Lihat ke Halaman Asli

“Standart-nya” Isi Pidato sang Presiden

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tak bisa dipungkiri harapan rakyat untuk mendengar ketegasan Sang Presiden RI- Susilo Bambang Yudhoyono atau yang akrab dipanggil dengan sebutan SBY membahas hubungan Indonesia-Malaysia yang memanas tentang “Sengketa perbatasan Indonesia-Malaysia” ternyata hanya standart saja.

Ketidakpuasan berbagai pihak akan isi pidato yang dibacakan SBY di Markas TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, hari Rabu, 1 september 2010 dua hari lalu banyak menuai kritik pedas dari berbagai pihak, termasuk saya sendiri sebagai seorang pengamat perkembangan politik Indonesia yang tak ingin ketinggalan hot news layaknya gossip para artis yang laris manis.

Sebagian masyarakat dan tokoh politik yang mewakili beberapa partai mengapresiasi atas isi pidato SBY yang adem-ayem menempuh jalur soft diplomasi yang jauh lebih berkesan bahwa Indonesia lah yang menunggu itikad baik dari Malaysia untuk menyelesaikan perundingan batas wilayah. Di sisi lain berseru akan kekecewaan akan ketidaktegasan SBY, diharapkan SBY menyatakan ketegasan sikap memaksa Malaysia menghormati Indonesia.

Mencermati isi Pidato SBY yang terdengar hanya mengutarakan hal-hal standart serta jauh lebih berkesan bahwa memang Indonesia lah yang harus mengalah dalam menghadapi konfik dengan Malaysia, Negara tetangga yang akhir-akhir ini selalu mencari gara-gara dan membikin rakyat geram hingga melakukan aksi unjuk rasa di depan kedutaan Malaysia di Jakarta,Kuningan yang sangat menghebohkan itu.

Pidato sang presiden ibarat nya mewakili harga diri bangsa ini agar Malaysia tidak berani lagi melakukan tindakan yang menginjak-injak harga diri Bangsa Indonesia.

Berikut intisari pidato SBY :

Yang dibahas :

-Prihatin terhadap insiden di seputar perairan Pulau Bintan

-Masalah TKI dan investasi terkait konsistensi visi pembangunan pada pro-growth,pro-job, dan pro-poor

-Menuntaskan masalah perairan Bintan dengan mengutamakan diplomasi

-Meminta penjelasan mengenai perlakuan Malaysia terhadap 3 petugas KKP

-Insiden serupa dapat dicegah dengan menuntaskan perundingan batas wilayah

-Ajakan menjauhi aksi kekerasan/destruktif

-Memelihara hubungan baik dengan Malaysia, tetapi tak bisa mengabaikan kedaulatan dan keutuhan NKRI

-Mendorong Malaysia untuk benar-benar menyelesaikan perundingan batas wilayah

-Langkah Indonesia bisa menjadi contoh bagi Negara-negara lain di ASEAN

Yang Tidak:

-ketidaksenangan Indonesia atas tindakan Malaysia

-Peran militer untuk mengantisipasi ketegangan di perbatasan

-Pernyataaan bahwa Indonesia akan menetapkan batas wilayah secara sepihak, seperti yang dilakukan Malaysia.

Memang beberapa dari isi pidato tersebut sudah tepat, hanya saja kurangnya ketegasan dalam menentukan “siapa kawan, siapa lawan,” bila kita mencermati tanggapan dari PM Malaysia yang sebelumnya jauh lebih keras dan tegas dari pidato SBY.

Mendengar pernyataan dari PM Malaysia sendiri yang kesannya sudah menganggap enteng Indonesia, seharusnya lebih ditanggapi dengan cara yang sama, yaitu dengan menggunakan model diplomasi keras dan membanggakan rakyat tanpa harus mengeluarkan solusi “perang” karena permasalahan seperti ini sudah menyangkut kedaulatan NKRI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline