Lihat ke Halaman Asli

Nyaris Jadi NII

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13028482871100580659

[caption id="attachment_102445" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Ini adalah sebuah pengalaman hidup. Saya juga pernah menjadi korban perekrutan N11, namun mereka gagal. Malam itu, di Stasiun Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Kereta api jabotabek jurusan Bogor nampak padat. Seperti para pekerja single lainnya, saya selalu menunggu kereta hingga agak lengang. Ketika hendak mencoba menghilangkan haus, datang seorang perempuan yang berwajah manis dengan postur tubuh yang tidak lebih tinggi dari saya duduk di sebelah. "hmmm...Mahasiswi" pikirku dalam hati. Sebagai seorang pemuda normal dan untuk membuang kejenuhan maka saya berinisiatif untuk memulai pembicaraan. "Baru pulang dari kampus ya?" "Iya mas. Mas juga baru pulang kelihatannya. Dari kantor nih?" "Mmm..dari kantor, saya sudah bekerja. Oh iya nama saya Ratno. Gak enak kalo ngobrol tapi tidak kenal." "Indah." jawabnya lembut sambil mengajak untuk berjabat tangan. Sebagai mahasiswi, Indah cukup terbuka dan asyik diajak ngobrol. Dari pembicaraan yang ringan seputar profesi saya sebagai seorang desainer grafis dan aktivitasnya dikampus, Semakin dalam pembicaraan semakin mengerucut ke masalah agama. Sepertinya ia cukup paham dengan Islam. Sebenarnya saya sedikit malas ngobrol tentang agama tapi untuk mengenal lebih jauh tentangnya, apa boleh buat saya tetap mengimbangi obrolan semampuku. Waktu itu kami juga sempat bertukar nomor telepon. Malam sudah semakin gelap, kurang lebih jam 9 pm. "Eh keretanya lumayan kosong tuh!" ujarku Yuk naik! ajak ku Kami berdua mengakhiri pembicaraan di dalam kereta. __________ keesokan harinya, Jum'at pagi, Indah menelpon ke kantor saya. Dia bilang ingin ketemu lagi dan janji ketemu seperti kemarin malam. Ya sekali lagi wajarkan, karena memang saat itu saya seorang jomblo, eh diajak ketemuan ama cewek yang manis. terpaksa deh nurut-manut. Dipertemuan kedua malam itu. Ditengah obrolan yang cukup santai dan mudah-mudahan bermanfaat, tiba-tiba ada satu pertanyaan yang saya rasa cukup aneh. "Mas Ratno, Mas sudah pernah di bai'at belum?" "Dulu para sahabat sebelum masuk Islam, untuk menghapus dosa-dosanya di masa lalu mereka di ba'iat oleh Rosulullah." jelasnya Dengan pertanyaan tersebut dan penjelasannya yang sederhana tapi tidak relevan, hati saya jadi ingin tahu lebih dalam tentangnya. Karena saya sudah pernah mendapatkan pertanyaan yang sama semasa kuliah oleh teman satu kost. Aku tidak mau menjawab waktu itu dan hanya tersenyum. Diakhir pembicaraan Indah mengajak saya untuk mengikuti pengajiannya. "Guru saya masih muda, dari Malaysia." "Besok ya Sabtu, sepulang kantor ke alamat ini...kalo Mas bingung cari alamatnya nanti kita telpon-telponan saja." himbaunya Saya menganggukkan kepala, tanda setuju. ____________ Sabtu, waktu dan tempat yang sudah di tentukan. Satu rumah yang terdiri dari beberapa kamar di daerah Lenteng Agung, nampaknya belom lama di sewa. "Asalamu'alaikum!" "Waalaikum salam!" jawab mereka kompak. Mereka bertiga termasuk Indah. Saya pun dipersilahkan masuk, belom lama saya duduk di ruang tamu saya langsung dipersilahkan ke ruang kamar yang digunakan untuk mengajarkan tentang agama Islam. Saya diperkenalkan dengan gurunya dan asistennya. "Mau minum apa mas Ratno?" tanya indah. "Air bening saja, tak perlu merepotkan." Setelah menyajikan air minum, Indah langsung meninggalkan saya dan gurunya di kamar tersebut. Sang guru memulai dengan pertanyaan-pertanyaan dasar seputar Islam kepada saya. Kemudian beliau mulai menjelaskan tentang negara Islam di Indonesia, negara di dalam negara. Beliau bersama yang lainnya terorganisasi layaknya sebuah pemerintahan yang ideal pada zaman keemasan Islam. Menggunakan dalil-dalil Al Quran mengenai perlunya saya bergabung dalam Negara Islam. Sampailah pada waktunya, "Gimana Ratno apakah kamu bersedia di baiat? Siap tidak menerima panggilan Allah?" tanya sang guru. Aku berpikir keras, ini tidak seperti apa yang sudah aku yakini dalam hati. Baiat itu hanya ada pada awal kenabian, karena memang pada saat itu Rasul menginginkan sebenar-benarnya keyakinan dan dukungan. Akidah yang menancap dalam hati. Bukankah kita patut bersyukur lahir dalam rahim seorang muslim? Toh anak-anak para sahabat pun yang lahir tidak di baiat oleh Rosulullah. "Mungkin Nanti saya pikir-pikir dulu, jangan sekarang pak?"saya berusaha untuk menolak. "Dengan di baiat keIslaman kamu sudah sempurna, sama dengan para sahabat. Inilah keIslaman sesungguhnya yang lahir dari kesadaran bukan karena kebetulan lahir dari seorang perempuan Islam". Jelasnya. "Orang-orang yang belom pernah dibaiat adalah kafir." tambahnya Aku langsung bertanya," Bagaimana dengan kedua orang tua saya? apakah mereka berdua juga kafir?" "Ya, tetapi kita harus berhati-hati dan pandai menyebunyikan identitas kita kepada orang-orang kafir tersebut." jawabnya. "Astagfirullah" terbersit dalam hati untuk memukul mulut sang guru, karena seenaknya mengkafir-kafirkan orang. termasuk kedua orang tua yang telah mengurus sejak kecil. "Bagaimana Ratno? mau hari ini atau besok? Ini adalah saatnya kamu bertobat!" tanyanya lagi "Nampaknya kamu cocok dengan Indah. " tambahnya Lho...lho..kok tau menjodohkan saya dengan Indah, memang saya tertarik sih dengannya tapi sepertinya setelah pengajian ini jadi luntur ketertarikan saya. gumamku dalalm hati. Saya pun mulai iseng. "Mungkin Besok aja pak. Syaratnya apa pak?" "Harus ada maharnya No, kamu harus merelakan sebagian gajimu sesuai kemampuanmu, lebih besar lebih baik. Ini semua demi perjuangan Negara islam. Kalau besok, berarti kamu harus sudah siapakan maharnya ya! jam berapa? jam 10 an pagi aja ya." sarannya. Biar cepat selesai ngajinya saya pun menganggukan kepala. Dalam hati saya berkata, Tobat kok seenaknya kita tentukan waktu dan pakai mahar segala lagi :) Kalo tobat detik ini juga pastinya Allah akan terima, bukankah Dia ARRAHMAAN ARRAHIIM. Dengan jawaban saya yang singkat pengajian pun berakhir. Durasinya cukup lama, dari jam 1.00 siang hingga menjelang Isya. Satu saya merasa beruntung, yaitu saya masih memiliki benteng pemahaman Islam yang kuat, baik secara nalar dan hati. Maklum saya sering baca-baca buku Islam sejak Kuliah dan ikut aktif di Kerohanian Islam semenjak SMU. Akhirnya saya pulang ditemani Indah, namu sikap saya sudah sedikit tertutup dan malas berbicara dengannya tentang Islam. Sering, saya mengalihkan pembicaraan ke arah hal-hal yang sederhana sambil bercanda. Keesokan harinya, Indah menelpon namun tidak lagi saya beri ruang. Telpon saya reject setiap kali muncul namanya di layar hand phone. _______ Saya selamat dari bujukan NII. Kisah diatas merupakan satu dari sekian cara yang pernah dilakukan oleh N11. Saya termasuk beruntung belom dihadapkan pada holaqohnya yang lebih besar di mana di sana hadir para amir/tetua yang mempunyai daya persuasif yang lebih besar. Seperti yang pernah dialami teman kost saya sewaktu kuliah. Saya berharap kisah hidup saya seputar NII ini dapat menjadi pelajaran yang baik bagi rekan-rekan muda khususnya mahasiswa. Belajar-lah agama dari orang-orang yang benar-benar mengikuti sunnah dan Qur'an. Ikuti kegiatan-kegiatan kerohanian di kampus yang resmi. Baca-baca buku tentang Islam bukan sekedar untuk memperluas wawasan Islam tetapi juga untuk memahami Islam secara sungguh-sungguh.  Ingat, kita semua muslim percaya bahwa apa yang kita lakukan semuanya akan dimintai pertanggungjawaban kelak di hari akhir. Wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline