Konstelasi Politik Cagub Sulsel mulai memanas. Tiap tiap calon mulai mendeklarasikan pasangannya masing masing walaupun kendaraan politik masih belum pasti. Bahkan ada yang sejak 2 tahun lalu sudah berikrar untuk maju namun sebelum mencapai garis start kampanye sudah kelihatan lelah seolah gizi mereka sudah habis.
Tercatat mantan kapolda Sulsel Irjen Andi Burhanuddin yang sejak awal getol mulai kehabisan nafas dan ngosan akhirnya berikrar untuk lempar handuk. Setelah dari kalangan Militer ada Kolonel Rivai Ras, yang merupakan dosen dari universitas pertahanan ini sejak 2 tahun terakhir ini begitu umassif berkampanye. Tidak hanya itu iklan iklan baliho bertebaran di penjuru 24 kabupaten se SUL-SEL.
Bahkan tiap hari ia memposting dirinya dekat dengan berbagai macam pejabat dan orang berpengaruh di Sulawesi selatan namun hasilnya tidak signifikan. Karena sampai saat ini ia belum mendapatkan partai dan calon wakil gubernur yang bernilai jual.
Penulis yang melihat fenomena ini cukup terhenyak menyaksikan berbagai macam calon yang mulai ngos ngosan menjelang pemilihan cagub Sulsel. Investasi social yang dimulai colonel Rivai Ras ternyata belum menyentuh akar rumput di lapisan social masyarakat. Kolonel Rivai hanya sibuk untuk memperbanyak posko posko di tiap tiap kabupaten. Namun survey cagub pun elektabilitas nya masih stagnan dan sulit naik
Prof.Nurdin Abdullah yang merupakan cagub potensial dengan prestasi seabrek saat menjabat bupati Bantaeng. Sukses Bantaeng sebagai daerah yang berkembang pesat taklepas dari kerja keras Nurdin selama menjabat orang nomor satu di Bantaeng. Dari sisi pertumbuhan ekonomi misalnya, selalu menunjukkan tren peningkatan. Pada 2010 misalnya, pertumbuhan ekonomi Bantaeng mencapai 7,9 persen. Setahun kemudian meningkat menjadi 8,43 persen. Tahun lalu di atas 9 persen.
Nurdin juga mampu mengubah pola pikir masyarakat dari konsumtif menjadi produktif. Pencapaian ini imungkinkan mengingat Nurdin berlatar belakang akademisi bisa menerapkan inovasi dan rekayasa teknologi, khususnya di sektor pertanian. Dia juga melakukan transfer teknologi dengan mendatangkan ahli-ahli di bidang pertanian dari Jepang.
Namun sayang seribu sayang Prof. Nurdin Abdullah bukan merupakan politikus ulung. Ia karena sampai saat ini ia belum juga mempunyai kendaraan parpol untuk cagub nya. Walaupun ia calon yang seksi dan dinilai menjual namun ia belum mampu memikat parpol untuk meminang nya. Terlebih lagi ia mematok duluan cawagub yang dinginkan tanpa melakukan deal deal politik terlebih dahulu dengan calon partai yang akan mengusungnya.
Ibaratnya popular di semua survey namun tidak memiliki kendaraan politik sama saja seperti macan ompong. Jika tak hati hati nasib nya bakal seperti cagub Jabar Ridwan Kamil popular di masyakarat dan media social namun kesulitan menemukan parpol pengusung.
Cagub selanjutnya adalah Ichsan Yasin Limpo dan Andi Mudzakkar. Bakal cagub yang sudah memproklamirkan diri ini mempunyai pengaruh besar terutama kharisma yang melekat dari sang kakak yakni gubernur saat ini Syahrul Yasin Limpo. Ia merupakan repsentasi dari figure serta pelanjut dari sang kakak yang tentunya akan memberikan support maksimal buat sang adik dengan jumlah relawan Syahrul serta loyalisnya yang masih cukup setia. Menjadi magtnet besar baginya untuk maju.
Wagub saat ini Agus Arifin Numang juga berniat maju untuk period ke tiga pemerintahannya setelah sebelumnya selama 2 periode menjabat wakil gubernur bersama Syahrul Yasin Limpo. Sayang juga walaupun n masih belum dilirik parpol untuk dicalonkan sebagai cagub. Partai PPP tempat ia mendaftar sebagai bacagub malah memilih Ichsan Yasin Limpo sebagai figure cagub periode 2018-2022.
Terakhir adalah cagub Nurdin Halid dan Abd Aziz Kahar Muzakkar. Pasangan cagub ini sudah aman dengan memiliki partai Golkar sebagai kendaraan politiknya, Namun aman belum tentu nyaman. Sang Cagub Nurdin Halid turut mendaftar hamper di semua partai yang mempunyai kursi di DPRD Sulsel sebagai kendaraan politiknya.
Nurdin dikenal sebagai politisi ulung dan nasional serta pandai dalam melobi kiri dan kekanan cukup berpeluang besar. Namun satu hal yang pasti elektabilitas nya cagub masih stagnan dan belum begitu popular di akar rumput beda halnya dengan Cagub Prof . Nurdin Abdullah.
Sekali lagi tidak ada yang pasti dalam politik semua masih bisa cair tergantung bagaiman langkah langkah taktis setahun berikutnya.