Lihat ke Halaman Asli

Saatnya Bertani Dianggap Profesi Bergengsi di Indonesia

Diperbarui: 5 Januari 2018   15:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi ; XiNature.com

Tahun berganti tahun, lahan pertanian  makin menyempit bergeser menjadi lahan pemukiman dan pusat bisnis. Padahal kebutuhan pokok makanan berasal dari apa yang kita tanam dan tuai di tanah bumi pertiwi ini masak makan nasi pun harus impor dari negeri seberang. Sudah seharusnya petani lebih dipandang sebagai mitra dan profesi bergengsi di Indonesia.

Kini Kementerian Pertanian, lewat Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPS DMP), pada tahun 2017, menyiapkan Program Aksi Rege erasi Petani atau sumber daya manusia pertanian. 

Program bertujuan mencari bibit-bibit petani yang mampu menguasai teknologi pertanian dan memiliki kompetensi di bidang informasi pertanian Salah satu titik lemah pertanian adalah sulitnya mem pertahankan kualitas produksi dan memasarkan produk hingga ke luar negeri.

 Di sisi lain lahan pertanian semakin berkurang dan populasi petani pun semakin sedikit Untuk itu, BPPSDMP mengambil langkah konkret bagi penyuluhan pertanian. 

Setiap penyuluh hendaknya melahirkan minimal 5 petani muda. Mereka dibimbing secara intensif di Balai Penyuluhan Pertanian, Bidang Pelatihan Pertanian akan menghidupkan kerja sama seperti magang dan studi banding. yang mampu mendorong generasi muda peduli pertanian Di bidang pendidikan pertanian, selain dukungan beasiswa terhadap peminat pendidikan pertanian, juga dilanjutkan Program Penumbuhan  wirausahawan Muda Pertanian.

Begitu pula, mencari alternatif baru untuk tumbuhnya generasi petani baru mendorong percepatan Selain itu, disiapkan Program Aksi Gerakan Pemberdayaan Petani Terpadu Upaya regenerasi petani patut mendapat dukungan. Kenyataan, peran kaum muda dalam pembangunan pertanian di Tanah Air, semakin berkurang. Sebanyak 80 persen petani Indonesia berusia di atas 50 tahun. 

Kemudian, 61,8 per  sen berusia lebih 45 tahun, 26 persen berusia 35 hingga 44 tahun dan 12 persen berusia kurang dari 35 tahun  Pada hakikatnya, usia, produktivitas, dan penurunan malah petani akan berimplikasi pada kemerosotan produksi pangan dalam negeri. 

Selain itu, petani yang tersisa hanyalah petani tua Padahal, pemerintahan Presiden Joko Widodo menargetkan Indonesia swasembada pangan dan mampu mengekspor komoditas pangan yang lebih besar di masa datang Rendahnya kelompok usia muda di sektor pertanian memang bukan fenomena baru. 

Sudah sejak lama, usia petani menjadi persoalan dan terus meningkat. Untuk menggairahkan anak muda di sektor pertanian, alasan yang bisa dijagokan terkait penghasilan. Padahal, di Amerika serikat oleh anak-anak muda menganggap,  petani masih dipandang profesi  menjanjikan, tidak ada harapan, rugi dan bergelut dengan kemiskininan.

Stigma tersebut menyebabkan sektor pertanian bukanlah sektor yang menarik perhatian kaum muda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline