Lihat ke Halaman Asli

Ray Indra T. Wijaya

Pejuang Literasi

Jangan Ngaku Smart City, kalau Belum Menerapakan IoT

Diperbarui: 12 Oktober 2022   06:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Oslo via digitaltrends.com 

Sebelum membahas lebih jauh, mari kita pahami terlebih dahulu perihal IoT atau Internet of Things ini. Secara teori, IoT adalah sebuah gagasan dimana semua benda di dunia nyata dapat berkomunikasi satu dengan yang lain sebagai bagian dari satu kesatuan sistem terpadu menggunakan jaringan internet sebagai penghubung.

Apakah kamu sudah paham dengan penjelasan di atas? Okay, saya akan berikan contoh: Semisal pintu garasi yang terbuka secara otomatis ketika ada mobil terdeteksi. Semua itu bisa terjadi dikarenakan adanya jaringan internet yang mengendalikan.

Mari kita bahas soal smart city. Oiya, smart city itu sendiri adalah kota yang memiliki terobosan baru dalam penyelesaian masalah di kotanya dan sukses dalam meningkatkan perfoma kotanya. 

Setelah memahami perihal IoT dan juga smart city, maka kita bisa menyimpulkan bahwa keduanya saling berkaitan satu sama lain, tak bisa terpisahkan . Bukan smart city namanya, jika belum menerapkan Internet o Things.

Baca juga: Mimpi di Siang Bolong, Taman Sekelas Central Park di Jakarta

Kota apa saja yang menyandang sebagai smart city? Sebutlah Oslo, Singapura, Amsterdam, Seoul, dll. Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Kota Tangerang Selatan adalah salah satu kota yang dinobatkan sebagai smart city. Are you serious? 

Jujur, saya sendiri belum merasakan Tangsel sebagai sebuah smart city. Lihatlah kemacetannya yang parah, kurangnya transportasi massal, banjir, dan berbagai masalah lainnya. Apakah pantas dinobatkan sebagai smart city? Pembaca bisa menilainya sendiri.

Lalu seperti apa smart city itu? Smart city bukan hanya dilihat dari pintar kotanya, namun masyarakatnya pun harus pintar. Masyarakat yang patuh dan disiplin terhadap aturan, tidak membuang sampah sembarangan, tidak menyerobot antrian, berhenti ketika lampu merah, dll. 

Smart City by binus.ac.id

Sedangkan dari sisi kota, kita akan menemukan peta eletronik yang terpampang di sudut-sudut kota untuk memudahkan para turis, transportasi massal yang saling terintegrasi satu sama lain, lampu jalanan yang menyala secara otomatis ketika sudah memasuki waktu malam (Semisal pukul 18:00), kantor pemerintahan yang menerapkan absensi online, taman-taman yang memiliki penyiram otomatis, memanfaatkan sumber energi tenaga surya, dll.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline