Lihat ke Halaman Asli

Nikah Mut'ah: Masih Marakkah?

Diperbarui: 2 Desember 2021   06:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanitayang menjalin suatu ikatayang menjalin suatu ikatan sehingga menurut akad nikah yang diatur dalam hukum Islam mereka disebut suami istri. Tujuan pernikahan dalam Islam adalah untuk mewujudkan ajaran Allah SWT dalam rangka membangun keluarga yang rukun, sejahtera, dan bahagia. Namun yang meresahkan adalah adanya model pernikahan yang hanya bersifat sementara, hanya untuk memandu hasrat seksual. Dalam Islam disebut nikah mut'ah dan sudah dikenal dan Indonesia disebut dengan nikah kontrak. Nikah mut'ah di awal-awal Islam dihukumi halal lalu dinaskh (dihapus), maka hukumnya menjadi haram sampaihari kiamat. Nikah mut'ah  adalah sebuah pernikahan yang terikat dengan waktu tertentu, diatas mahar yang telah ditentukan. Pelaksanaannya tidak melalui lamaran, langsung dilaksanakan di kediaman perempuan didampingi oleh wali saksi dan penghulu. Meskipun tidak ada prosedur lamaran, mereka tetap menggunakan mahar. Pada masa sekarang di beberapa daerah di Indonesai nikah mut'ah ini masih terjadi.  Berkaitan dengan pembahasan ini,  maka penulis akan menulis mengenai nikah mut'ah.

PEMBAHASAN

Meski dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia menyatakan kawin kontrak haram namun masih saja dilakukan, dibuktikan dengan kasus  kawin kontrak  yang masih banyak terjadi di Cianjur, Jawa Barat. Yang terbaru kali ini adalah Abdul Latif dan Sarah sepasang pengantin baru yang menjadi korban penyiraman air keras suaminya. Padahal praktik kawin mut'ah sangat rentan menjadikan perempuan sebagai korban ditandai dengan tinggi terjadinya kekerasan terhadap perempuan. Namun, meskipun banyak kejadian kekerasan, namun praktik kawin kontrak masih terus dilakukan. Dengan adanya nikah mut'ah  ini  maka dikhawatirkan sistem perkawinan lambat laun akan hilang, karena kaum muda merasa tidak perlu menikah, karena bisa melampiaskan keinginan egoisnya tanpa menikah. Praktek nikah mu'tah sekedar bertujuan sebagai pelampiasan nafsu bukan untuk mendapatkan anak atau memelihara anak. Karena tujuannya untuk bersenang-senang semata maka nikah mut'ah disamakan dengan zina.

Nikah mut'ah  sama sekali tidak ada manfaatnya justru sebaliknya sangat banyak sekali mafsadatnya diantaranya merusak moralitas perempuan serta merendahkan martabat perempuan ,  merusak niat pernikahan karena hanya melampiaskan nafsu belaka , suami istri tidak saling mewarisi, nasab anak yang terabaikan, serta anak yang dilahirkan dari hubungan nikah mut'ah tidak memiliki perlindungan fisik maupun psikis sehingga dapat merugikan anak-anak, karena tidak adanya nafkah, tidak adanya tanggung jawab terhadap anak sehingga menjadikan status sosial anak tidak jelas, kemudian bisa menyebarkan penyakit HIV/AIDS karena bergonta ganti pasangan mut'ah. Oleh karena itu, hak dan kewajiban suami/istri serta hak anak yang lahir dalam perkawinan atau akibat perkawinan tentu tidak akan dijamin oleh negara. Dan jika timbul masalah akibat nikah mut'ah, tidak dapat diselesaikan di pengadilan agama, tetapi hanya dapat diselesaikan melalui musyawarah dan itikad baik dari kedua belah pihak.

Dari kasus nikah mut'ah tersebut ada beberapa kaidah fikih yang berkaitan, yaitu :

Artinya : menolak kemudharatan lebih diutamakan daripada mendatangkan kemaslahatan

Dan kaidah fikih :

Artinya :Dharurat/bahaya itu harus dihilangkan.                    

Praktik nikah mut'ah jelas sangat kontradiktif dari perspektif hukum perkawinan, dengan mengabaikan kerugian yang ditimbulkan oleh pernikahan ini melanggar kaidah fikih tersebut di atas.

Dalam Al- Qur'an yaitu :

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline