Lihat ke Halaman Asli

Sepucuk Cinta Seorang Ayah

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Keluarga Oscar adalah sebuah keluarga yang terdiri dari 2 anak berjenis kelamin laki- laki, seorang ibu dan seorang ayah yang bijaksana. Noah Oscar adalah anak laki-laki dari keluarga Oscar yang memiliki keterbatasan. Noah tidak bisa berjalan sejak lahir karena memiliki tulang kaki yang tidak sanggup untuk menopang badannya, sehingga setiap hari ia harus duduk di kursi roda. Keseharian Noah Oscar adalah sekolah dan bermain musik bersama ayahnya. Noah sangat pandai dalam bermain instrument musik piano, sama seperti ayahnya. Gabriel Oscar adalah anak kedua dari keluarga Oscar yang dapat dikatan sebagai adik dari Noah Oscar memiliki banyak sekali perbedaan dengan Noah. Gabriel memiliki kondisi fisik yang baik. Walaupun Gabriel memiliki kondisi fisik yang baik, Gabriel tidak pernah bangga akan itu dan Noah sendiri tidak pernah ada perasaaniri terhadap adiknya tersebut. Gabriel memiliki hubungan yang sangat baik dengan Noah.

Ayah dari keluarga Oscar adalah Jeremiah Oscar. Jeremiah merupakan ayah yang baik dan sangat menyayangi keluarganya. Jeremiah memiliki pekerjaan yang sangat berat, yaitu merupakan sebuah awak kabin sebuah kapal kargo pengangkut beban yang posisinya adalah sebagai kapten. Jeremiah hanya dapat bertemu keluarganya 3 kali dalam sebulan bahkan 1 kali dalam sebulan. Jeremiah Oscar memiliki Istri yang sangat ia cintai. Santana Oscar adalah istri dari Jeremiah dan merupakan ibu dari Noah dan Gabriel. Santana Oscar merupakan ibu yang sangat baik dan penyayang.

Keluarga Oscar adalah keluarga yang aku cintai. Ya, itu adalah keluargaku. Aku adalah Jeremiah Oscar. Aku sangat mencintai keluargaku, istriku dan kedua anakku Gabriel dan Noah.

Bulan Juni sampai Agustus merupakan liburan panjang bagi setiap orang di kota Los Angeles. Di saat itu setiap orang pergi berlibur termasuk keluargaku yang merencanakan liburan pada akhir bulan Juni yang tepatnya pada tanggal 25 dari bulan Juni. Keluargaku merencanakan untuk melakukan perjalanan ke California. Aku telah mempersiapkan semuanya termasuk tiket penerbangan pesawat American Airlines dengan tujuan California. Aku dan keluargaku tidak pernah liburan ke tempat yang jauh sebelumnya. California merupakan tempat yang indah.

Hari ini bertepatan pada tanggal 5 Juni 2009 Aku sangat senang karena waktu untuk pergi ke California sudah dekat. Istriku sangat yakin bahwa liburan ini akan berhasil dan berjalan dengan lancar tanpa gangguan dari pekerjaan kami. Aku sangat yakin dengan pekerjaannya tidak akanmengganggu waktu liburannya.

***

Hari ini adalah tanggal tanggal 10 dari bulan Juni tahun 2009. Hari untuk keberangkatan keluargaku ke California. Aku menerima sebuah surat elektronik dari kantor tempat ayahku bekerja yang seketika diterima oleh telepon genggamku, lalu aku membacakan surat elektroniknya di ruang keluarga. Pada saat itu keluargaku sedang berkumpul untuk menonton sebuah acara televisi yang kami sukai.

Kepada Tuan Jeremiah Oscar.

Kami memberitahukan kepada Anda seputar info, bahwa pengiriman barang sangat banyak pada liburan ini. Kami menugaskan kepada Anda untuk memimpin sebuah kapal kargo bernomor MA0615S dengan keberangkatan San Fransisco menuju Greenland yang bertepatan pada tanggal 25 Juni 2009 dan akan sampai pada tanggal 10 Juli yang kemungkinan akan sampai kembali di San Fransisco pada tanggal 25 Juli. Kapal ini akan membawa kargo berupa Bahan Pangan dan Pakaian yang ditujukan kepada penduduk Greenland. Persiapkan dirimu kapten.

Selamat bekerja.

-WMHS CARGO-

“Apakah ayah akan menerimanya?”Gabriel bertanya.

“Mungkin ayah akan menerima pekerjaan itu”

“Kami ingin liburan bersama ayah sekali saja” Noah berkata dan menatap sedih.

Aku tidak bisa menolak pekerjaan ini tapi aku juga ingin liburan bersama keluargaku.Aku bisa saja liburan dengan keluargaku, tapi aku harus meninggalkan pekerjaanku secara keseluruhan. Jika aku mengambil pekerjaan itu, akuharus meninggalkan keluargaku. Aku sendiri tidak tega melihat kelargaku tidak berlibur ke suatu tempat seperti halnya keluarga lainnya di pemukiman Vermont. Setiap kali aku akan pergi berlayar, aku tidak tega melihat raut wajah keluargaku. Santana dan Gabriel mungkin hanya terlihat sedih, tapi satu hal yang membuat air mataku hampir menetes adalah ketika melihat anakku Noah meneteskan air matanya yang dapat terlihat jelas dibalik kacamatanya. Apakah itu akan terjadi kembali? Aku tidak tahu.

Malam ini aku memliki perasaan tidak enak terhadap sesuatu, tapi aku hanya membiarakn itu saja dan melanjutkan makan malamku bersama keluarga. Selesai makan malam akupun tidur. Ada sesuatu yang tidak bisa membuatku tidur yang aku sendiri tidak mengetahui apa penyebabnya. Tidak beberapa lama setelah aku berbaring, aku mendengar teriakan Noah meminta tolong, aku dan istriku bergegas dengan cepat menuju kamar Noah. Ya, Tuhan aku tidak percaya dengan ini. Noah tidak bisa bernafas dengan normal, bahkan darah pun  keluar dari hidungnya. Santana terlihat sangat panik dan segera mengeluarkan mobil dari garasi dan aku membawa Noah menuju mobil serta Gabriel yang baru saja terbangun dari tidurnya bergegas membawa kursi roda Noah. Aku dan keluargaku bergegas pergi ke rumah sakit yang ada di kota.

Sesampainya dirumah sakit aku menggendong Noah menuju ruang Unit Gawat Darurat (UGD). Dokter yang bekerja 24 jam disana langsung menangani Noah dengan berbagai cara terbaik yang dapat ia lakukan. Aku harus keluar dari ruangan tersebut dan aku tidak bisa menemani Noah kecilku sesaat setelah dokter menyuruhku untuk keluar ruangan itu. Selama menunggu Noah, aku selalu mengucapkan doa-doa dan memegang Al-kitabku. Santana dan Gabriel memasuki ruangan itu dan mereka terlihat cukup panik.

“Jeremiah, bagaimana dengan keadaan Noah?”

“Aku sendiri tidak mengetahui San, aku tidak diizinkan menemani Noah, untuk saat ini kita hanya dapat berharap yang terbaik pada Tuhan semoga Tuhan memberkati.”

Dokter pun keluar dari ruangan UGD dengan raut wajah yang menandakan sebuah berita buruk akan datang. Semoga saja bukan berita buruk ya Tuhan.

“ Tuan Jeremiah, apakah anda orang tua dari Noah Oscar? “

“Iya dokter, saya orang tua dari Noah Oscar.”

“Kondisi Noah baik, tapi kami menemukan ada kelainan pada paru-paru Noah”

“Apakah itu sebuah penyakit dokter? Tolong beritahu kami.”

“ Ya, Thyroid stadium 4”

Mendenganya saja aku tidak sanggup. Anakku menderita syndrome Thyroid, yang artinya Noah harus menjalani berbagai macam proses medis. Kemoterapi adalah salah satu proses medis yang harus dijalani oleh Noah dan itu akan membutuhkan biaya sangat besar. Ya Tuhan, aku harus melakukan apapun agar Noah dapat sembuh dari penyakitnya. Setelah semuanya selesai kami membawa Noah pulang kerumah kami. Noah harus menggunakan alat bantu pernafasan dan membawa Oksigen yang tergantung di belakang kursi rodanya setiap hari dan setiap saat. Tuhan, mengapa tidak kau pindahkan saja penyakit Noah kepadaku, izinkanlah Noah memiliki hidup yang sama seperti anak lainnya dan biarkanlah aku yang menanggung semua beban itu. Aku tahu itu memang tidak bisa berubah, tapi Tuhan berikanlah aku petunjuk atas semua cobaan ini. Aku mungkin akan mengambil pekerjaan tersebut untuk mebiayai semua itu dan berarti aku harus berusaha meskipun harus meninggalkan keluargaku dan satu anakku yang sedang sakit. Aku harus melakukan yang terbaik untuk Noah dan untuk Santana serta Gabriel.

Aku rasa Tuhan telah memberiku sebuah petunjuk. Hatiku berkata bahwa aku harus mengambil pekerjaan tersebut. Aku harus berbicara lagi dengan Santana tentang  ini. Jika ini adalah cara yang terbaik untuk kesembuhan Noah, aku siap. Aku dan Santana pergi menuju kamar Noah untuk melihatnya dan mendiskusikan tentang pekerjaanku. Noah sedang tertidur saat kami memasuki kamarnya.

“Santana sepertinya aku harus mengambil pekerjaan tersebut.”

“Apakah itu artinya kau akan meninggalkan kami termasuk Noah?”

“Ya, Jika ini adalah cara yang terbaik untuk kesembuhannya.”

“Apakah kau tidak berpikir bagaimana perasaan Noah saat kau pergi?”

“Aku tahu perasaannya Santana, tapi inilah jalan terbaik untuk membiayai semua proses medis Noah yang sangat mahal.”

“Baiklah Jer, jika itu maumu, aku selalu ada untukmu.

”Jangan beritahu Noah tentang ini, aku tidak ingin membuatnya sedih.”

“Iya.”

Aku memutuskan untuk mengambil pekerjaan itu. Aku sengaja tidak memberitahu Noah agar Noah tidak bersedih hati. Aku tidak ingin menyakiti hatinya.

Hingga suatu pagi, Noah tidak ingin berbicara denganku. Aku tidak mengetahui sebabnya. Bahkan sepatah katapun tidak keluar dari mulutnya. Mungkin aku harus mengatakan yang sebenarnya. Aku langsung bergegas pergi menuju kamarnya untuk memberitahu yang sebenarnya. Mungkin ini adalah jalan yang buruk, tapi aku perlu mengetahui apa penyebab keheningannya terhadapku. Saat aku memasuki kamarnya aku melihatnya sedang menatap keluar jendela dan aku mengahmiprinya.

“Selamat pagi Noah, kamu sedang apa nak?”

“Hanya mentap keluar jendela, mencari udara segar”. Noah menjawab dengan dingin.

“Ayah ingin memberitahumu sesuatuNoah, Ayah harus berlayar untuk membiayai semua proses medismu”

“Aku sudah mengetahui semua itu, tidak ada yang perlu dirahasiakan”

“Apakah itu alasan akan keheninganmu beberapa hari ini?”

“ Ayah dapat berpikir sendiri, bagaimana hati seorang anak, ketika seorang ayah yang sangat dicintainya menyimpan suatu rahasia yang menyangkut terhadap anaknya”

“Maafkan aku Noah, ayah berusaha melakukan yang terbaik untukmu, ayah akan melakukan apa saja asalkan kamu bahagia”

Sepertinya Noah sudah mengerti semuanya. Ia melepas kacamatanya, menangis dan bergegas memelukku.

“Maafkan Noah Ayah”

“Pasti, selalu, kau yang terbaik”

***

Hari ini adalah tanggal 25 Juni 2009, Hari keberangkatanku tiba dan aku sudah mengemasi semua barang-barang yang aku butuhkan. Aku membawa foto keluargaku. Didepan pintu keluargaku sudah menungguku. Mereka memelukku dengan erat. Santana dan Gabriel tidak menangis tapi aku tahu mereka sedih. Noah tidak menangis saat aku menghampirinya.

“Apakah ayah benar-benar akan pergi berlayar?”

“Iya Noah”

“Apakah ayah akan kembali?”

“Ayah berjanji untuk kembali, kerumah ini, surga terbaik yang ada di dunia”

Noah memelukku dan dia tidak menangis seperti biasanya. Taksiku sudah datang. Sangat berat untuk meninggalkan keluargaku, lagi. Setelah semua barangku telah masuk kedalam bagasi, aku memasuki taksi. Aku tidak sanggup lagi menahan kesedihan ini. Ini bukan perpisahaan, aku telah berjanji pada Noah bahwa aku akan kembali. Semoga Tuhan memberkatiku untuk kembali.Amin.

Akhirnya aku sampai di San Fransisco. Taksi yang aku pesan mengantarku sampai Bandara Los Angeles dan kemudian aku menggunakan pesawat menuju San Fransisco. Aku segera memesan taksi untuk menuju pelabuhan. Sesampainya di pelabuhan aku langsung menuju kabin tempat aku bekerja. Di kabin semua telah dipersiapkan oleh asistenku. Kontainer terakhir telah diletakan, saatnya kapal untuk berangkat. 15 hari bukanlah waktu yang lama, tapi kali ini aku merasa waktu itu sangat lama. Setiap malam di dalam pelayaran yang aku lakukan hanyalah bercakap-cakap dengan Santana melalui telepon dan terkadang aku tidak berkirim pesan atau bahkan menerima telepon karena mengolah data-data yang dibutuhkan untuk diberikan pada petugas penjaga kargo saat kapal ini sampai di Greenland.

15 hari telah berlalu, kapal pembawa kargo ini telah sampai di Greenland. Setelaah semua container dipindahkan, kapal ini akan segera berangkat kembali menuju San Fransisco. Setelah semua barang dipindahkan dari kapal ini, aku memerintahkan seluruh awak kabin bersiap-siap karena kapal ini akan segera berangkat. 30 menit setelah kapal ini berangkat aku mendapat panggilan telepon dari Santana. Saat itu adalah pukul 11 malam waktu Greenland.

“Halo Jeremiah, apakah kapalmu telah berangkat?”

“Ya, ada apa?”

“Oh Tuhan, aku sedang dirumah sakit”

“Apakah ini menyangkut Noah?”

“Ya, Itu terjadi lagi, kali ini iatidak bisa bernafas sama sekali.” Santana berbicara dengan panik.

“Baiklah tetap tenang San, jelaskan kepadaku kondisi Noah Saat ini”

“Sangat tidak baik, paru-paru Noah hanya berfungsi 50%”

“Oh Tuhan, baiklah tangani yang terbaik untuk Noah, dan sampaikan bahwa aku berjanji untuk pulang”

Telepon telah ditutup oleh Santana dan kali ini yang aku inginkan hanya satu yaitu, pulang. Aku tidak bisa menahan kesedihan ini, tetesan demi tetesan air mata jatuh membasahi bajuku. Aku tidak tahu apakah rencana Tuhan besok atau bahkan sesaat lagi. Tuhan berkatilah Noah, jagalah dia, lindungilah dia. Aku berharap semua berjalan dengan baik. Aku tidak bisa berhenti memikirkan kondisi keluargaku dirumah terutama Noah yang terbaring dirumah sakit dengan kondisi yang dapat dikatakan kritis.

Saat kami ditengah perjalan yang telah memakan 10 hari, kami mengetahui bahwa kapal ini kehabisan bahan bakar. Awak kabin kapalku berkumpul diruangan tempat berkumpul dan tuan Courtney mengatakan bahwa tangki bahan bakar kami bocor dan ia baru saja mengetahui. Aku berusaha menelpon angkatan laut San Fransisco dan tak seorang pun merespon panggilan dariku sampai pada kapal kami tidak memiliki sumber energi lagi bahkan kami hanya memiliki sedikit bahan makanan serta air minum. Suhu didalam kapal sangat dingin. Sebagai seorang pemimpin kapal ini aku harus berusaha membuat keadaan baik. Semoga keluargaku baik-baik saja dan semoga Tuhan memberi petunjuk terhadap kondisi ini.

Sudah 6 hari kami berada dilautan luas tanpa ada pertanda baik yang datang dan kondisi kami menjadi semakin buruk. Tidak seorangpun dari kami memiliki energy yang baik. Aku tidak tahu harus melakukan apa. Kapal ini sudah kehabisanbahan makanan dan aku tidak tahu harus apa lagi. Aku sudah kehabisan tenaga, aku sudah tidak dapat melakukan sesuatu untuk menjaga seluruh awak kabin ini. Mungkin aku tidak dapat menepati janjiku pada Noah. Aku harus menulis surat kepada keluargaku dengan tenaga yang masih tersisa dan berharap para gabungan penyelamat datang mengangkatku apabila Tuhan telah memanggilku mengetahui ini.

Kepada keluargaku, Santana, Gabriel, dan Noah bintang kecilku. Aku sudah berada dikapal ini 16 hari. Aku tahu kalian  menghawatirkanku. Maaf tidak memberikan kabar, aku hanya dapat menyampaikan ini. Untuk Noah, maaf ayah tidak bisa memenuhi janjimu nak, ayah mungkin tidak bisa kembali padamu mungkin kita tidak bisa bersama lagi, berkumpul dan berbincang-bincang seperti biasa. Perlu kau ketahui bahwa ayah selalu disampingmu. Mungkin ini hanya sepucuk cinta seorang ayah. Ayah sangat menyayangi kalian.

-Jeremiah Oscar-

Aku menggenggam surat itu dan hanya bisa terdiam. Aku siap Tuhan apabila aku memang harus kembali padaMu, aku siap. Saat itu pandanganku menjadi gelap, seakan-akan dunia sudah lenyap dari hidupku. Aku hanya dapat mendengar keramaian dan mendengar suara derap kaki. Aku tidak mengetahui apakah itu penyelamat atau hanya ilusinasiku saja, setelah itu aku merasa lenyap dan tidak bisa merasakan tubuhku lagi.

***

Aku terbangun di sebuah ruangan yang asing dengan tembok ruangan yang berwarna putih. Aku dapat merasakan tubuh lagi dan aku sadar bahwa aku sedang terbaring di sebuah tempat tidur dengan infus yang terpasang di tanganku. Aku tidak tahu apakah aku masih hidup atau ini hanya penglihatanku akan surga. Ketika aku melihat sisi sebelah kiriku aku melihat seorang anak laki-laki berkacamata duduk diatas kursi roda sedang menatap keluar jendela. Ya Tuhan, itu Noah anakku dan aku harus memanggilnya.

“Noah, apakah itu kau?”

Noah hanya berbalik badan dan tersenyum kepadaku, Noah tidak berkata apa-apa. Pintu yang ada di sisi sebelah kananku terbuka dan aku dpat melihat seorang wanita berambut panjang bersama seorang anak laki-laki. Ya, aku ingat itu adalah Santana dan Gabriel. Santana menangis dan memelukku. Aku merasakan rasa kebersamaan keluarga seperti dulu lagi.

“Santana, apakah aku masih hidup?”

“Jeremiah, tentu saja kau masih hidup sayang.”

“Tapi bagaimana?”

“Para gabungan penyelamat angkatan laut menemukan kapalmu berada di posisi yang sama selama 6 hari dan mereka segera bergegas menuju kapalmu, aku sangat khawatir Jer, aku kira aku akan kehilanganmu.”

Ya Tuhan, aku masih hidup, terimakasih atas berkatMu Tuhan. Sangat sulit untuk percaya bahwa aku masih hidup. Aku merasakan kebersamaan dan kasih sayang sebuah keluarga lagi. Saat aku melihat ke sisi kiriku lagi, aku tidak melihat Noah.

“Santana, kemana perginya Noah? Padahal aku baru saja melihat dia berada di dekat jendela.”

Santana memandangiku dengan tatapan sedih dan tidak mengeluarkan kata-kata. Santana seketika menangis dan memeluku.

“Santana mengapa kau menangis?”

“Noah sudah kembali sayang.”

“Kembali? Apa maksud mu?”

“Noah sudah kembali kepada Tuhan, Noah telah tiada, paru-parunya berhenti dan seluruh organ tubuhnya berhenti berfungsi, maafkan aku.”

Saat itu aku tidak dapat berkata apa-apa, seakan tidak percaya dan air mataku mulai menetes kembali. Noah telah tiada dan saat itu yang aku rasakan hanya sakit dan aku merasakan harapanku sudah hilang. Seandainya aku dapat memutar kembali semuanya, aku akan tetap berada di sisi Noah dan aku tidak akan meninggalkannya. Santana dan Gabriel menangis di sisiku.

***

Setelah 7 hari terbaring dirumah sakit aku pulang ke rumah yang sudah aku anggap sebagai surgaku sendiri. Aku melihat sudut ruang keluarga dan melihat sebuah kursi roda kosong yang biasanya diduduki seorang anak laki-laki berkacamata dengan senyuman manis yang membuatku tenang. Hingga hari ini aku masih merasa bahwa Noah ada disampingku. Hari ini adalah hari pemakaman Noah, Aku, Santana dan Gabriel sudah menyiapkan diri untuk pergi ke pemakamannya dan kami berangkat menuju pemakaman. Sesampainya di pemakaman, aku melihat banyak sekali para tetangga yang datang. Pendeta memimpin doa dan aku tidak bisa menahan air mataku. Mungkin hari ini adalah hari terakhirku melihat Noah sebelum ia dimakamkan. Selamat jalan Noah, beristirahatlah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline