Lihat ke Halaman Asli

Generasi Layar Sentuh, antara Koneksi dan Diskoneksi Sosial

Diperbarui: 6 Juni 2024   09:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: asyik bermain gadget. (Sumber: Thinkstockphotos via kompas.com) 

Kita hidup di era digital, di mana teknologi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. 

Anak-anak, bahkan yang masih balita, sudah akrab dengan gawai dan internet. Mereka bermain game, menonton video, atau berselancar di media sosial dengan lincahnya. 

Namun, di balik kemudahan dan kesenangan yang ditawarkan teknologi, ada kekhawatiran yang semakin menguat: Apakah anak-anak kita, yang tumbuh besar dengan gadget di tangan, akan menjadi generasi yang terasing secara sosial?

Gadget memang memiliki banyak manfaat. Mereka bisa menjadi sumber informasi, sarana hiburan, dan alat bantu belajar yang efektif. Namun, seperti halnya segala sesuatu di dunia ini, penggunaan gadget yang berlebihan juga memiliki dampak negatif.

Salah satu dampak yang paling mengkhawatirkan adalah kecanduan. Anak-anak yang kecanduan gadget cenderung lebih suka menyendiri, kurang berinteraksi dengan orang lain, dan kehilangan minat pada aktivitas di dunia nyata. 

Mereka lebih asyik dengan dunia virtual yang penuh warna dan keseruan, sehingga lupa bagaimana cara bersosialisasi dengan teman sebaya.

Kecanduan gadget juga dapat mengganggu perkembangan kognitif dan emosional anak. Mereka menjadi kurang fokus, sulit berkonsentrasi, dan mudah marah. Hal ini tentu saja akan berdampak pada prestasi akademik dan hubungan sosial mereka.

Jika kecanduan gadget dibiarkan berlarut-larut, dampaknya bisa sangat serius. Anak-anak yang tumbuh besar dengan ketergantungan pada gadget bisa menjadi orang dewasa yang kurang percaya diri, sulit beradaptasi, dan bahkan cenderung anti-sosial. 

Mereka kesulitan menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain, baik dalam pertemanan, pekerjaan, maupun asmara.

Kreativitas mereka pun bisa terhambat. Gadget memang menawarkan banyak konten kreatif, tetapi kebanyakan bersifat pasif. Anak-anak hanya menjadi konsumen, bukan kreator. Mereka kurang terbiasa berpikir kritis, memecahkan masalah, atau menghasilkan ide-ide baru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline