Lihat ke Halaman Asli

Ratna Arvianti

Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan

Permintaan Pasokan Beras di Indonesia di Masa Pandemi Covid-19

Diperbarui: 18 April 2021   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar orang memanen padi di sawah. Sumber: https://distankan.kotamobagukota.go.id

Program pembanguan pertanian di Indonesia dimulai sejak Pelita Pertama, produksi beras menunjukkan kecenderungan meningkat, puncaknya pada tahun 1984 Indonesia telah menyatakan diri sebagai Negara yang berswasembada beras. Dengan berjalannya waktu kondisi produksi beras di Indonesia tidak selalu stabil, mengalami kenaikan dan penurunan. Dalam rentang waktu 10 tahun yaitu tahun 1994 Indonesia sudah tidak lagi berswasembada beras (Sapuan, 1999: 24).

Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar manusia agar tetap bisa bertahan hidup sehat dan produktif dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini menjadikan beras sebagai bahan pangan pokok di Indonesia. Beras adalah salah satu produk makanan pokok yang paling penting di dunia. Beras menjadi makanan pokok untuk mayoritas penduduk terutama di kalangan menengah kebawah masyarakat di Benua Asia. Benua Asia termasuk Indonesia  merupakan tempat tinggal dari para petani yang memproduksi sekitar 90% dari total produksi beras dunia.

Namun semenjak World Health Organization (WHO) telah mengumumkan bahwa pada tanggal 11 Maret 2019 status pandemi global untuk penyakit virus Corona 2019 atau yang sering kita sebut dengan Covid-19. Dan sampai saat ini ini belum diketahui sampai kapan virus Covid-19 ini akan berakhir dan tidak dapat diprediksi oleh penduduk dunia bahkan Indonesia sendiri. Setelah adanya Covid-19 ini Pemerintah mengeluarkan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di berbagai wilayah diseluruh Indonesia. Hal ini tentunya akan berdampak pada harga komoditas pangan di tingkat petani maupun perubahan permintaan pangan seperti beras di tingkat konsumen. Dan hal tersebut juga akan mengindikasikan bahwa Pandemi Covid-19 akan berdampak pada turunnya permintaan pangan seperti beras ini.

Jika kendala ini terjadi dalam jangka panjang, maka sangat jelas akan mengakibatkan pada terganggunya supply komoditas pangan. Perubahan dari sisi supply dan demand pangan termasuk beras tersebut pada gilirannya akan berdampak pada tingkat harga pangan. Perubahan harga pangan akan berdampak pada perubahan konsumsi dan permintaan karena terkait daya beli utuk akses pada pangan yang dibutuhkan.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Sumber: tribunnews.com

Namun untuk tahun 2021 ini permintaan pasokan beras sudah mulai membaik. Menteri pertanian Syahrul Yasin Limpo memastikan permintaan pasokan beras aman apalagi dimasa Pandemi Covid-19, karena pemerintah yakin akan surplus beras pada tahun 2021, itu karena memasuki puncak panen raya. Bahka hingga minggu kedua Maret 2021 terdapat stok beras sebanyak 6,79 ton. Beliau juga mengatakan bahwa "Prognosa neraca pangan pokok sampai Mei 2021 diperkirakan cukup, karena surplus beras diatas kurang lebih 12 juta ton" Ujarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline