Lihat ke Halaman Asli

Ratna Nur Salim

Music educator

Experiential Learning

Diperbarui: 16 September 2021   22:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Experiental Learning merupakan salah satu gaya belajar yang dapat dijelaskan dengan "belajar melalui refleksi akan pengalaman". Jadi seorang anak atau pelajar tidak hanya belajar berdasarkan teori di dalam kelas, namun juga memiliki pengalaman untuk melakukan apa yang dipelajarinya, atau dalam kata lain, mempraktekkan apa yang dipelajari di dalam kelas. Salah satu tokoh besar dalam experiental learning ini adalah John Dewey (1859 -- 1952).

Beberapa contoh hands-on learning di sekolah yaitu dalam mata pelajaran bisnis, siswa melakukan magang atau internship ke sebuah tempat kerja/kantor. Dalam mata pelajaran biologi, misalnya siswa mengamati langsung objek yang sedang dipelajarti, seperti tumbuh-tumbuhan atau hewan. 

Experiental Learning mempercayai bahwa dengan melakukannya langsung, siswa akan cenderung lebih mengingat apa yang dipelajari dan dapat membentuk pemahaman yang lebih baik, daripada hanya mendengarkan atau membaca teori saja. Selain itu, hal lain yang menjadi kelebihan teknik belajar ini yaitu menstimulir siswa menjadi active learner dan tidak hanya pasif mendengarkan guru.

Sama seperti cabang teknik belajar yang lain, cara ini juga memiliki kekurangan. Salah satunya, hasil dari hands-on learning ini sangat bergantung pada kapasitas dan sikap masing-masing siswa ketika belajar. Siswa yang aktif dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi akan mendapatakan lebih banyak pengalaman dan pemahaman ketimbang siswa yang kurang aktif atau kurang memiliki inisiatif.

Sebagai seorang pengajar musik khususnya praktek, seringkali saya menerapkan prinsip ini di dalam kelas yang saya ampu. Pertama, pada dasarnya kelas saya adalah kelas praktek sehingga siswa memang dituntut untuk dapat menunjukkan performanya melalui permainan musik mereka. Setiap pertemuan mereka akan memainkan hasil latihannya, lalu dibahas bersama-sama, apa yang sudah baik dan apa yang masih perlu diperbaiki. 

Namun tidak hanya berhenti di situ. Selain dapat memainkan alat musik mereka dengan baik dan benar, siswa juga diarahkan untuk mempraktekkan bagaimana menjadi seorang pemusik sesungguhnya, yang dapat bekerja sama dengan pemusik lain dan menghasilkan musik yang baik dan indah. Misalnya bermain bersama-sama dalam sebuah ansambel atau orkestra sekolah. 

Bagaimana caranya bermain sesuai arahan conductor, atau caranya menyamakan suara dengan musisi lain; dan lain sebagainya yang tidak didapatkan apabila siswa hanya belajar sendiri di kelas.

Mengapa ini penting untuk dilakukan? Karena di masa depan apabila mereka memiliki kesempatan bermain bersama musisi-musisi profesional, skill yang mereka asah sekarang inilah yang akan menjadi bekal baik dari segi kemampuan bermain ataupun sikap, untuk dapat memenuhi standar di dunia kerja. Seorang musisi yang baik pastinya tidak hanya bisa bermain dengan baik saja tetapi juga harus memiliki kemampuan kolaborasi dengan musisi-musisi lainnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline