Lihat ke Halaman Asli

Makan Siang Gratis dan Perbaikan Kualitas Bangsa

Diperbarui: 1 Juli 2024   12:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Indonesia telah memiliki pasangan presiden dan wakil presiden terpilih yang telah ditetapkan berdasarkan keputusan hasil pemilu oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan juga melalui keputusan PHPU oleh Mahkamah Konstitusi.  Hal yang paling diingat oleh masyarakat terkait dengan program dan visi-misi pasangan Prabowo-Gibran yang akan dilantik sebagai presiden dan wakil presiden pada bulan oktober mendatang adalah program makan siang gratis untuk anak sekolah. 

Pro dan kontra akan keberadaan program ini sudah ada sejak masa kampanye pada pemilu yang lalu sampai dengan hari ini, mulai dari pendapat tentang membengkaknya anggaran yang perlu dipersiapkan oleh negara walaupun sudah ada beberapa negara yang telah melaksanakan program tersebut.

Pro dan Kontra dalam sebuah kebijakan merupakan hukum alam yang sudah pasti terjadi apalagi dengan skala nasional tentu menjadi sorotan penuh pada kebijakan tersebut. 

Banyak yang beranggapan bahwa program makan siang gratis ini adalah manifestasi dari wajah pemerintahan kedepan yang dianggap "tidak mampu" memberikan "pancing" terhadap warga negaranya sehingga langsung memberikan "ikan" yang dianggap cukup instan. 

Tidak sedikit pula yang beranggapan lebih baik anggaran negara tersebut diinvestasikan pada sektor pendidikan karena 20% anggaran APBN Indonesia untuk pendidikan dianggap belum mengcover pendidikan yang ada di Indonesia yang dianggap bahwa pendidikan adalah "Investasi" jangka panjang untuk peradaban suatu bangsa.

Program makan siang gratis atau apapun itu nomenklaturnya kelak yang diperuntukkan untuk anak di sekolah, pesantren, ibu hamil dan lain sebagainya merupak wujud dari pada kepedulian negara terhadap peradaban bangsa yang dimulai dari hulunya yaitu menekan angka stunting dan gizi buruk. 

Indonesia sebagai negara ketiga memiliki banyak sekali persoalan terutama pada ketidak mampuan warga negara secara menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dengan contoh kecil adalah kebutuhan untuk makan jadi wajar saja jika sebagian warga negara Indonesia memilih pasangan calon Prabowo-Gibran pada pemilu yang lalu karena memang issue yang dibangun dikalangan menengah kebawah adalah issue tentang kebutuhan dasar dengan istilah yang sering didengar adalah "nyari makan aja susah gimana mau mikirin yang lain".

Makan siang gratis ini bisa menjadi sedikit solusi dan harapan untuk memperbaiki kualitas bangsa selain daripada pendidikan yang mudah dan murah bahkan sekolah gratis karena sudah banyak realitas dilapangan bahwasannya banyak anak bangsa memilih untuk bekerja mencari sesuap nasi untuk membutuhkan kebutuhan dasarnya dibandingkan memilih untuk sekolah. 

Sekolah gratis sudah cukup banyak keberadaannya dari mulai tingkat SD sampai dengan SMA terutama sekolah negri tetapi hal tersebut tidak berbanding lurus dengan output yang dikeluarkan karena permasalahan dasarnya tidak terpenuhi yaitu perut yang lapar sehingga pikiran pada saat melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar tidak fokus. 

Banyak dari anak bangsa yang tidak mampu melanjutkan pendidikannya karena ketidak mampuan personalnya mengkuti proses belajar mengajar dikarenakan kurangnya asupan gizi yang diperoleh oleh tubuhnya, hal tersebut cukup disayangkan ternyata sebelum beranjak pada pemikiran yang besar negara harus mencukupi kebutuhan yang mendasar sebagai mana pepatah mengatakan "Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat".

Program tersebut hanyalah sebuah nomenklatur dan hanya suatu kata-kata saja dan akan bersifat percuma jika tidak ada realisasinya, permasalah sampai hari ini adalah selain daripada ketersediaan anggaran yaitu terkait dengan pelaksanaan dan penyaluran program tersebut. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline