Lihat ke Halaman Asli

Fenomena Gunung Lawu Bertopi Kembali Terlihat di Magetan dan Ngawi

Diperbarui: 5 September 2024   21:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

surabaya.kompas.com

Warga Kabupaten Magetan dan Ngawi, Jawa Timur, kembali menyaksikan fenomena alam langka yang terjadi di puncak Gunung Lawu, yaitu gunung yang terlihat seperti "bertopi". Keindahan fenomena ini berhasil direkam oleh Parasito Djoyo, salah seorang warga Kabupaten Ngawi, yang berjarak sekitar 27 kilometer dari Gunung Lawu. Parasito mengungkapkan bahwa ia melihat fenomena tersebut sekitar pukul 05.30 WIB hingga 06.30 WIB. "Saya melihat sekitar pukul 05.30 WIB sampai sekitar pukul 06.30 WIB. Ada awan di atas puncak Gunung Lawu," ujarnya melalui pesan singkat pada Kamis (5/9/2024).

Hal serupa juga disaksikan oleh Joko Prayitno, seorang warga Desa Ngariboyo di Kabupaten Magetan. Ia mengaku melihat Gunung Lawu yang "bertopi" sekitar pukul 06.00 WIB. Menurut Joko, fenomena ini cukup sering terjadi dan dapat terlihat dengan jelas dari Kabupaten Magetan. "Hampir setiap tahun pasti ada peristiwa Gunung Lawu 'bertopi'. Kalau tadi lihatnya sekitar pukul 06.00 WIB," kata Joko.

Fenomena Gunung "Bertopi"

Setiyaris, seorang ahli madya dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Nganjuk, menjelaskan bahwa fenomena Gunung Lawu "bertopi" adalah peristiwa alam yang disebut sebagai awan lentikular. Awan lentikular adalah awan yang terbentuk ketika angin di ketinggian menyebabkan udara naik melewati puncak gunung, namun awan tersebut tidak dapat naik lebih jauh karena terhalang oleh lapisan angin yang lebih kencang di atasnya. Akibatnya, awan tertahan di puncak gunung, membentuk pola melingkar yang menyerupai topi.

"Jadi awan ini sebenarnya mau naik ke atas, tetapi terpotong oleh angin yang berada di atasnya. Dia terjebak di antara angin di atasnya itu," jelas Setiyaris. Fenomena ini menciptakan tampilan visual yang menakjubkan, namun di balik keindahannya, awan lentikular juga menyimpan bahaya, terutama bagi penerbangan dan pendaki yang berada di puncak gunung.

Bahaya bagi Penerbangan dan Pendaki

Setiyaris menambahkan bahwa kehadiran awan lentikular di atas Gunung Lawu menandakan adanya angin kencang di ketinggian, yang bisa membahayakan penerbangan. Pilot umumnya diinstruksikan untuk menghindari terbang melewati area dengan awan lentikular, karena angin kencang di dalam dan di sekitar awan tersebut dapat mengganggu stabilitas penerbangan.

Selain berbahaya bagi penerbangan, fenomena ini juga perlu diwaspadai oleh para pendaki Gunung Lawu. Awan lentikular biasanya mengandung uap air yang bisa berpotensi menyebabkan hujan deras di atas puncak gunung. "Untuk penerbangan awan ini cukup dihindari, karena menandakan adanya hembusan angin cukup kencang," ungkap Setiyaris. "Karena mengandung uap air, maka potensi hujan juga cukup besar sehingga harus diwaspadai bagi pendaki."

Fenomena yang Terjadi Setiap Tahun

Fenomena Gunung Lawu "bertopi" ini bukanlah hal yang baru bagi warga sekitar, terutama di Kabupaten Magetan dan Ngawi. Hampir setiap tahun, peristiwa alam ini terjadi, khususnya saat cuaca mendukung pembentukan awan lentikular. Gunung Lawu sendiri merupakan salah satu gunung terkenal di Jawa Timur yang sering menjadi tujuan pendakian. Selain keindahannya, Gunung Lawu juga dikenal dengan berbagai mitos dan legenda yang beredar di sekitar masyarakat, termasuk keberadaan tiga telaga di kaki gunung yang kerap diselimuti cerita mistis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline