Lihat ke Halaman Asli

ratna purnamawati

guru fisika SMA

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Diperbarui: 16 April 2023   06:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

  • Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Menurut Ki Hajar Dewantara tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada siswa, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Sedangkan Pratap Triloka yang dikenal dengan semboyannya ing ngarso sung tuladha (guru hendaknya mampu memberikan contoh yang baik kepada muridnya), ing madya mangun karsa (seorang pemimpin mampu membangun karsa/kemauan atau pemberi semangat), dan Tut wuri Handayani (seorang pemimpin mampu memberikan dukungan, arahan, dan semangat kepada muridnya). Berdasarkan hal tersebut guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil sebuah keputusan yang tepat dan bijaksana serta berpihak kepada murid.

  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Disadari atau tidak setiap individu termasuk juga guru memiliki nilai-nilai kebajikan yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai yang sifatnya berupa kebajikan universal meliputi hal-hal seperti keadilan, tanggung jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih sayang, rajin, komitmen, percaya diri, kesabaran, dan masih banyak lagi.

Nilai-nilai positif yang tertanam kuat dalam diri kita penting untuk dipupuk karena keputusan-keputusan yang diambil oleh seseorang akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh orang tersebut. Dengan nilai-nilai yang dimilikinya seorang guru hendaknya menjadi rujukan atau teladan baik bagi murid maupun seluruh warga sekolah.

Dalam kesehariannya menjalankan tugas, tidak jarang seorang guru berada dalam posisi yang menuntutnya untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada pada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang tepat. Maka di sinilah nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong kita untuk mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana. Dalam pengambilan keputusan yang terbaik bagi kepentingan murid, seorang guru akan mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama.

  • Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.

Coaching merupakan keterampilan penting dalam menggali permasalahan yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Pada konteks pembelajaran yang berpihak pada murid, coaching menjadi salah satu proses 'menuntun' kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. Guru akan menggali potensi yang dimiliki oleh muridnya dengan memberi pertanyaan pemantik sehingga murid dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya tanpa paksaan dan campur tangan orang lain, serta mampu mengambil keputusan yang tepat dengan resiko yang paling kecil.

  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas sudah seyogyanya mengetahui dan memahami kondisi sosial dan emosional dari muridnya. Selain itu untuk dapat membentuk dan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, seorang murid harus mampu menyelesaikan permasalahannya dalam belajar sehingga tidak menjadi dilema bagi mereka. Guru juga harus memahami aspek sosial dan emosionalnya agar mampu mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana dalam menyelesaikan persoalan pembelajaran.

  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Ketika seorang guru dihadapkan pada kasus yang berkaitan dengan dilema etika maupun bujukan moral maka diperlukan ketrampilan berhubungan sosial untuk mengambil suatu keputusan yang tepat. Dalam hal ini andai saya dihadapkan dengan suatu kasus dilema etika, maka saya akan melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang dan berusaha meganalisis menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Nilai-nilai dalam diri guru akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya adalah nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar, dapat dipertanggung jawabkan, dan dilakukan demi kebaikan orang banyak. Demikian pula sebaliknya.

  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan harus terlebih dahulu menganalisis berbagai aspek dan sudut pandang agar dapat berdampak pada lingkungan yang nyaman, aman, positif, dan kondusif. Hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenali terelebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus atau permasalahan tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral. Kemudian kita harus melihat terlebih dahulu paradigma dilema etika apa yang sedang terjadi? Apakah paradigma dilema etika individu melawan masyarakat, rasa keadilan melawan rasa kasihan, kebenaran melawan kesetiaan, atau jangka pendek melawan jangka panjang.

Kita juga harus melihat prisip pengambilan keputusan yang paling tepat, apakah Rule-based Thingking, End-based Thingking ataukah Care-based Thingking. Selanjutnya keputusan tersebut haruslah diambil dengan menggunakan langkah-langkah pengambilan dan pengusian keputusan yang benar, sehingga pada akhirnya timbul lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk murid dan lingkungan sekolahnya.

  • Apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Sebagai seorang guru tentunya mengalami permasalahan dari waktu ke waktu yang menuntut pengambilan sebuah keputusan. Permasalahan dan situasi yang dihadapi perlu untuk dicermati dan dianalisis dengan seksama agar kita tidak terjebak pada pengambilan suatu keputusan yang salah karena kurang mampu dalam menelaah situasi. Seringkali muncul kesulitan dalam menjalankan pengambilan keputusan antara lain disebabkan perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun, masih minimnya pengetahuan dan pengalaman, kekhawatiran apakah keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat dan dapat mengakomodir kepentingan orang banyak serta tidak mencederai pihak lainnya, dan adanya perbedaan sudut pandang yang menyebabkan solusi kurang dapat diterima oleh setiap pihak.

  • Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline