Perkembangan teknologi internet hari ini merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat ditahan dan dibendung lagi. Semua lapisan masyarakat dapat dengan mudah mengakses jutaan hal di internet hanya dengan ponsel yang dimilikinya. Kemajuan teknologi ini telah menjanjikan kehidupan yang begitu mudah bagi manusia khususnya dalam berkomunikasi.
Hal ini menyebabkan keterhubungan manusia dengan manusia lain menjadi tidak terbatas. Salah satu dampak dari perkembangan ini adalah munculnya aplikasi kencan online atau dating apps yang dapat dengan mudah diakses hanya dengan mendaftar menggunakan surat elektronik atau email dan mengisi sejumlah biodata.
Dulu, butuh effort yang besar ketika seseorang ingin berkenalan dan berkencan dengan orang lain. Mereka harus mempersiapkan segala sesuatu ketika akan bertemu agar target dari orang tersebut merasa terkesan. Seperti keberanian, cara berpakaian, sikap, perilaku, bahkan kecerdasan emosi dan intelektual yang dapat menjadi nilai lebih.
Namun, dengan adanya dating apps, seseorang hanya perlu memilih pasangannya dengan menggeser layar ponselnya dan memulai percakapan melalui pesan teks yang telah disediakan pada aplikasi dating tersebut.
Tidak jarang, orang yang ingin berkenalan dan berkencan pada dating apps hanya menilai dari foto profil yang dipasangnya. Sehingga, ketika seseorang merasa tidak minat dengan apa yang mereka lihat, mereka dapat dengan mudah menggeser layar ponselnya kembali.
Fenomena tersebut membuat manusia seolah seperti barang yang akan dipilih lalu ditinggalkan ketika menemukan sesuatu yang jauh lebih menarik. Fenomena tersebut lalu memunculkan suatu hal yang bernama Ghosting.
Menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi., dikutip dari Klikdokter.com, Ghosting adalah ketika seseorang yang kita peduli tiba-tiba menghilang atau mengakhiri komunikasi tanpa adanya penjelasan. Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, korban fenomena ghosting pada dating apps lebih mengarah pada pihak perempuan.
Para korban ghosting juga menuturkan bahwa mereka yang ditinggalkan tanpa adanya penjelasan biasanya berakhir dengan diblokir oleh pelaku ghosting.
Cerita pengalaman pada setiap narasumber berbeda-beda, ada yang ditinggal tanpa alasan yang jelas, ditinggal karena pelaku ghosting ternyata merupakan orang yang juga pernah melakukan hal serupa terhadap orang terdekat korban, jadi membuat korban tidak meletakkan ekspektasi apapun terhadap pelaku ghosting tersebut dan kemudian benar, korban ditinggal begitu saja.
Ada juga pengalaman salah satu narasumber yang menuturkan bahwa ia sudah sampai ke tahap self disclosure dengan pelaku ghosting. Dalam Teori Komunikasi, dikenal salah satu teori bernama Teori Penetrasi Sosial.
Teori Penetrasi Sosial membahas mengenai fenomena human communication pada hubungan interpersonal.