Lihat ke Halaman Asli

Peran (Bohong) Milenial

Diperbarui: 2 Mei 2020   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pemuda adalah salah satu instrumen yang pasti dimiliki oleh setiap negara yang ada di dunia untuk mengembangkan dan memajukan potensi dan sumber daya yang dimiliki di setiap negara, salah satu ciri khas dari para pemuda adalah memiliki gagasan-gagasan dan pemikiran-pemikiran yang segar. Hal itu dikarenakan bukan hanya karena semangat yang tinggi saja melainkan juga karena adanya rasa ingin membangun negara berdasarkan keresahan-kerasahan yang dirasakan yang tentunya dengan sudut pandang yang berbeda.

Banyak sekali argumentasi-argumentasi dan juga prediksi-prediksi tentang bonus demografi yang akan kita sama-sama hadapi disekitar antara tahun 2030-2045 mendatang, keadaan tersebut seperti perjudian yang besar-besaran yang akan dipertaruhkan atas nama bangsa dan negara dimasa depan. Bonus demografi pasti akan datang tetapi pertaruhan tersebut yang belum tentu kita menangkan, tapi kalau keterpurukan bisa kita terima dan rasakan dengan lapang dada, begitulah kita. Bonus demografi hanya memiliki dua kemungkinan, apabila pemuda kita mampu untuk bersaing kemungkinan besarnya adalah kita dapat memanfaatkan bonus demografi tersebut dengan mencapai hal-hal gemilang yang belum pernah kita rasakan sebelumnya. Tetapi apabila pemuda kita tidak dapat bersaing, ya sudahlah mungkin sudah bisa menebak hasilnya seperti apa.

Sudah banyak pemuda yang coba menginspirasi di negara ini, tetapi apabila ditelaah secara radikal mereka belum bisa dikataka sebagai trand setter kemajuan dan role model bagi pemuda yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal, selain daripada itu para pendahulunya yang seharusnya memberikan ruang-ruang kepada pemuda tersebut walaupun kecil belum memiliki rasa "trust" sehingga pemuda hari ini minim pengalaman dan juga kaku dalam ruang lingkup praksis.

Pemuda memang tidak memiliki pengalaman tetapi pemuda dapat menawarkan masa depan, jangan sampai pemuda dijadikan kambing hitam karena pemikiran-pemikiran yang lokalistik. Berikan pemuda peran yang signifikan walaupun tidak besar, jangan sampai pemuda hanya dibayang-bayangi peran semu dengan reasoning-reasoning "Belajar aja dulu" pemuda hari ini tidak ingin seperti itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline