Lihat ke Halaman Asli

La Ode Muh Rauda AU Manarfa

Dosen Sosiologi Universitas Dayanu Ikhsanuddin

Menulis Sebagai Terapi Jiwa

Diperbarui: 25 Februari 2024   06:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bila mengalami ganggungan jiwa maka salah satu jalan keluarnya adalah dengan menulis. Menulis menjadi sarana penyaluran gagasan yang terkumpul di dalam kepala, dikeluarkan dalam bentuk kata-kata di atas kertas atau di layar laptop, yang kemudian disusun sedemikian rupa guna menarik minat pembaca untuk menelusuri tiap kata sejak awal hingga akhir tulisan.

Menulis mendidik jiwa untuk lebih tenang dalam menata kata-kata di atas kertas, yang dapat membantu diri untuk lebih siap menyampaikannya secara lisan. Dengan menulis dapat membuat otak menjadi terstimulasi lebih aktif, menggali potensi kecerdasan diri yang terpendam jauh di dalam diri.

Menulis membutuhkan kemauan, tidak perlu menjadi cerdas untuk menulis, cukup kejujuran untuk mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran. Pikiran yang jujur akan terasa orisinal sehingga lebih terasa nyaman untuk dibaca. Menulis merupakan sebuah simbol kaum terpelajar, orang-orang yang mau menyimpan pengetahuannya untuk diingat kembali pada masa yang akan datang, sebagai pedoman kalibrasi pengetahuan manakala dirasa telah melenceng dari ingatan awal, ataupun sebagai pondasi awal dari terbangunnya sebuah bangunan ilmu pengetahuan yang mungkin memerlukan koreksi dari ahli ilmu pengetahuan pada masa yang akan datang. Olehnya menulislah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline