Lihat ke Halaman Asli

Raudhatul Ilmi

Content Writer & Script Writer

Piala Dunia 2022: Larang Kampanye LGBT, Qatar Mendiskriminasi Kaum Pelangi?

Diperbarui: 14 November 2022   16:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menteri dalam Negeri Qatar sekaligus penanggung jawab turnamen, Abdullah Al Nasari/Marca

Jika anda ingin mengekspresikan pandangan anda tentang  LGBT, lakukanlah di negara yang akan menerimanya. Jangan datang dan menghina kami. Kami tidak akan mengubah agama untuk acara yang hanya berlangsung selama 28 hari
_Abdullah Al Nasari_

Begitulah pernyataan tegas dari  menteri dalam negeri Qatar sekaligus Penanggung jawab turnamen piala dunia, Abdullah Al Nasari ditengah kritikan yang menghujam kepada Qatar karna penolakan dari tuan rumah piala dunia 2022 tersebut untuk mengkampanyekan Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) Dalam turnamen akbar sepakbola 4 tahunan.

Penolakan dari Negara teluk ini bukanlah tanpa alasan, mengingat di negara Qatar sendiri LGBT adalah perkara yang illegal karna Qatar adalah salah satu negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Dan dalam pandangan Islam sendiri perbuatan dari LGBT ini termasuk perbuatan yang menjijikkan.

Tentu kita masih ingat dengan kisahnya kaum nabi Luth yakni penduduk Sodom yang mendatangi para lelaki untuk melampiaskan nafsunya dan pada akhirnya kaum tersebut di azab oleh Allah dengan menjungkir balikkan bumi sehingga tidak ada satupun yang tersisa diantara mereka.

Berhubung ini ajang piala dunia, Penulis juga akan membahas masalah penolakan LGBT di Qatar dalam konsep duniawi. Biar penulis berada pada posisi yang netral tanpa memihak siapapun.  

Penulis pribadi sangat setuju dengan ketegasan dari pemerintah Qatar, karna setiap orang itu harusnya memang mematuhi aturan yang berlaku dinegara lain walaupun bagi sebagian mereka hal ini dianggapnya sebagai sebuah tindakan kontroversi.

Pepatah dimana bumi dipijak disitulah langit dijunjung menjadi sebuah keniscayaan. 

Seorang tamu hendaknya menghormati tuan rumah, tidak sopan rasanya jika kita berada di negara orang tapi kita malah yang mengkritik negara tersebut. Memangnya kita siapa?

Penduduknya saja harus patuh kepada peraturan negaranya, lalu siapa kita? Yang statusnya hanya orang asing tapi malah memberanikan diri untuk merubah tatanan negara lain. Sadar akan diri sendiri memang sangat dibutuhkan disini agar tidak makin banyak bentrokan yang terjadi disana sini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline