuk memajukan agenda sistem yang lain? Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, perlu diketahui bahwa proyek ini adalah proyek nyata yang sedang berlangsung. Ada orang-orang di seluruh dunia yang saat ini mengerjakan proyek ini, orang-orang yang memberikan dedikasi penuh pada agenda ini. Mulai dari pemimpin nasional, pemimpin militer, akademisi, filsuf, dan ilmuwan. Mereka semua berkomitmen pada proyek ini sebagai pemenuhan langkah berikutnya dalam evolusi manusia, sehingga manusia memiliki sifat yang menyerupai dengan Tuhan, yaitu hidup dengan keabadian.

Transhumanisme bukanlah gerakan yang dapat dianggap sepele, gerakan ini adalah proyek serius yang ingin mereka capai untuk dapat meraih titik singularitas ini. Karena transhumanisme adalah gerakan filosofis, sebagian besar idenya didasarkan pada spekulasi optimis, sebenarnya beberapa ide yang terdapat pada konsep transhumanisme bukanlah hal yang mustahil, tetapi tidak semua yang mereka katakan dapat terwujud. Misalnya, mereka dapat mentransplantasikan beberapa perangkat di tubuh seseorang untuk membantunya dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi, hal-hal seperti menghilangkan kematian, mengunggah ingatan dan kesadaran seseorang untuk memberinya kemampuan mandiri dari tubuh fisiknya untuk hidup selamanya dalam virtual reality adalah sesuatu yang tidak akan mungkin terealisasi.

Gagasan bahwa manusia akan hidup dalam memori komputer akan membuat manusia dikategorikan sebagai makhluk abadi. Padahal, sebagian besar dari mereka yang berada di balik konsep ini mengetahui bahwa mereka tidak dapat memiliki akses terhadap kehidupan abadi di dunia ini. Tetapi mereka sengaja mengajukan ide-ide semacam ini karena dua alasan. Yang pertama, untuk menciptakan pola pikir di antara orang-orang untuk menolak keberadaan Tuhan, agar manusia berpikir bahwa mereka sendiri dapat menyerupai Tuhan. Kedua, menyibukkan manusia dengan gagasan-gagasan tersebut, sehingga tidak memperhatikan agenda sebenarnya dibalik gerakan ini. Dapat disimpulkan, gerakan ini adalah gerakan yang sangat serius yang tidak hanya terkait dengan kemajuan kecerdasan buatan, tetapi juga mencakup masalah utama lainnya yang terkait dengan perubahan ras manusia seperti vaksinasi, manipulasi makanan, rekayasa genetika embrio manusia, dan sebagainya.

Kebangkitan teknologi selalu menjadi ancaman serius bagi kehidupan pribadi masyarakat. Faktanya, salah satu tujuan utama dari gerakan ini adalah untuk menerapkan kontrol yang lebih besar pada hidup manusia melalui kemajuan teknologi. Penggunaan perangkat elektronik memungkinkan mereka untuk memantau hal yang seharusnya menjadi privasi, seperti tempat tujuan, hal yang telah dilakukan, segala jenis pencarian di internet, dan lain-lain. Namun, pemantauan melalui perangkat eksternal ini tidaklah cukup, mereka masih terus menginginkan kontrol pemantauan yang lebih. Dengan apa? Dengan menanamkan perangkat di dalam tubuh manusia atau juga yang biasa dikenal dengan implant yang memungkinkan mereka memiliki akses lebih terhadap privasi manusia.

Para pengikut gerakan ini juga tidak percaya akan adanya jiwa atau roh, mereka mengatakan bahwa manusia dapat mencapai keabadian, untuk mempertahankan klaim ini, mereka menetapkan dua argumen utama. Pertama, keabadian biologis, keyakinan bahwa selama tubuh berfungsi dengan baik, kita semua akan tetap hidup. Oleh karena itu, mereka mendukung gagasan bahwa penuaan adalah suatu penyakit, akan ada teknologi yang menjaga tubuh manusia tetap muda, sehingga manusia akan tetap sehat dan kematian tidak akan memengaruhi kecuali jika faktor eksternal terjadi. Kedua, keabadian sibernetik yang berarti bahwa manusia akan mencapai suatu titik dimana kesadarannya akan tertanam pada komputer. Pada komputer tersebut, kesadaran mereka dapat hidup selamanya di dalam virtual reality terpisah dengan tubuh manusia dan terlepas dari kejadian eksternal yang mempengaruhi tubuh mereka.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline