Baru ingat aku… Pertama kali kamu datang kerumah, kamu langsung disuruh Ibu mencuci piring, kamu tidak bisa tapi kamu malu untuk menolak. Benar dugaan ku, gelas kesayangan Ibu pecah, Ibu tidak marah hanya saja meminta ganti rugi 25.000, lumayan untung 5.000 kata Ibu, ingin rasanya Ibu memecahkan semua gelas yang sedang kamu cuci. Ah Ibu q ada-ada saja, Tapi aku mencintaimu Ibu, dan aku juga mencintaimu Sayang….Ah…. Seandainya dulu kamu berkata jujur bahwa kamu tidak bisa mencuci piring, pasti Ibu akan menyuruhmu mencuci pakaian, handuk, seprai, selimut dan membersihkan kandang ayam… Kenapa gara-gara itu kamu memutuskan aku…. Gak adil rasanya dunia ini. Huh….. Oh…. Ya…. Aku juga ingat, kamu sangat bersemangat waktu ibu menyuruh memasak lontong… Tapi aku tidak tahu apa yang terjadi didalam hatimu sayang ku, yang jelas pada waktu itu, aku tidak bisa membedakan mana lontong, mana dirimu…. Ah begitu mirip sekali… Oh… Ya kamu pasti ingat, waktu adikku, keponakanku, tanteku, sepupuku, temennya sepupuku, keponakan teman temannya sepupuku, selesai makan lontong dan meletakan piring kotornya dipangkuan mu, mereka kira dirimu ember tempat piring kotor, ah… Mereka ada-ada saja ya….. Kamu malah becanda “ini bukan ember tempat piring kotor, ini keranjang sampah” kata mu dengan lembut nan menggoda… Ah sayang dalam keadaan seperti itu dirimu sangat menggemaskan. Kenangan manis itu tak mungkin bisa aku lupakan, kini kau telah dengan yang lainya… Ah semenjak kamu pergi sayang, Ibu selalu menayakan tentang dirimu, kapan dirimu datang lagi untuk memberbaiki wc kami yang tumpat dan genteng yang bocor….. Ah… Bukan maksud hati ingin mengungkit budi baik keluarga kami padamu sayang.. Tapi dirimu memang benar-benar tega meninggalkan aku seorang diri…. Apa Ibu dan keluargaku yang lainnya masih kurang dalam meperehatikan dan menyayangi mu…… Coba renungkan berapa hati yang sudah kamu lukai, Aku, Ibu, sepupuku dan tetangga-tetangganya….. Ya…. Itu semua kenagan indah kita. Akhirnnya setelah perceraian kita aku mengirimkan surat padamu, Tak ada orang yang ingin menulis ini, tapi aku cukup beruntung memiliki kesempatan apa yang sering lupa aku katakan. Kau terlihat manis dengan gigi palsumu, kulitmu yang berkudis membuat dada ku ser seran saat kita bersentuhan, ah kau terlihat seksi dengan bibir menjuntai kebawa terlihat seperti ulekan cabai. Ingat anak kita pertama yang kita beri nama Awi, ia hampir tak mau menyusui karena yang keluar dari payudaramu bukanlah air susu melainkan oli, ah sayang kamu kira anak kita truk, walaupun hampir mirip tapi itu anak kita. Hah… Kamu juga memberinya jagung, spontan aku mengatakan dia bukan ayam, dia anak kita. Aku memikirkannya sekarang, semua yang kau korbankan untuk ku. Pakaian, kau rela membelikan baju baru untuku, sedangkan dirimu memakai daun pisang. Kamu tak pernah mengeluh dan entah bagaimana aku tak pernah ingat untuk berterimah kasih, kadang aku meminjam bibirmu untuk menambal genteng, dan itu akupun tak berterimah kasih. Aku banyak berbuat kesalan dalam hidupku, tapi seandainya aku pernah mengambil keputusan yang bagus, itu adalah saat aku merebus kakimu yang aku sangka ubi racun. Mungkin cuma itu manis. Ya Tuhan, aku betul betul mincintaimu. Jagalah dirimu dan ingatlah selalu bahwa aku mencintaimu melebihi segala yang ada dalam hidup ini. Aku cuma lupa mengatakannya……
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H