Lihat ke Halaman Asli

Resensi Film Wolf Totem

Diperbarui: 4 Februari 2024   20:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

SINOPSIS

Film ini diadaptasi dari novel karya Jiang Rong yang sukses besar pada tahun 2004, seorang siswa muda bernama Chen Zhen, yang dikirim untuk tinggal di antara para penggembala nomaden di Mongolia Dalam pada tahun 1960an. Saat berada di sana, dia terpesona oleh serigala yang berkeliaran di padang rumput luas. Serigala memainkan peran penting dalam ekosistem dan keseimbangan alam, dan Chen Zhen menjalin hubungan yang mendalam dengan mereka.

Ketika pemerintah Tiongkok berupaya memodernisasi wilayah tersebut dan menghilangkan cara-cara nomaden tradisional, konflik pun muncul antara para nomaden dan pihak berwenang. Chen Zhen mendapati dirinya terpecah antara kesetiaannya kepada para pengembara dan tugasnya mengikuti perintah pemerintah. Film ini mengeksplorasi tema alam, benturan budaya, dan dampak tindakan manusia terhadap lingkungan.

KELEBIHAN

"Wolf Totem" terkenal dengan sinematografinya yang menakjubkan, dibandingkan novel, kita hanya dapat berandai-andai adegan yang terjadi dalam cerita. Berbeda dengan film, khususnya penggambaran lanskap luas Mongolia Dalam dan hubungan rumit antara manusia dan serigala. Ini berfungsi sebagai perjalanan visual dan emosional yang menyoroti keindahan alam dan tantangan yang dihadapi oleh mereka yang terjebak antara tradisi dan kemajuan. Kelebihan lainnya terdapat pada soundtrack film yang melengkapi visual dan meningkatkan dampak emosional dari adegan-adegan utama. Dibandingkan dengan novel, soundtrack film yang dibuat dengan baik dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pengalaman sinematik secara keseluruhan.

KELEMAHAN

Mungkin bagi beberapa orang yang telah membaca novel “Wolf Totem” karya Jiang Rong terlebih dahulu merasa bahwa film tersebut ada beberapa scene yang menyimpang dari elemen tertentu atau gagal menangkap sepenuhnya kedalaman materi sumbernya. Hal ini bisa saja terjadi karena, dalam novel terdapat 600 lebih halaman, jadi tidak memungkinkan untuk menceritakan semua yang terdapat dalam novel. Adaptasi seringkali menghadapi tantangan dalam menerjemahkan kekayaan sebuah buku ke layar.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline