Lihat ke Halaman Asli

RAUF NURYAMA

Pemerhati Masalah Media, Sosial, Ekonomi dan Politik.

Mari Bedah Black Campaign!

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setiap malam, kami selalu melakukan ritual waktu berkumpul dengan keluarga. Istri, dan 2 anakku. Setelah kerja seharian yang terkadang tidak bertemu anak. Anak yang sepulang sekolah, lalu les atau bermain, baru ketemu pada saat Menjelang Magrib. Lalu setelah itu kami membiasakan diri untuk berkumpul dan berdiskusi. Walaupun masih kecil, saya selalu mengajaknya diskusi, sebagai bahan untuk mengasah otak anak dan pula kepedulian terhadap keluarga saya.

Pertanyaan yang tidak saya kira datang dari anak saya yang paling besar, saat ini duduk di SMP Kelas 1. "Yah, Kalau hatinya pak Jokowi dan Pak Prabowo terbuat dari apa yah...?"

"Kenapa gitu?", saya balik nanya sebelum menjawab.

"Setiap hari nonton berita TV, baca di koran online, Status di FB maupun Twitter, mereka di jelek2an, di ejek, di hina, dibilang pembohong, dibilang penculik, pokonya gitu deh.... Kok kuat yah?", si sulung ini melanjutkan pernyataannya.

-------

Setelah menarik napas agak dalam, mencoba berpikir, untuk merajut kata yang tepat agar dipahami oleh anak seusia mereka.

------

Ntah kenapa, kemudian saya menjawab demikian. "Di dalam tubuh setiap manusia, ada segumpal daging. Jika daging itu baik, maka baiklah orang itu. Dan jika daging itu Buruk, maka buruklah orang itu. Dan daging itu dinamakan hati. Itu Kata Rasullullah. Jadi sesuai dengan pertanyaan tadi, maka hati nya pak Jokowi maupun pak Prabowo, sama dengan hati kita yaitu Daging. tidak ada bahan baku lainnya. Yang membedakannya, Mungkin hati mereka sudah baik, sehingga ketika di fitnah, di caci ataupun di kata-katain yan nggak2, mereka tetap kelihatan baik. Berbea jika hati mereka tidak baik, mungkin akan serta merta mereka akan marah, ketika di caci atau dijelek2an orang lain.

----

Rekan penulis dan pembaca, saya tidak berani melanjutkan cerita tentang hati ini, karena saya bukanlah ustad, kiyai, pendeta ataupun yang lainnya. Saya hanya mencoba menganalisa pertanyaan itu ketika saya menulis ini.


  1. Teknologi Informasi dewasa ini memang sudah sangat maju. Ketika kita menulis satu hal, maka dalam kurun waktu tidak lama, sudah dibaca oleh begitu banyak orang. Media Sosial, sebagai buah dari perkembangan TI, telah mendukung terbentunya Dunia Baru, yaitu Maya.
  2. Pak JK, saat di Wawancari di Metro TV malam ini, menyampaikan bahwa Blakc Campaign itu tidak bagus, tapi kalau Negatif Campaign, masih bisa diterima. Negatif Campaign, cenderung menyampaikan informasi yang negatif, untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi. Sedangkan Black Campaign cenderung berbau Fitnah.
  3. Fitnah itu sungguh sebuah perbuatan Keji. Islam sangat menganjurkan untuk menghindari Fitnah, sehingga sampai pada ayat yang menyatakan Bahwa Fitnah itu lebih Kejam dibandingkan dengan Pembunuhan. (QS 2:191). Sehingga benar menurut JK, sangat tidak baik melakukan Fitnah.
  4. Materi Black Campaign (kampanye Hitam) dalam wacana pilpres ini, menjadi sesuatu yang semestinya menjadi bagian yang tidak diperbolehkan. Sayang jika pun tidak diperbolehkan, tidak ada petugas yang berani menanganinya. Karena Polisi, cenderung Pasif. Harus ada laporan baru kemudian di proses.
  5. Dalam suasana seperti ini, jadi bau-bau sedapp... Fitnah, negatif campaign, dan kebenaran bedanya sangat tipis sekali. setipis uang seratus ribuan.


Ya cukup segitu aja dulu... nanti dilanjt lagi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline