Lihat ke Halaman Asli

Awan Kelabu di Langit Galesong Takalar

Diperbarui: 9 Juli 2017   19:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Haji Mollah Tokoh masyarakat Takalar , Seseorang yang begitu sedih terancam abrasi oleh proyek reklamasi Losari Sumber: Mongabay.com

Seperti apa seharusnya melewatkan hari hari berkabung? Mungkin, kurang lebih seperti yang dia lakukan sekarang. Hanya memulas wajah senyum getir menahan pahit nya hidup, menahan diri untuk tersenyum lebih sedikit dari biasanya. 

Efek dari penambangan pasir secara periodik di kabupaten Takalar mengakibatkan tepi tepi pantai Galesong rentan terena abrasi dan penurunan oraganisme laut. Sebab wilayah galesong hingga Sanrobone merupakan tempat bertelurnya ikan ikan. Hal ini dialami oleh masyarakat Galesong yang sebagian besar bermata pencarian sebagai nelayan. 

Agar masalah ini tidak berlarut -larut maka perlu diadakannya dialog dengan pemertinah provinsi Sulsel. Pertemuan serta audiensi dengan masyarakat kabupaten Takalar yang dihadiri Kepala Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) Sulsel sekaligus  mewakili Gubernur, Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel dan Komisi Amdal Sulsel, Pemda Takalar dan sejumlah camat dan kepala desa di Takalar. 

Ternyata tidak mencapai titik temu dan berujung menjadi perdebatan kusir masing- masing ngotot . Bahkan proses perizinan belum selesai ternyata .Masalah semakin membesar ketika sebuah kapal asing  pengeruk pasir dari Belanda datang dengan gagahnya , kapal bertonase besar tersebut diberi nama Fairway. Dan tanpa tedeng aling aling Kapal tersebut dengan gagah berani langsung beropersi mengeruk pasir di tanah Galesong.

 Masyarkat Takalar yang sudah Melek teknologi pun tak ketingglan  bisa memantau aktivitas dan kedatangan kapal-kapal tersebut melalui aplikasi FindShip yang diunduh dari Google Store. Warga sempat bemain kucing-kucingan dengan pihak kapal. Warga bahkan melakukan pencegatan dan melemparkan petasan ke kapal, yang membuat kapal segera meninggalkan kawasan tersebut. 

Warga masyarakat pun menimpali kepada pemerintah daerah dan Provinsi dengan lantang mengatakan"Jika kalian tidak bisa ikut golongan yang memperbaiki, lingkungan kami maka setidaknya, janganlah ikut golongan yang merusak. Jika kalian tidak bisa berdiri di depan menyerukan kebaikan, maka berdirilah di belakang. Dukung orang orang yang mengajak pada kebaikan dengan segala keterbatasan. Itu lebih baik." Pungkasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline