Kegiatan alihfungsi lahan dan kebakaran hutan dan lahan menyumbang emisi terbesar yaitu 63% dari total emisi. Hal ini karena pohon menyimpan banyak karbon yang akan menguap menjadi gas rumah kaca ketika dibakar, ditebang dan membusuk. Sedangkan konsumsi bahan bakar minyak menyumbangkan emisi GRK sebanyak 19%. Hal ini berdasarkan dokumen Second National Communication tahun 2010.
Menurut laporan First Biennal Update Report (BUR) yang disampaikan kepada UNFCCC pada januari 2016 lalu, Sektor LUCF salah satunya kebakaran gambut (47.8%) dan sektor energi (34.9%) merupakan sektor utama yang berkontribusi dalam menghasilkan emisi terbesar dari total emisi.
Untuk mengurangi dampak dari perubahan iklim akibat dari tingginya emisi tersebut, Pemerintah melalui kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah membuat kebijakan FOLU Net Sink 2030.
KLHK sudah melakukan kegiatan sosialisasi Rencana Operasional Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 di tingkat regional dan akan dilanjutkan dengan sosialisasi secara mendetail pada tingkat sub nasional sebanyak 10 provinsi salah satunya Aceh yang baru kemarin dilaksanakan.
Sepuluh provinsi yang akan mendapatkan sosialisasi adalah Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Lampung, Kalimantan tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara dan Kalimantatn Timur. Mereka berharap proses sosialisasi dan penyusunan rencana kerja sub nasional ini nantinya dapat di sampaikan kepada dunia pada konferensi Tingkat Tinggi G20 November 2022.
Kegiatan Sosialisasi ini memiliki tujuan untuk menyampaikan kebijakan, strategi dan rencana implementasi aksi mitigasi yang mengacu pada target pengurangan emisi Gas Rumah Kaca sesuai ketetapan nasional. Rencana Operasional FOLU Net Sink ini menargetkan penyerapan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) pada tahun 2030 mencapai -140 juta ton CO2.
Apa itu FOLU Net Sink
FOLU atau Forest and Other Land Use adalah Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Lahan yang dipopulerkan oleh Menteri Siti Nurbaya. FOLU merupakan salah satu dari lima sektor yang menjadi program mitigasi krisis iklim dalam dokumen penurunan emisi atau Nationally determined contribution (NDC). Selanjutnya, Carbon Net Sink atau Net Sink merupakan penyerapan karbon bersih berdasarkan jumlah penyerapan emisi karbon yang lebih tinggi dari pada yang dilepaskan.
Dari pengertian tersebut , FOLU Net Sink dapat diartikan sebagai suatu kondisi ketika sektor lahan dan hutan mampu menyerap karbon lebih banyak dari pada yang dilepaskannya.
Beberapa strategi telah disiapkan pemerintah untuk mencapai FOLU Net Sink 2030 antara lain restorasi hutan rawa gambut sebanya 2 juta hektar sampai tahun 2030. Reforestasi, peningkatkan pengelolaan hutan lestari melalui memberi izin usaha dan mencegah degradasi dan deforestasi hutan dan lahan.