Ibarat sisi mata uang coin yang berlainan. Prancis dan Jerman mempunyai pemain timnas dari berbagai keturunan utamanya para imigran. Namun perlakuan mereka berbeda. Prancis begitu menghargai adanya harmonisasi antara pemain dan naturalisasi hingga mereka menjadi sebuah juara dunia 2018.
Ozil mengatakan dalam postingannya di medsos bahwa dia menerima surat kebencian dan ancaman paling disalahkan atas kegagalan Piala Dunia 2018.
"Saya orang Jerman ketika kami menang, tetapi saya adalah imigran ketika kami kalah," kata Ozil. Para pemimpin asosiasi sepakbola Jerman belum menanggapi klaim Ozil. Namun Kanselir Angela Merkel "menghormati" keputusannya karena ia telah berbuat banyak untuk timnas kata juru bicaranya pada hari Senin, seperti dilansir BBC
Pada piala dunia 2014 Ozil merupakan anggota kunci dari tim pemenang dan juara Piala Dunia 2014 negaranya. Ozil memiliki 92 caps namun kejadian rasis ini membuat ia merasa tidak nyaman sebagai punggawa timnas Jerman.
Dalam pernyataan panjang yang diposting di media sosial, dia mengatakan dia tidak merasa diterima di masyarakat Jerman meskipun membayar pajak, menyumbang untuk tujuan baik di sana, dan menjadi pemenang Piala Dunia.
Asosiasi sepak bola Jerman, DFB, termasuk di antara mereka yang mengkritik Ozil setelah dia berfoto dengan Erdogan.
"Saya dulu memakai baju Jerman dengan kebanggaan dan kegembiraan, tapi sekarang saya tidak. Saya merasa tidak diinginkan dan berpikir bahwa apa yang telah saya capai sejak debut internasional saya pada tahun 2009 telah dilupakan." Dalam suatu postingannya di media social.
Mari sejenak melupakan masalah Ozil, yang bisa diambil hikmahnya adalah bagaimana Prancis justru mendapat durian runtuh atas prestasi pemain keturuanan Imigrannya.
Lahir di Prancis, Pemain muda terbaik Piala dunia 2018 Kylian Mbappe punya darah Kamerun dari ayahnya dan Aljazair milik sang ibu. Walaupun Mbappe belum lahir saat Prancis menang 3-0 dan merebut gelar juara dunia untuk kali pertama di tahun 1998. Tapi skuat Jacquet Aime pada saat juara dan tim yang pimpin Didier Deschamps kini punya satu kesamaan: diisi banyak pemain keturunan dari orang tua para imigran.
Dalam perayaan kemenangan ketika tahun 1998, pemimpin politik Prancis justru menyebut sukses juara Les Bleus bukan sekadar sukses asli pemain di atas lapangan. Tapi juga merupakan sukses kebijakan politis negara terhadap kaum imigran kaum imigran.
Kini setelah satu dekade mereka kembali menikmati kemengan besar dengan menjuarai piala dunia 2018. Atas kontribusi para imigran dan pemain keturunan yang menyatu dalam bangsa Prancis Les Blues