Lihat ke Halaman Asli

RAUF NURYAMA

Pemerhati Masalah Media, Sosial, Ekonomi dan Politik.

Mudahnya Kredit Mobil, Investasi atau Konsumsi. Jangan Salah Kaprah!

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini saya sampaikan dalam rangka mengikuti Blog Competition mudahnya kredit mobil yang waktunya diperpanjang. namun saya tidak tahu dimasukan ke kolom apa? yah sekenanya saya, semoga oleh admin kompasiana di masukan sesuai dengan hal yang saya maksud.

Sebelum saya bercerita sesuai dengan tema yang disampaikan, saya ingin menyampaikan dulu disclaimer (halah....). Bahwa tulisan ini ditujukan bukan untuk memenangkan sebuah pertandingan, namun untuk sharing pengalaman dan siapa tahu pengalaman ini bisa memberikan inspirasi buat rekan kompasianer lainnya, serta memberikan pemahaman secara logika keuangan tentang kredit, khususnya kredit mobil. Kalau toh, ternyata tulisan ini dipavoritkan dan mendapatkan imbalan, saya berani sumpah, "TIDAK AKAN MENOLAK".

ALASAN KENAPA KREDIT MOBIL

Dalam menghadapi hidup, setiap insan pasti sama harus memenuhi kebuthan hidupnya mulai dari ketersediaan pangan, sandang dan papan. Mobil, Motor, dan lainnya terkadang masih menjadi barang mewah. Ketika saya masih menjadi karyawan pada perusahaan orang lain, saya membeli motor dengan cara kredit. Tujuannya agar transportasi saya menjadi lancar. Lebih praktis dan lebih murah, dibandingkan saya harus menggunakan angkutan umum. Logika matematika saya masih lancar, ketika setiap hari saya harus mengeluarkan ongkos angkot dan bis kota untuk bekerja bisa menghabiskan Rp 20.000 per hari, maka per bulan saya bisa menghabiskan dana sebesar Rp 500.000 per bulan. Itu hanya cukup untuk transportasi dari rumah ke kantor dan dari kantor ke rumah, belum jika saya harus berkunjung dalam pekerjaan ke lokasi lainnya, atau dalam kepentingan pribadi antar anak sekolah, ke pasar, atau jalan-jalan. Maka transportasi memberikan kontribusi pengeluaran yang relatif mahal. Atas dasar perhitungan itu, kemudian saya membeli Kendaraan motor dengan cara kredit. Dulu, masih ada cicilan motor dengan beban per bulan Rp 400rb, jika bensin per bulan dialokasikan Rp 100.000, maka saya mendapatkan posisi yang Balanced dari sisi pengeluaran ini, plus mendapatkan keuntungan karena saya tidak perlu mengeluarkan ongkos tambahan untuk pengeluaran transportasi yang lainnya.

Ingat teori Ekonomi : Y = C + I (S) , dimana Y = Yield (atau saya angggap sebagai Pendapatan , sedangkan C = Consumsi, dan I = Investasi atau S = Saving (tabungan).

Biaya Transportasi adalah Konsumsi, maka semakin banyak biaya konsumsi yang dipergunakan dari sumber pendapatan kita, maka akan semakin kecil sisa pendapatan untuk Tabungan atau Investasi. Saya sampaikan di sini, bahwa membeli dengan cara kredit Kendaraan Motor bukan untuk Investasi, melainkan untuk Konsumsi. Kalau Anda tidak sependapat dengan saya, Nggak apa2, nanti saya akan bahas lagi.

Itu cerita dulu sewaktu menjadi karyawan diperusahaan orang, karena jumlah pendapatan memang sudah ditentukan yaitu Rp "x.xxx.xxx", maka saya harus melakukan pengaturan pengeluaran menjadi Rp "yy.yyy" untuk setiap bagian pengeluaran dalam ilmu budgeting rumah tangga saya. Namun, kini berbeda jaman dan berbeda kebutuhan. Setelah menekuni bisnis, ternyata bukan motor yang saya butuhkan. Mobil, menjadi bagian dari kebutuhan saya.

Kalau untuk kebutuhan harian, misalnya berangkat ke luar kota atau untuk ketemu dengan mitra bisnis, masa sih masih pake motor. Gengsi dong... (hehehe...). Maka, saya sekali-kali melakukan rental mobil. Ya.. Harian saja, Mulai dari Rp 300.000 per hari. Namun karena keseringan, maka saya melakukan rental mobil menjadi per bulan, dan ternyata lebih murah, yakni cukup dengan Rp 4.500.000 per bulan. atau sebanding dengan per hari hanya Rp 150.000. Kita tidak membicarakan tentang BBM yah... ini baru fisik kendaraan saja. Dan tentunya bicara secara ekonomi. Saya, secara ekonomi, menganggarkan pengeluaran usaha untuk rental mobil sebesar Rp 4.500.000 per bulan, dan setelah selesai masa kontrak maka saya tidak punya apa-apa. dan memang demikian adanya.

Lalu kemudian berhitung dengan membeli secara kredit, ternyata saya mendapatkan jumlah yang jauh lebih murah. Cukup dengan Rp 3.400.000 per bulan, saya bisa mendapatkan kredit sebuah Mobil Toyota dengan kualifikasi yang sama dengan yang biasa saya rental. Maka atas dasar perhitungan ini, saya mendapatkan keuntungan lebih. Keuntungan dari sebuah anggaran yang semestinya saya keluarkan. Dimana anggaran yang tadinya Rp 4.500.000 menjadi Rp 3.400.000  sehingga saya surplus sebesar Rp 1.100.000 per bulan atau sekitar 13.200.000 per tahun.

Argumentasi ketika berbicara dengan Dealer dan Leasing pun, sangat mudah dan cair. Karena bukti-bukti bahwa pengeluaran saya untuk menyewa mobil ada, serta masih ada kelebihan anggaran dibandingkan saya dengan membeli secara kredit, maka tidak menunggu lama kemudian mobil baru, (milik sendiri) datang.

Bukan hanya secara ekonomi, secara psikologi juga berbeda. Kita tentunya merasa lebih memiliki, dan merasa lebih berharga ketika memiliki kendaraan (berupa) mobil milik sendiri. Namun, sesuai dengan sub judul tulisan ini, saya tetap dengan prinsip saya, bahwa alasan membeli mobil secara kredit adalah untuk konsumsi. Bukan Investasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline