Lihat ke Halaman Asli

Dari Hindu untuk Muslim....

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bersama pelangi-ku menyusuri setapak jalan di sudut selatan-nya jakarta, senja menaungi kami...riuh canda pelangi-ku biaskan senyum dan ceriakan duniaku. " kita hantar kolak pisang ini ke tempat biasa-nya kan mimi " celoteh si kecil Sazfa, hanya senyum dan angguk-kan kepala yang ku bagi dan ku sirat-kan untuk sazfa-ku Rutinitas yang kerap ku lakukan untuk sekedar berbagi kebahagia-an dengan mereka sahabat-sahabat cilik pelangi-ku. " wah...pasti si Ubay paling banyak nih makan-nya seperti kakak raffif, iya kan mimi? " " biarin...makan banyak kan biar kita gak gampang sakit kan mimi..." raffif-ku membela diri saat adik-nya mengolok-olok nya karena memang dari seluruh anggota keluarga kami, Raffif-ku lah yang paling gendhut tubuhnya hingga kerap Aufal si sulung-ku memanggil-nya " samin " ( dalam bahasa Arab=gendut ). " sudah jangan kelahi di pinggir jalan...makan banyak belum tentu menyehat-kan honey...namun makan-lah secukup-nya di saat kau lapar dan berhentilah di sebelum kenyang " lerai dan tutur-ku untuk menengahi mereka. Tujuan kami senja itu adalah menghantar-kan kolak pisang untuk ta'jil pembuka bagi anak-anak yatim piatu di dekat kawasan tempat tinggal-ku, kebetulan rumah kami berdekatan dengan Beberapa panti asuhan, kalau tidak salah ada tiga panti asuhan dan itu-pun selalu kami tempuh dengan berjalan kaki jika mengunjungi kesana ( kebiasaan yang ku budaya-kan terhadap keluarga ku ). Sebelum sampai tujuan, kami selalu melintasi rumah dengan bergapura tinggi, jika melihat pahatan juga bentuk relief yang terukir di dinding tembok rumah ber-cat putih itu aku menebak pemiliki rumah itu ber-agama non muslim, ya...kemungkinan Hindu atau jika tidak Budha, itu baru tebak-kan awal-ku. Semakin dekat dengan rumah itu, ku lihat gerbang rumah itu teerbuka lebar, seorang wanita paruh baya dengan di dampingi lelaki paruh baya dan lelaki muda seperti-nya anak-nya serta ada pembantu-nya. Ibu paruh baya itu menyapa kami saat kami ber-lima melintasi depan rumah-nya. " sore mba....bisa mampir sebentar " sapa wanita itu. " iya, bu ada yang bisa saya bantu? " balas-ku dengan senyum. " saya Bu Saraswati biasa di panggil bu Saras dan ini suami saya Bapak Komang di sebelahnya putera kami Nyoman dan itu mba saya, yang biasa membantu di rumah ini " jelas ibu yang bernama Saraswati itu. " saya sering setiap tiga hari sekali mba melintas di depan rumah kami dengan membawa tentengan sepertinya penuh makanan dan saya perhatikan arah-nya menuju ke panti asuhan yang di ujung jalan itu kan mba..." aku hanya mengangguk dan membalas dengan senyum. " saya berniat ingin sedikit berbagi makanan buat anak-anak asuh itu mba...apalagi ini kan hari puasa buat agama mba, kira-kira bisa ndak ya? saya mau antar langsung ke panti kog rasanya ndak enak saya, bagaimana jika mba bantu dan tolong saya untuk sekalian titip antar makanan ini buat mereka, dan saya usahakan setiap hari saya akan buatkan makanan buka puasa dan sahur ya mba...." Keinginan dan niat yang amat luar biasa aku nilai...aku sedikit kaget dengan ke-inginan ibu Saraswati itu. Namun si kecil Tanaya menyadarkan-ku dengan tarikan lembut tangan-nya saat menarik tangan-ku. Ya Allah inikah bentuk Ar-Rahman Mu... Di semesta ini Engkau buka hati-hati tiap Insan-Mu tidak perduli siapa mereka dan apa identitas mereka. Sedekah atau berbagi tidak menghalangi semua manusia, tak terkecuali aku...dia...kamu...engkau atau yang lainnya. Bukan-kah kita ini di manusiakan-Nya. Inilah bentuk kemulia-an Ramadhan, dimana rezeki selalu akan datang dengan tiba-tiba. Dan Engkau selalu menjaga mereka anak-anak yang memang telah menjadi asuhan-Mu... Ya, mereka-lah anak-anak Yatim Piatu...anak-anak yang tidak pernah mengenal wajah-wajah yang melahirkan dan mengukir jiwa raga mereka saat hadir di dunia. Anak-anak yang tak pernah merasakan air susu Ibu. Anak-anak yang tak pernah merasakan kecupan hangat di awal pagi dan ujung malam Anak yang selalu di tuntut untuk berani dan menjadi lebih mandiri di kala usia-nya belum mengijin-kan Ya, merekalah anak-anak Tuhan. Anak-anak yang seharus-nya di titipkan kepada kita sebagai penerus tangan-tangan Tuhan. Inilah bukti akan Ramadhan nan Agung-Mu ya Rabbi.... Semakin yakin-ku atas semua ini, karena hanya kehendak-Mu lah engkau buka hati-hati tiap mereka yang akhir-nya ingin berbagi bersama kami...... Senja semakin meng-hujung, aku ber-sama Bu Saraswati dan pembantu-nya menapaki jalan yang mengarah ke panti...untuk sejenak berbagi bersama mereka anak-anak Tuhan yang di titip-kan kepada kami. ****** Untuk Ibu Saraswati dan Bapak Komang sekeluarga terima kasih *******

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline