Lagi, lagi dan lagi.
Suara itu tetap memaki.
Tak peduli hatiku menjerit.
Aku mencintainya, adu ku pada Tuhan.
Ini doaku setiap malam.
Tuhan, aku tau Kau selalu dekat.
Jerit pilu ini tentu amat Kau tahu.
Kau yang paling mengerti apa arti dirinya bagi ku.
Dia segalanya Tuhan. Setelah Kau dan kedua orangtua ku.
Ridhoi kami Tuhan. Ridhoi kami.
Peluk tubuh ku Tuhan. Peluk juga dia.
Tolong Peluk lah kami. Agar lebih kuat jalani hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H