Lihat ke Halaman Asli

Ratna Dewi

Ibu rumah tangga senang jalan-jalan dn kuliner

Mitologi Mesir Kuno dan Matahari Sungai Nil

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Perjalanan di Sungai Nil , Mesir di bulan Agustus benar-benar luar biasa. Suhu udara di siang hari dapat mencapai lebih dari 50 derajat Celcius. Namun Keindahan sungai yang mengalir dari Sudan sampai ke Laut Tengah ini benar-benar mempesona. Di kapal pesiar, kami dapat bersantai di bawah terik matahari, berenang, sambil menikmati hijaunya pepohonan di kedua sisi sungai ini.

Selain itu selama perjalanan, kapal juga berhenti di beberapa tempat-tempat bersejarah berupa kuil-kuil kuno peninggalan dinasti-dinasti Mesir yang usianya telah ribuan tahun. Uniknya , karenan teriknya sang surya bahkan pemandu wisata pun selalu mencari tempat teduh di bawah bayang-bayang kuil untuk menjelaskan kisah dan cerita nya. Setelah itu, wisatawan dipersilahkan menikmati keindahan jaman silam itu di bawah sengatan mentari yang membakar. Untungnya berkat krim pelindung dari sinar ultra violet yang telah saya persiapkan, saya tetap dapat menikmati wisata ini dengan sempurna.


Dari Aswan sampai Luxor

Pelayaran di Sungai Nil dimulai dari Pelabuhan Aswan dimana terletak Bendungan Aswan yang disebut juga Bendungan Nasser untuk memperingati Presiden Gamal Abdul Nasser yang berkuasa di Mesir ketika bendungan ini dibangun atas bantuan Uni Soviet di tahun 1960an.

Bendungan Aswan ini sangat bermanfaat untuk mengendalikan ketinggian air di sungai Nil, sehingga pada musim banjir pun dapat dikurangi dan juga dapat digunakan untuk pengairan di tanah yang subur di ketua tepi sungai Nil. Namun karena pembangunan bendungan ini juga akan menenggelamkan beberapa bangunan bersejrah yang tidak ternilai harganya termasuk kuil Abu Simbel. Akhirnya kuil-kuli tadi pun dipindahkan dengan dipotong batunya dan kemudian dirakit lagi di tempatnya yang baru.


Philae Temple: Pulau yang pindahkan ke tengah Sungai Nil

Masih di daerah Aswan, terdapat sebuah peninggalan bersejarah yang sangat menarik. Pada saat pembangunan Bendungan Aswan pada 1906, pulau Philae beserta kuilnya pun ikut tenggelam. Pulau ini dalam tulisan paku disebut “Apo” yang artinya gading, sedangkan dalam bahasa Yunani disebut “Elephantine”. Bendungan Aswan yang dibangun pada 1906 disebut sebagai Bendung Aswan Bawah (Low Aswan ), sedangkan yang dibangun pada tahun 1960 disebut sebagai Bendungan Aswan Atas. (High Aswan).

Akhirnya atas kerjasama beberapa negara, kuil yang terdapat di bawah sungai ini pun dapat dipindahkan ke sebuah pulau baru yang letaknya lebih tinggi di tengah sungai Nil pada tahun 1970-an. Pulau karang yang baru ini dibangun mirip dengan pulau lama yang tenggelam dan dinamakan pulau Agilika,namun tetpa lebih terkenal dengan nama lamanya yaitu Pulau Philae. Di tengah pulau ini terdapat Kuil Isis yang dibangun oleh bangsa Mesir kuno untuk menghoramti Dewi Isis.

Kuilnya masih sangat indah dan kelihatan utuh , walaupun telah berusia hampir lima ribu tahun. Di bawah teriknya sengatan mentari saya tetap dapat menikmati keindahan kuil di Pulau Philae ini.


Kuil Buaya di Kom Ombo

Pelayaran diSungai Nil dimulai dengan menuju Kom Ombo. Ketika kapal pesiar merapat maka kami pun cukup beralan kaki di bawah terik mentari menuju Kuil yang konon dibangun pada abad ke satu SM ini. Kuil ini bertingkat dua dan yang menarik terdapat lebih dari 300 buaya yang telah di menjadi mummi.

Pada masa Kristen Koptik, kuil ini juga pernah menjadi gereja dan akhirnya baru pada akhir 19 dilakukan pemugaran terhadapa kuil yang terdiri dari Kuil Sobek dan Kuil Haroeris. Sobek sendiri merupakan dewa berkepala buaya sedangkan Haroeris adalah dewa berkepala Elang. Di kuil ini kedua dewa itu banyak hadir berupa patung-patung raksasa dan ditemani dengan keluarga mereka.

Setelah sekitar satu jam melihat-lihat Kuil Buaya ini akhirnya kami pun kembali ke Kapal pesiar yang dengan setia menunggu untuk melanjutkan pelayaran ke Luxor melalui Edfu

Edfu Kuil terbesar kedua di Mesir

Pelayaran dilanjutkan kembali untuk menuju tempat persinggahan berikutnya, yaitu kuil Edfu yang terletak di tepi barat sungai Nil.

Sesampainya di dermaga kendaraan sejenis becak khas Mesir yang disebut “Caleche” siap mengantar wisatawanmenuju kuilyang terletak di tengah-tengah antara Luxor dan Aswan ini.

Kuil Edfu yang terletak sekitar 115 kilometer dari Luxor ini merupakan salah satu kuil yang paling terjaga keasliannya. Kuil ini dibangun oleh DinastiPtolemeic yang berkuasa di Mesir setelah mesir jatuh ke dalam kekuasaan Iskandar Agung pada332 SM.

Menurut legenda , Edfu merupakan tempat pertempuran di antara dewa-dewa Mesir. Di sinilah Horus yang berkepala Elang menuntut balas atas kematian ayahnya Isiris yang dibunuh oleh saudaranya sendiri, Seth. Akhirnya Seth kalah dan diasingkan , Horus kemudian naik tahta. Dengan adanya mitos ini hampir semuan Firaun di Mesirmengganggap diri mereka sebagi titisan Horus yang disebut juga “The Living King”.


Pelayaran pun berakhir di Luxor

Pelayaran kemudian dilanjutkan menuju Luxor, yang merupakan kota yang dulunya menjadi ibukota beberapa dinasti Mesir kuno dan bernama “Thebes”. Di sini terdapat situs-situs bersejarah Mesir kuno seperti Kuil Luxor,dan Kuil Karnak .Selain itu juga terdapat “ Valley of the Queens” and” Valley of the Kings” dimana terdapat makam Tutankhamun yang termashur.

Sebuah pelayaran di bawah teriknya matahari di Sungai Nil yang tidak terlupakan. Dan perjalanan ini menjadi lebih nyaman berkat krim Caring Colour yang melindungi kulit saya.



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline