Lihat ke Halaman Asli

Ratna Dewi

Ibu rumah tangga senang jalan-jalan dn kuliner

Napak Tilas Film Nasional bersama PPD

Diperbarui: 18 Mei 2017   15:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Roekiah  - "Terang Boelan" (1937), Ratna Asmara, sutradara "Sedap Malam" (1950), Titien Sumarni -   "Seruni Salju" (1951), Citra Dewi, Mieke Wijaya, dan Indriati iskak  -  "Tiga Dara" (1956), serta Christine Hakim -  "Cinta Pertama" (1973) dan "Tjoet Nyak Dien" (1988).

img-6169-591d4df51793732f2ad59ef9.png

Nama-nama perempuan yang menjadi puncak-puncak dalam sejarah perfilman Indonesia di atas berbaris  rapi bak ikut dalam parade .   Namun sebelumnya kita juga pernah mengalami suatu episode dimana perempuan hanya dijadikan obyek dalm film. Nama seperti  Doris Callebaut dalam “Inem Pelayan Sexy” (1976),  Yenny Rachman dalam “Budak Nafsu” (1983), dan juga Kiki Fatmala dalam “Gadis Malam” (1993). 

Omong-omong soal  peran serta kaum  perempuan di  film Indonesia ini memang menjadi  topik utama dalam acara komik nobar dengan tema “ Saatnya Sineas Perempuan Pegang Kendali di kancah Perfilman Nasional” yang diadakan di Lau’s Kopi , Gedung Setia Budi One di kawasan jalan HR. Rasuna Said , Kuningan Jakarta Selatan pada sabtu pagi hingga siang pada 6 Mei 2017.

img-5919-591d4e1a1793732f2ad59efb.png

Hadir pada acara ini, 25 Komikers dengan moderator Mbak Dewi Puspasari dan dua orang nara sumber yang semuanya perempuan. Singkatnya perempuan ngerumpi soal perempuan dalam film. Nara sumber pertama adalam Swastika Nohara, seorang perempuan muda yang terkenal sebagai penulis skenario , dan salah satu karya nya yang fenomenal adalah “3 Srikandi” (2016).  Nara sumber kedua adalah Balda Fauziyyah,  seorang perempuan belia  yang menggeluti dunia blogger dan banyak menulis tentang film  Indonesia di web ulasan21.com

img-5941-591d4e4e7fafbd4857d1fbef.png

“Film is larger than life, tapi harus tetap believable”, demikian salah satu petikan ujaran Mbak Swastika yang cukup berkesan di hati.  Kata-kata ini dicelotehkan sewaktu bercerita tentang trik dan tip bagaimana menulis skenario dimana salah satu kata kunci adalah membuat karakter yang menarik dulu, lalu kisah nya dikembangkan dari karakter tersebut.

img-6170-591d4e384423bd1a239594f9.png

Pengembaraan di dunia perempuan film terus berlanjut hingga ke masa kekinian.  Masa dimana film Indonesia secara perlahan mulai bangkit dan bisa menarik banyak penonton lagi. Film-film ciamik baik karya maupun tentang perempuan mulai tampil  dalam dwidasawarsa terakhir.  Dari   “Kuldesak” (1998),  Petualangan  Sherina (1999), “Arisan” (2004),  sampai  “Athira” (2016) sampai yang masih gres yaitu “Kartini” (2017). 

Diskusi makin hangat baik dengan pertanyaan yang mantap dari mbak Dewi Puspasari maupun dengan tampilnya nara sumber kedua yaitu mbak Balda.   Balda tampil penuh semangat menceritakan pengalamannya banyak nonton dan menulis tentang film.   Untuk menjadi penulis resensi film yang baik syarat utamanya tentu saja harus hobby nonton, baik film yang sangat bagus, bagus, maupun yang biasa-biasa saja.

img-5940-591d4ede6223bde031cc1964.png

Menulis blog tentang film dan kemudian memberikan rating serta membahas film Indonesia apa saja yang akan mulai tayang di bulan depan atau bulan ini merupakan makanan sehari-bari Balda.  Dan tip pamungkas yang dikemukakan Balda adalah kalau bisa dalam menulis resensi film kita harus menghindari   “spoiler “.   Apa itu spoiler?.  Berdasarkan definisi spoiler adalah membeberkan seluruh alur cerita sampai selesai dalam resensi sehingga pada saat menonton filmnya kita sudah tidak ada surprise lagi.  

Tidak terasa waktu terus berjalan.  Ada sekitar dua jam komiker asyik mendengarkan presentasi dan tanya jawab bersama moderator dan dua nara sumber yang cantik.  Tentu saja seperti biasa peserta juga bisa ikut lomba tweet dengan tagar “Komik Nobar”,  “Danamon Menginspirasi”, “Saatnya Pegang Kendali” dan “Danamon Prima”.  

img-6167-591d4f0c1793732d2ad59ef7.png

Tibalah saatnya makan siang dengan berbagai menu pilihan, dan saya tentunya memilih nasi lemak yang memang “lemak” alias sedap ditemani ice lemon tea yang segar.  Kalau masih kurang minum kita bisa loh memesan minuman tambahan dengan membayar menggunakan Kartu Danamon Flazz yang dibagikan kepada semua peserta pada saat mendaftar. Kartu ini tentunya persembahan Bank Danamon.

img-6174-591d4f2c759773e52922d7e0.png

Waktu istirahat makan siang ini digunakan untuk mempresentasikan ATM Prima, yang merupakan suatu jaringan ATM yang memungkinkan pegang ATM satu bank bertransaksi di ATM bank lain yang memajang logo PRIMA.   Pada saat ini sudah ada 65 Bank yang menjadi anggota dengan jaringan lebih dari 101.000 ATM di seluruh pelosok Nusantara.  Dan dari Jaringan prima ini juga peserta mendapatkan buah tangan berupa  sebuah tas cantik.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline