Lihat ke Halaman Asli

RAUF NURYAMA

Pemerhati Masalah Media, Sosial, Ekonomi dan Politik.

Bisnis Televisi: Antara Akurasi dan Provisi

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ya. Akhirnya judul tulisan ini saya pastikan demikian, setelah saya mencoba menjadi seorang pemerhati masalah pertelevisian. Pemerhati, karena saya seorang penonton setia Televisi. Bukan hanya Chanel yang saya perhatikan, tetapi Konten dari masing-masing Chanel termasuk konten setiap acara televisi. Tak jarang saya hanya menonton sedikit acara tersebut, kemudian saya alihkan dan memilih acara lainnya. Tidak ambil pusing bagi saya untuk mengkritisi acara-acara yang tidak memberikan pendidikan positif, baik malam, pagi, siang maupun sore. Namun terkadang, saya berpikir : seolah-olah, Produser Televisi dan Team Kreatif sepertinya sudah kehialangan ide. Sehingga mereka sering menampilkan acara yang "TIDAK BERMUTU".

Selain kreatifitas ide, terkadang saya sering menemukan sebuah acara yang merupakan salinan atau copyan kalau tidak bisa dibilang Plagiator. Bedanya, mungkin hanya sebatas daging dan kulit. Tipis sekali. Meniru, menjiplak, sudah menjadi sebuah budaya yang mengakar sampai ke stasiun televisi.  Yang lucunya lagi, Host dari acara tersebut di beberapa televisi, ya cuman itu-itu saja. Pertanyaan berikutnya, emang gak ada lagi Host yang lebih baik dan berkualitas. Atau hanya karena pamor, rating, provisi (Keuntungan) semata. Sementara Nilai akurasi (baca: tingkat keakuratan dari sebuah konten yang disuguhkan) menjadi melenceng entah jauh kemana.

Dalam wacana ini saya ingin menyajikan pemaparan tentang penilaian saya terhadap media televisi Nasional, dan jika penilaian ini benar semoga ada perbaikan, namun jika penilaian ini salah menurut para pengguna atau pembaca, berarti saya salah menggunakan kaca mata.

1. Jakarta Lawyer Club, yang diselenggarakan oleh TV One mendapat perhatian banyak kalangan. Sehingga pemirsa, bukan hanya orang Jakarta, namun Indonesia. Hal ini pula lah yang mungkin dijadikan dasar menjadi Indonesia Lawyers Clubs. atau ILC. Pembawa Acara DR. Karli Ilyas, Wartawan Senior, sekaligus Pejabat di TV Tersebut. Forum Diskusi seperti ini, banyak memberikan Inspirasi baik kepada penonton maupun pencerahan kepada publik tentang wacana yang dibahas. Begitu apiknya Karni Ilyas membawa acara ini, sehingga durasi dan akurasi sangat terpuji. Walau kadang saya gereget, kenapa durasinya tidak ditambah, agar para pembicara puas. hehehe... Terkait ILC, kemudian muncul pula di TV Lain ada Klub yang hampir mirip, namun sebagai Bahan Candaan. Pembawa Acaranya selain Kondang juga "Bodor" yaitu ILK, Indonesia Lawak Klub program acara pada Trans7, dengan Denny Candra. Seperti halnya ILC, ILK juga memiliki pembicara yang kurang lebih hampir itu-itu saja. Namun kemasannya Lucu, jadi hiburan dan kadang jadi Dagelan. bahkan dengan Tagline, yang tidak kalah bodor, "Memecahkan masalah Tanpa Solusi". Sebuah Tagline, yang hanya menyederhanakan sebuah acara, karena cuman untuk hiburan semata. Mungkin, hiburan adalah barang mahal di Indonesia, karenanya hiburan ini menjadi murah ketika bisa ditonton oleh masyarakat dan dipastikan ratingnya pun naik. Acara yang hampir mirip juga saya dapatkan di Jak TV, dengan Judul acara Jakarta Komedian Club. Serupa tapi tak sama.

2. Diskusi antara Host dengan Narasumber. Contoh Empat Mata, di Trans7 yang kemudian berganti nama dengan Bukan EMpat Mata, mungkin karena matanya sudah bukan empat lagi kale yah. Rating untuk acara ini sangat bagus. Terbukti Tukul semakin laku. Jadi host dalam berbagai Acara, bahkan belakangan diberbagai Medai Televisi juga. COntoh Diskusi seperti ini, kemudian juga dilakukan oleh Najwa Shihab dengan Acara Mata Najwa, di Metro TV. Lain Trans ya lain Metro, Trans lebih cenderung ke Hiburannya, sedangkan Metro Edukasi dan Bobot Acaranya lebih berat. Segmen penontonnya tentunya berbeda pula.Belakangan muncul Hitam Putih, dengan Host Deddy Corbuzier.

3. Idol-Idolan. Mulai dari Indonesia Idol, AFI, New AFI, Dangdut Academy, KDI, dan lain sebagainya. Acaranya serupa tapi tak sama. Semuanya hampir mirip, beda peserta dan Hostnya saja.

4. Sukses acara Yuk Kita Sahur, dengan menobatkan Caesar sebagai si pemilik Goyang baru yaitu Goyang Cesar. Saya melihat ini jiplakan dari goyang yang sangat heboh yaitu “Gangnam Style”. Berikutnya saya juga melihat ada Dahlan Iskan Style. Lalu suksesnya Yuk Kita Sahur, menjadi Yu Keep Smile. Ada pula Joget Bang Jali dari Denny Cagur, bahkan latah Sule and the gank juga membuat Jodet serupa, Goyang Sundul Gan. Belakangan acara Joget bersama seperti ini hampir marak di stasiun Televisi.

5. Kemudian Stand Up Comedy, Sebuah acara Komedi Show tiruan dari abad 18 di Amerika. Pertama kali saya menontonya di Kompas TV. Sukses Acara Stand Up Comedy Indonesia, ternyata Metro TV meliriknya sehingga Jebolan Idol Stand UP COmedy Kompas TV bernaung di Metro TV.

Demikianlah ulasan ini, pertanyaan berikutnya? Bisa nggak sih Kreatif dikit. atau Emang salah yah kalau Niru. Hmmm setelah saya pikir-pikir. Membuat itu lebih sulit daripada membuat, Follower itu adalah Kebiasaan Bangsa Kita. Namun jangan salah loh, Bangsa kita juga punya banyak Penemuan. Mau Tahu...? Kompasiana sudah menemukan sebuah tulisan yang merupakan tiruan, bahkan saking bagusnya cara meniru konon titik dan komanya juga sama. Belakangan si peniru mengundurkan diri dari Pekerjaan Tetapnya sebagai Dosen.

Semoga budaya meniru ini bisa lebih kreatif dikit yah. Sehingga bisa lebih baik, lebih akurat, dan juga mendapatkan Provisi atau keuntungan yang lebih baik. Salam

Cirebon, 23 Februari 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline