Lihat ke Halaman Asli

Tentang Sahabat

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wahai sahabat, masih ingatkah kalian masa setahun yang lalu yang telah kita lewati bersama? Ah.. Waktu setahun ini terasa begitu singkat untuk ku lalui bersama kalian sahabatku..

Masihkah kalian ingat, di saat-saat kita mendaftar ulang di kampus kita? Ketika masing-masing dari kita mengukur ukuran pakaian? Atau untuk para kaum adam, masih ingatkah kalian di saat raut wajah kalian berubah masam ketika di potong rambutnya secara asal-asalan oleh para kakak tingkat yang kurang asem itu?

Wahai Sahabat, masih ingatkah kalian di saat-saat kita masih terpisah-pisah satu sama lain dalam deraian keringat saat magradika, di saat kita harus di marah-marahi oleh raka-rakanita yang cantik dan gagah, di saat kita harus bergadang hingga larut malam untuk mengerjakan tugas yang berlimpah, di saat kita harus bersesakkan dalam sempitnya   mikrolet, di saat kita harus menahan lelah menaiki tangga sepuluh lantai, di saat kita menikmati indahnya posisi setengah duduk, di saat kita bernyanyi bersama menyambut para pimpinan dan dosen, ketika kita harus berurai air mata mengenang orang tua di kala menyaksikan surat dari mereka, di saat kita harus merangkak jauh menatap langit yang akan kita capai, masih ingatkah sahabat?
Mungkin kalian masih ingat pula pada saat kita outbound di Lido? Bukit-bukit indah yang membujur kaku menjadi saksi permulaan persahabatan kita… Di saat-saat pemenuhan asupan gizi yang sangat mencukupi di Lido, atau di saat permainan-permainan yang menambah kekompakan kita.. atau di saat kita berteriak ketakutan saat melayang di udara ala flying fox… Masih ingatkah wahai sahabatku?

Atau mungkin di saat pemilihan ketua kelas yang aneh, secara aklamasi sang ketua di pilih, tapi tahukah engkau sahabat… Sang ketua kelas memang menjalankan amanah tersebut dengan sungguh-sungguh…

Wahai sahabat, masih ingatkah kalian ketika menghirup udara segar di taman mini?  Di saat kita harap-harap cemas menyaksikan nomor undian kita terpanggil… Mungkin di momen inilah kalian wahai sahabatku mengajarkanku untuk mulai narsis berfoto ria… hehehe…

Wahai sahabat… uraian air mata ini masih mengalir ketika kita melalui ujian tengah semester hingga ujian akhir semester… di saat kita belajar bersama.. kalian ajarkan aku sahabat betapa indahnya persaingan yang sehat dalam hidup ini… Walaupun di akhir semester… Kita mendapatkan kabar pahit, kita telah kehilangan 2 orang sahabat yang kita cintai… Kita selalu berdoa semoga mereka meraih jalan terbaik mereka masing-masing…

Dan mungkin ketika jalan-jalan ke monas… Latihan ala Fertilitas, namun sesampainya di sana.. kita di usir dari lapangan utama dan hanya mendapatkan lapangan voli guna berlatih.. Ketika kita berjalan di malam hari untuk kembali sholat di istiqlal… Atau mungkin ketika kita makan bareng di tepian jalan sambil menunggu bis p2 namun akhirnya berputar naik transjakarta di tengah padatnya kota Jakarta…

Atau ketika deburan ombak mendera di telinga kita… di saat kita terbaring di atas pasir menghayati cakrawala yang jauh di lapisi oleh biru laut yang damai… Ketika kita menyanyikan lagu do mi ka do dan akhirnya terungkaplah rahasia masing-masing dari kita… Atau mungkin ketika kita bermain bersama air laut di kala hujan… Menari bersama banana boat dan terlempar dari perahu… di kala wajah pun pucat diterpa hujan namun itu tak berarti karena hasrat untuk bermain di atasnya begitu menggebu… Atau mungkin ketika kita selalu gagal menaiki papan seluncur yang tak semestinya untuk seumur kita? Atau mungkin ketika api mulai bergemericik melahap kayu bakar di malam hari, di saat kita menanti pengumuman manusia-manusia “ter-“…

Dituduhi, ditudingi, disoraki, aihh… aku tak hapal sahabat sebab ketika di tengah lapangan aku tak mendengar kecuali riuhan penonton yang saling bersorak-sorai… Masih ingatkah sahabat ketika tim kita dikalahkan telak 6-1? Atau ketika kita menang 8-1? Atau mungkin ketika kita harus menang 3-0 namun nyatanya kita kembali menelan kekalahan? Tapi aku belajar satu hal wahai sahabat, aku belajar betapa aku tak mampu berdiri sendiri melakukan hal itu semua tanpa semangat dan dukungan kalian semua wahai sahabat…

Wahai sahabat… Hiruplah udara pegunungan salak tempat kita menapakkan jejak kaki kita mendaki kawah ratu… Rasakanlah dinginnya air tersebut merasuki tiap pori-pori dalam kulitmu… Lihatlah betapa indahnya bukit dan gunung yang merangkai alam untuk menjaga bumi ini agar tidak bergoncang… Usaplah wajahmu dari lumpur-lumpur yang ditorehkan dengan penuh kasih sayang dari sahabatmu… Atau mungkin reguklah kembali air segar pegunungan untuk memenuhi kembali pundit-pundi airmu guna mencapai kilometer 46… Atau mungkin ketika wajahmu pucat pasi saat menikmati derasnya air terjun di kala hujan membasahi tiap helai dedaunan… Atau engkau sahabat masih ingin merasakan betapa lezatnya ikan sarden buatan kaum hawa, yang kelak mungkin akan menjadi pasanganmu nanti… Dan di tengah malam di kala kita berkumpul bersama, aku menyaksikan bintang jatuh… Indah… Begitu indahnya…. Gugusan bintang-bintang serta api unggun begitu mesra menemani kita menelaah waktu demi waktu… Indah sahabat… Sungguh begitu indah persahabatan ini….

Sahabat…
Engkau ajarkan aku banyak hal…
Engkau ajarkan aku apa itu hidup…
Engkau ajarkan aku bahwa ketika salah satu anggota tubuh sakit maka sahabat yang lain pun merasakan sakit…
Engkau ajarkan aku apa itu arti persaingan…
Engkau ajarkan aku…
Aku tak sanggup menyambungnya wahai sahabat…
Tapi ingatlah wahai sahabat…
Air mata ini selalu tersedia untukmu, untuk kita menangis bersama… Bukan karena kita lemah… Tapi karena haru… Haru yang mengharumkan betapa indah persahabatan ini...

For my friends…

Fertilitas… Miss u …




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline